Matematika
: Proses dan Hasil
L Wilardjo ; Fisikawan
|
KOMPAS,
02 Oktober 2014
BERMULA dari soal aritmetika
yang diberikan guru kelas II SDN No 06 Kota Bambu, Jakarta Barat, kepada
murid-muridnya, terjadilah perdebatan di media sosial. Kasus itu akhirnya
diberitakan di Kompas, Rabu 24 September 2014.
4 = 24. Itu sesuai dengan model-model soal
perkalian dalam buku tematik II Kurikulum 2013.Soal itu begini: 4 + 4 + 4 +
4 + 4 + 4 kalau digarap dengan perkalian bagaimana dan berapa hasil-kalinya?
Murid yang menjawab 4 x 6 = 24 disalahkan. Yang benar, menurut guru itu,
ialah 6 x
x ...”x 2, maka 4 + 4 + 4 + 4 +
4 + 4 = ... Menurut Guru Besar Matematika ITB yang menjadi Atase Kebudayaan
di Kedubes RI di New Delhi, Iwan Pranoto, kalau pemahaman murid terhadap
perkalian yang hendak diuji oleh guru soalnya seharusnya diubah menjadi:
”jika 2 + 2 + 2 = 3
Saran Iwan Pranoto itu bagus.
Apa yang dituntut guru menjadi lebih jelas. Murid dituntun untuk menarik
analogi berdasarkan pengenalan kemiripan soal dan kesamaan pola penyelesaian.
Kita juga setuju dengan Kepala
SDN 04 Kota Bambu, Suwati bahwa ”guru harus memberikan penghargaan kepada
murid atas proses yang telah mereka lalui menuju jawaban yang dia tulis”.
Guru Matematika kami di SMA dulu
memberikan bonus nilai 100 kepada murid yang di dalam ulangan tidak saja
berhasil mengerjakan soal-soal dengan benar, tetapi cara menggarapnya anggun,
artinya ringkas, bernas, dan jelas. Jadi murid itu beliau beri nilai 110.
Guru kami menghargai proses berpikir yang efisien, efektif, dan anggun.
Waktu masih di SD, Blaise Pascal
menyelesaikan soal-soal binomium dengan cepat sekali. Bahkan, lebih cepat
daripada gurunya. Ternyata ia mengerjakan soal secara sistematis. Suku-suku
hasil memangkatkan jumlah dua bilangan itu disusunnya menurut menurunnya
pangkat bilangan yang pertama dan menaiknya pangkat bilangan yang kedua, lalu
ia dengan jeli melihat pola koefisien dari setiap suku itu, yang ternyata
setangkup (simetris). Cara itu kemudiain dikenal sebagai Segitiga Pascal.
Misalnya, (a + b)0 = 1, (a + b)1
= (a + b), (a + b)2 = a2 + 2ab + b2, (a + b)3 = a3 + 3a2b + 3ab2 + b3, dst.
Segitiga Pascalnya:
1
1 1
1 2 1
1 3 3 1
Rumus ini tidak akan muncul jika
guru sekolah Pascal terpaku pada model dalam buku panduan, dan guru itu
otoriter!
6. Hasil-kalinya sama-sama 24. Perkalian itu
komutatif; mau dibolak-balik urutan faktor-faktornya, hasilnya sama. Lagipula
matematika ialah ilmu formal; asal bentuknya sahih, konsisten dengan kaidah
yang telah dibuktikan dan diterima sebagai ”benar”, Matematika itu, ya,
benar. 4 itu sama saja dengan 4 xSaya tidak tahu bagaimana secara
pendidikan. Tetapi secara logika dan matematika (yang juga pasti logis), 6 x
Untuk anak yang perkembangan
kognitifnya belum mencapai tahap formal, latihan soal matematika perlu dibuat
konkret. Kalau kebetulan ada murid kelas II SD yang sudah mengalami proses
pemikiran formal, ia justru harus diapresiasi.
Alkisah, Johann Bernoulli
(matematikawan Swiss) membuat sayembara, yakni menentukan lintasan yang
ditempuh dengan waktu terpendek antara titik A dan titik B. Kedua titik
materi ini terletak di bidang vertikal (yakni melalui pusat Bumi), dan letak
titik A lebih tinggi daripada titik B, pada arah radial yang berbeda. Gerak
perjalanan dari A ke B hanya akibat gravitasi.
Soal itu dinamakan
Brachistochrone (brachistos = tersingkat;chronos = waktu). Bernoulli
membicarakan sayembara itu tahun 1696. Sekitar 6 bulan kemudian, Gottfried
Wilhelm Leibniz (ilmuwan Jerman) minta agar diberi waktu tambahan agar lebih
banyak lagi ilmuwan yang ikut.
Isaac Newton (ilmuwan Inggris)
yang baru saja mendengar sayembara tersebut, keesokan harinya langsung
menjawab. Jawaban itu anonim dan benar, tetapi Bernoulli tahu bahwa pengirimnya
adalah Newton. Gumamnya: ”Singa dikenal dari cakarannya”.
Jawabannya adalah lintasan itu
berupa sikloida (yakni tempat kedudukan/lokus titik-titik yang dilalui
”sebintik” titik di sebuah lingkaran bila lingkaran itu berguling tanpa
tergelincir di garis lurus). Newton menemukan jawabannya secara intuitif.
Penyelesaian yang sistematis baru ditemukan antara lain oleh Joseph Louis
Lagrange (matematikawan Perancis) kemudian.
Dalam soal matematika, yang
benar atau salah itu jawabannya. Proses menuju jawaban yang benar bisa
bermacam-macam. Banyak jalan menuju ke Roma. Semua jalan itu bisa saja
sama-sama benar. Yang dapat dinilai keanggunannya: yang paling ringkas,
bernas, jelas, dan memukau!
Bandingkan bagaimana orang Jawa
dan orang Amerika mengupas mangga. Biasanya orang Jawa mengupas mangga dari
belakang ke depan, sedangkan orang Amerika dari depan ke belakang. Cara mana
yang benar? Ya kedua-duanya. Itu hanya soal kebiasaan.
3 = 5? Kita lazimnya mengatakan: ”Delapan
dikurangi tiga sama dengan lima”. Orang Amerika akan membacanya: ”Tiga
dikurangkan dari delapan sama dengan lima.” (Bagaimana cara membaca 8 -Three
subtracted from eight is equal to five), atau ”Tiga dikurangkan dari delapan
memberikan lima.” Kedua cara berpikir itu berbeda, tetapi sama-sama benar. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar