Antara
Jokowi dan Zuckerberg
Yulia Kusumaningrum ; Pemerhati Proses Kreatif
dan
Praktisi Industri Kreatif Sektor Kerajinan
|
KORAN
JAKARTA, 17 Oktober 2014
Kunjungan pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, untuk
memperkenalkan inisiatif global tentang Internet.org. Dia lalu bertemu
presiden ke-7, Joko Widodo. Peristiwa ini menimbulkan kegairahan publik.
Selain itu, kedatangan Zuckerberg merupakan promosi produk dan
destinasi wisata Indonesia ke pasar global. Kunjungannya ke Candi Borobudur
juga sebagai promosi yang sangat berarti untuk warga dunia. Begitu juga acara
blusukan ke Pasar Tanah Abang bersama Jokowi mencuatkan signifikansi
e-Marketplace bagi UMKM. Hal itu untuk mengembangkan usaha sesuai dengan
kemajuan teknologi. Apalagi, kini Facebook telah banyak digunakan masyarakat
untuk memasarkan produk dan jasa.
Antara Jokowi dan Zuckerberg memiliki kesamaan. Contoh sikap
kerakyatan, rendah hati, dan suka berinovasi mencari terobosan untuk
memecahkan persoalan masyarakat. Keduanya juga menumbuhkan netokrasi yang
merupakan sistem pemerintahan dan usaha perluasan demokrasi segala bidang
berbasiskan jaringan internet dan sosial media.
Jika ide keduanya dapat memadukan konsep e-Blusukan dengan fitur-fitur
Facebook kelak akan terjadi kolaborasi hebat terkait penyediaan e-Marketplace
bagi usaha rakyat, terutama sektor industri kreatif. Proyek e-Blusukan yang
dijalankan Jokowi menjadi semakin urgen. Tidak hanya sebagai media untuk komunikasi
langsung dan penyampaian aspirasi rakyat untuk lembaga kepresidenan, tetapi
juga bermanfaat buat menghimpun potensi ekonomi kerakyatan. Pemerintahan
Jokowi-JK perlu membangun infrastruktur e-Marketplace bagi produk industri
kreatif.
Tentunya, infrastruktur tersebut terkait dengan over the top (OTT )
global, seperti Facebook, Google, Twitter, Word Press, Microsoft, Apple,
Yahoo, Research In Motion, dan lainnya. Pemerintahan baru sebaiknya merombak
model bisnis dan marketing industri kreatif serta destinasi wisata sesuai
dengan ekspansi usaha OTT. Marketing produk kreatif rakyat Indonesia
seharusnya mendayagunakan sebaik mungkin keberadaan OTT. Apalagi, model
bisnis OTT tidak mengenal batas wilayah. Pentingnya infrastruktur
e-Marketplace bagi pelaku industri kreatif karena promosi dengan cara pameran
langsung membutuhkan dana cukup tinggi.
Contoh pameran Inacraft setiap tahun, tetapi selalu diwarnai minimnya
partisipasi industri kreatif karena mahalnya biaya keikutsertaan. Pemberian
kesempatan seluas- luasnya bagi industri kreatif untuk bergabung dalam
komunitas pasar virtual atau e-Marketplace akan berdampak positip. Untuk
tahap pertama sebaiknya pelaku diberi fasilitas e- Marketplace standar yang
bisa menampilkan produknya dengan mudah.
Juga adanya fasilitas inquiry atau suatu fasilitas untuk minta
penawaran produk industri kreatif. Mestinya, PT Telkom sebagai penyedia
infrastruktur sekaligus penyedia portal e-Commerce dan agregasi konten mampu
memfasilitasi semua itu. Dia juga perlu memberi akses seluas-luasnya bagi
UMKM industri kreatif di seluruh tanah air.
Dengan demikian, indeks konektivitas negeri ini bisa meningkat secara signifikan.
Perkembangan pengguna internet di negeri ini yang sangat pesat dan semakin
meningkatnya kualitas jaringan telekomunikasi menyebabkan e-Commerce dan
konten digital sebagai portofolio produk penting. Dengan demikian, menjadi
stimulus bagi perusahaan telco untuk bisa berkembang menjadi penyediaan
platform transaksi online di negeri ini yang murah dan efektif. Tak bisa
dimungkiri lagi, internet telah mencerahkan jagat kreativitas sekaligus
melancarkan pengembangan model bisnis baru industri kreatif. Peradaban
gelombang keempat akan menempat produk tersebut sebagai jenis pekerjaan masa
depan sangat menjanjikan, asal terus inovasi.
Dalam era ekonomi kreatif, infrastruktur e-Commerce dan segenap
aktivitas ekonomi dengan sendirinya harus disesuaikan dengan karakteristiknya
seperti basis pengetahuan yang menunjang inovasi. Program Nasional Indonesia
Design Power mestinya bisa menjadi platform dalam mencapai tujuan tersebut.
Dengan demikian, kinerja ekonomi kreatif bisa terwujud.
Selain itu, eksistensi e-Marketplace industri kreatif juga sangat
ditentukan program lembaga inovasi daerah yang hendaknya terfokus kepada
konten lokal berupa kerajinan unggulan agar mampu menerobos pasar global.
Promosi Kedatangan Zuckerberg untuk menikmati matahari terbit di atas Candi
Borobudur merupakan kejutan besar bagi sektor pariwisata. Foto-fotonya di
Borobudur yang telah diunggah ke media merupakan promosi yang luar biasa dan
tidak ternilai harganya. Apalagi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
sedang giat membenahi promosi ke sejumlah negara dalam rangka meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Ke depan, pemerintahan Jokowi-JK berkepentingan mentransformasikan
organisasi pemasaran wisata. Pemerintah yang ingin mengembangkan potensi
pariwisatanya dengan sungguh-sungguh, mau tidak mau harus melakukan program
praktis untuk memperluas basis pramuwisata. Dengan melihat fenomena
Zuckerberg di Candi Borobudur, seluruh elemen masyarakat diharapkan mampu
berperan sebagai pramuwisata secara baik. Organsiasi Industri pariwisata
dunia yang telah menjadi pilar ekonomi diakselerasi sosial media.
Kelahiran pemandu wisata portable yang mampu melayani dengan baik makin
penting. Sekadar contoh, pariwisata Dublin sukses meluncurkan iWalks dalam
bentuk serangkaian podcast atau audio panduan pelancong. Langkah tersebut
telah berkolaboarsi dengan sosial media. Hasilnya, Dublin telah menempati posisi
puncak di Eropa untuk objek wisata perkotaan. Menurut pakar industri
pariwisata Erkila dari University of Minnesotas, Industri ini semakin
membutuhkan sosial media yang berkolaborasi dengan media wisata, seperti
Viator, sebelum melakukan perjalanan. Viator mampu menciptakan sumber daya
yang komprehensif untuk wisatawan. Apalagi, Viator memiliki paket lebih dari
6 ribu dan aktivitas di 450 kota dan lebih dari 90 negara. Pentingnya
mendorong kreativitas rakyat luas untuk membuat konten destinasi wisata
negeri ini dengan berbagai aplikasi lalu di unggah ke sosial media.
Persaingan global untuk menjaring wisatawan begitu sengit.
Strategi menjaring wisatawan telah diwarnai dengan langkah unik dan
spektakuler. Juga dengan metode buzz marketing lewat media sosial. Selain
itu, industri pariwisata dunia diwarnai dengan penerapan pemandu portable
yang mampu melayani secara baik. Contohnya penggunaan iPod. Tak pelak lagi,
industri pariwisata semakin membutuhkan para pengembang dan inovator TIK yang
mampu merancang aplikasi untuk berkolaborasi secara flkesibel lewat sosial
media. Sekarang, jejaring sosial merupakan sarana strategis sebagai promosi.
Kini, banyak pengelola pariwisata di Jepang membagikan ribuan tiket
penerbangan secara gratis kepada warga dunia. Para penerima tiket gratis
tersebut selanjutnya diminta menulis pengalamannya di berbagai media sosial.
Strategi ini dikenal dengan istilah co-creation.
Ini sebuah platform yang bisa diakselerasi lebih lanjut menjadi viral
marketing kelak guna mendatangkan keuntungan luar biasa. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar