Asia-Afrika
dan Potensi Ekonomi
Firmanzah ; Rektor
Paramadina dan Guru Besar FEUI
|
KORAN
SINDO, 23 Maret 2015
Tanggal
18-24 April 1955 di Bandung menjadi sejarah penting bagi Indonesia. Saat itu
Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA). Deklarasi KAA sekaligus menjadi tonggak
kelahiran kekuatan baru di dunia baik di bidang politik, promosi kerja sama
ekonomi, keamanan maupun sosial budaya dan diplomasi. Kehadiran kekuatan
poros Asia-Afrika ini pada dasarnya merupakan bentuk solidaritas dan
perlawanan atas kolonialisme saat itu. Sebentar lagi, 18-24 April 2015, atau
60 tahun setelah KAA, Indonesia kembali didaulat menjadi tuan rumah
penyelenggaraan perhelatan tersebut.
Penyelenggaraan
KAA kali ini akan fokus pada dialog atas berbagai masalah yang kini dihadapi
dunia sekaligus merumuskan solusi yang perlu dilakukan negara-negara anggotanya.
Pada penyelenggaraan KAA kali ini, sebanyak 109 undangan telah disampaikan ke
negara-negara Asia dan Afrika, sedangkan 19 negara lain menjadi peninjau, di
antaranya Rusia, Venezuela, Cile, Norwegia. Sebanyak 24 kepala negara telah
melakukan konfirmasi kehadirannya menurut rilis Kementerian Luar Negeri.
Peringatan
ke-60 KAA yang mengusung tema penguatan kerja sama negara Selatan-Selatan
memuat tiga agenda besar yang dirumuskan dalam tiga dokumen, yakni Bandung
Message, Declaration on Reinvigorating the New Asian-African Strategic
Partnership, dan Declaration of Palestine . Agenda Bandung Message akan fokus
pada dialog dan diskusi seputar isu di bidang politik, kerja sama ekonomi,
dan hubungan sosial budaya.
Agenda
Declaration on Reinvigorating the New
Asian-African Strategic Partnership (Deklarasi Kemitraan Strategis Asia-
Afrika) akan membahas isu-isu seperti terorisme, organisasi kriminal
transnasional, ketahanan nasional, ketahanan energi, pariwisata, gender, dan
pemberdayaan perempuan. Agenda kedua ini merupakan reviu atas kerja sama New Asian-African Strategic Partnership
(NAASP) yang pertama dideklarasikan tahun 2005.
Agenda
kedua sekaligus mengevaluasi 10 tahun pasca-kesepakatan kerja sama strategis
Asia-Afrika. Sementara agenda ketiga, yakni Declaration of Palestine, akan
membahas perihal dukungan negara Asia-Afrika terhadap pendirian negara
Palestina dan pengembalian hak-hak dasar warga Palestina.
Jika
pada tahun 1955 KAA banyak menekankan isu kemerdekaan dan pembebasan dari
penjajahan kolonialisme, pada 2015 KAA lebih mendorong kualitas kesejahteraan
negaranegara Asia-Afrika. Salah satu strateginya adalah mendorong kerja sama
ekonomi strategis negara-negara di Asia-Afrika. Kerja sama kemitraan
strategis Selatan-Selatan ini diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan
kesejahteraan negara kawasan Asia-Afrika, tetapi juga mampu menjadi kekuatan
ekonomi dunia yang signifikan.
Sebagai
catatan, Asia-Afrika mewakili 75% penduduk di dunia dengan produk domestik
bruto (PDB) sebesar USD21 triliun atau sekitar sepertiga dari PDB dunia
sehingga dipandang perlu untuk terus didorong menjadi kekuatan ekonomi dunia
yang berperan besar. Besarnya pasar Asia-Afrika belum seimbang dengan
perkembangan ukuran ekonominya saat ini walaupun beberapa anggotanya tercatat
dalam 10 negara dengan PDB tertinggi seperti China, Rusia, Jepang, India, dan
Indonesia.
Mengingat
arti penting dan strategis Asia-Afrika sebagai salah satu poros kekuatan
ekonomi dunia yang memiliki potensi besar, isu kerja sama ekonomi dan kemitraan
strategis negara Asia-Afrika menjadi sangat relevan di tengah ekonomi dunia
yang masih melambat. Asia-Afrika perlu dipandang sebagai kawasan yang
memiliki peluang besar menjadi mesin ekonomi dunia mengingat kekuatan ekonomi
beberapa negara Asia-Afrika saat ini mulai menunjukkan kinerja yang
menggembirakan.
Dari
sisi besaran PDB, 5 dari 10 negara dengan PDB tertinggi tahun 2013 adalah
negara-negara Asia- Afrika (China, Rusia, Jepang, India, dan Indonesia). Atau
bagaimana industri manufaktur China, Korea Selatan atau India kini menjadi
pusat basis produksi tidak hanya regional, melainkan juga global yang mampu
berkompetisi dengan produk Amerika dan Eropa.
Bagi
Indonesia, peningkatan kerja sama ekonomi Asia- Afrika merupakan peluang yang
menjanjikan dalam mendorong berbagai program pembangunan ekonomi, antara lain
pembangunan infrastruktur, kerja sama perdagangan, kerja sama industri, atau
pembangunan ekonomi pariwisata. Di sektor infrastruktur, tentunya pertemuan
KAA kali ini dapat menjadi salah satu media tidak hanya diplomasi, tetapi
juga ekonomi untuk membangun kemitraan strategis.
Terutama
ketika saat ini Indonesia tengah gencar-gencarnya membangun infrastruktur dan
penguatan industri nasional. Walaupun daya saing infrastruktur saat ini
menunjukkan peringkat yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya (peringkat
ke-92 tahun 2012 menjadi peringkat ke-72 di 2014), tetapi kebutuhan
pembangunan infrastruktur untuk mencapai titik optimal masih sangatlah besar.
Di
sisi lain, anggaran belanja negara relatif terbatas sehingga sumber-sumber
pembiayaan pembangunan infrastruktur yang lain menjadi kemutlakan untuk
mendorong agresivitas pembangunan infrastruktur. Dari aspek kerja sama
perdagangan, Asia-Afrika yang merefleksikan 75% populasi dunia merupakan peluang
pasar yang menjanjikan bagi produk-produk Indonesia.
Pasar
Asia-Afrika dapat menjadi pilar kekuatan perdagangan Indonesia mengingat
adanya penurunan permintaan dari negara-negara pasar tradisional saat ini.
Menggarap pasar Asia-Afrika tentunya sekaligus menopang target kerja sama dan
kemitraan strategis di bidang ekonomi. Contoh ekspor industri furnitur atau
mebel tujuan negara-negara Asia- Afrika yang dalam beberapa tahun ini terus
menunjukkan pertumbuhan.
Bahkan
menurut catatan Kementerian Perdagangan, ekspor Indonesia ke Afrika meningkat
40-50%. Di sisi kerja sama industri, negara-negara seperti Jepang, China,
Rusia, India, Korea Selatan merupakan mitra stra-tegis untuk mendorong
produktivitas industri dalam negeri. Banyak hal yang perlu dipelajari dari
negara-negara tersebut, khususnya dalam pengembangan industri dalam negeri,
terutama aspek penataan rantai nilai industri dalam negeri.
Sektor
industri merupakan manifestasi sektor ekonomi bernilai tambah yang menjadi
salah satu solusi untuk mendorong kinerja pembangunan ekonomi nasional yang
selama ini masih sangat tergantung pada sektor komoditas. Di sektor
pariwisata, kawasan Asia-Afrika yang mewakili 75% penduduk dunia dengan 1
miliar orang di antaranya merupakan kelas menengah adalah peluang bagi sektor
pariwisata nasional. Tentunya pasar potensial ini diharapkan dapat memberi
peran yang besar bagi pengembangan kepariwisataan Indonesia sekaligus
mendorong sektor ini menjadi salah satu mesin ekonomi nasional.
Dengan
penyelenggaraan KAA di Bandung dan Jakarta ini, Indonesia perlu
mengoptimalkan semua peluang pengembangan kerja sama ekonomi yang strategis
untuk mewujudkan citacita pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar