Jumat, 24 Oktober 2014

Antara Jokowi dan Zuckerberg

Antara Jokowi dan Zuckerberg

Yulia Kusumaningrum  ;  Pemerhati Proses Kreatif
dan Praktisi Industri Kreatif Sektor Kerajinan
KORAN JAKARTA, 17 Oktober 2014
                                                
                                                                                                                       


Kunjungan pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, untuk memperkenalkan inisiatif global tentang Internet.org. Dia lalu bertemu presiden ke-7, Joko Widodo. Peristiwa ini menimbulkan kegairahan publik.

Selain itu, kedatangan Zuckerberg merupakan promosi produk dan destinasi wisata Indonesia ke pasar global. Kunjungannya ke Candi Borobudur juga sebagai promosi yang sangat berarti untuk warga dunia. Begitu juga acara blusukan ke Pasar Tanah Abang bersama Jokowi mencuatkan signifikansi e-Marketplace bagi UMKM. Hal itu untuk mengembangkan usaha sesuai dengan kemajuan teknologi. Apalagi, kini Facebook telah banyak digunakan masyarakat untuk memasarkan produk dan jasa.

Antara Jokowi dan Zuckerberg memiliki kesamaan. Contoh sikap kerakyatan, rendah hati, dan suka berinovasi mencari terobosan untuk memecahkan persoalan masyarakat. Keduanya juga menumbuhkan netokrasi yang merupakan sistem pemerintahan dan usaha perluasan demokrasi segala bidang berbasiskan jaringan internet dan sosial media.

Jika ide keduanya dapat memadukan konsep e-Blusukan dengan fitur-fitur Facebook kelak akan terjadi kolaborasi hebat terkait penyediaan e-Marketplace bagi usaha rakyat, terutama sektor industri kreatif. Proyek e-Blusukan yang dijalankan Jokowi menjadi semakin urgen. Tidak hanya sebagai media untuk komunikasi langsung dan penyampaian aspirasi rakyat untuk lembaga kepresidenan, tetapi juga bermanfaat buat menghimpun potensi ekonomi kerakyatan. Pemerintahan Jokowi-JK perlu membangun infrastruktur e-Marketplace bagi produk industri kreatif.

Tentunya, infrastruktur tersebut terkait dengan over the top (OTT ) global, seperti Facebook, Google, Twitter, Word Press, Microsoft, Apple, Yahoo, Research In Motion, dan lainnya. Pemerintahan baru sebaiknya merombak model bisnis dan marketing industri kreatif serta destinasi wisata sesuai dengan ekspansi usaha OTT. Marketing produk kreatif rakyat Indonesia seharusnya mendayagunakan sebaik mungkin keberadaan OTT. Apalagi, model bisnis OTT tidak mengenal batas wilayah. Pentingnya infrastruktur e-Marketplace bagi pelaku industri kreatif karena promosi dengan cara pameran langsung membutuhkan dana cukup tinggi.

Contoh pameran Inacraft setiap tahun, tetapi selalu diwarnai minimnya partisipasi industri kreatif karena mahalnya biaya keikutsertaan. Pemberian kesempatan seluas- luasnya bagi industri kreatif untuk bergabung dalam komunitas pasar virtual atau e-Marketplace akan berdampak positip. Untuk tahap pertama sebaiknya pelaku diberi fasilitas e- Marketplace standar yang bisa menampilkan produknya dengan mudah.

Juga adanya fasilitas inquiry atau suatu fasilitas untuk minta penawaran produk industri kreatif. Mestinya, PT Telkom sebagai penyedia infrastruktur sekaligus penyedia portal e-Commerce dan agregasi konten mampu memfasilitasi semua itu. Dia juga perlu memberi akses seluas-luasnya bagi UMKM industri kreatif di seluruh tanah air.

Dengan demikian, indeks konektivitas negeri ini bisa meningkat secara signifikan. Perkembangan pengguna internet di negeri ini yang sangat pesat dan semakin meningkatnya kualitas jaringan telekomunikasi menyebabkan e-Commerce dan konten digital sebagai portofolio produk penting. Dengan demikian, menjadi stimulus bagi perusahaan telco untuk bisa berkembang menjadi penyediaan platform transaksi online di negeri ini yang murah dan efektif. Tak bisa dimungkiri lagi, internet telah mencerahkan jagat kreativitas sekaligus melancarkan pengembangan model bisnis baru industri kreatif. Peradaban gelombang keempat akan menempat produk tersebut sebagai jenis pekerjaan masa depan sangat menjanjikan, asal terus inovasi.

Dalam era ekonomi kreatif, infrastruktur e-Commerce dan segenap aktivitas ekonomi dengan sendirinya harus disesuaikan dengan karakteristiknya seperti basis pengetahuan yang menunjang inovasi. Program Nasional Indonesia Design Power mestinya bisa menjadi platform dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, kinerja ekonomi kreatif bisa terwujud.

Selain itu, eksistensi e-Marketplace industri kreatif juga sangat ditentukan program lembaga inovasi daerah yang hendaknya terfokus kepada konten lokal berupa kerajinan unggulan agar mampu menerobos pasar global. Promosi Kedatangan Zuckerberg untuk menikmati matahari terbit di atas Candi Borobudur merupakan kejutan besar bagi sektor pariwisata. Foto-fotonya di Borobudur yang telah diunggah ke media merupakan promosi yang luar biasa dan tidak ternilai harganya. Apalagi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang giat membenahi promosi ke sejumlah negara dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Ke depan, pemerintahan Jokowi-JK berkepentingan mentransformasikan organisasi pemasaran wisata. Pemerintah yang ingin mengembangkan potensi pariwisatanya dengan sungguh-sungguh, mau tidak mau harus melakukan program praktis untuk memperluas basis pramuwisata. Dengan melihat fenomena Zuckerberg di Candi Borobudur, seluruh elemen masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pramuwisata secara baik. Organsiasi Industri pariwisata dunia yang telah menjadi pilar ekonomi diakselerasi sosial media.

Kelahiran pemandu wisata portable yang mampu melayani dengan baik makin penting. Sekadar contoh, pariwisata Dublin sukses meluncurkan iWalks dalam bentuk serangkaian podcast atau audio panduan pelancong. Langkah tersebut telah berkolaboarsi dengan sosial media. Hasilnya, Dublin telah menempati posisi puncak di Eropa untuk objek wisata perkotaan. Menurut pakar industri pariwisata Erkila dari University of Minnesotas, Industri ini semakin membutuhkan sosial media yang berkolaborasi dengan media wisata, seperti Viator, sebelum melakukan perjalanan. Viator mampu menciptakan sumber daya yang komprehensif untuk wisatawan. Apalagi, Viator memiliki paket lebih dari 6 ribu dan aktivitas di 450 kota dan lebih dari 90 negara. Pentingnya mendorong kreativitas rakyat luas untuk membuat konten destinasi wisata negeri ini dengan berbagai aplikasi lalu di unggah ke sosial media. Persaingan global untuk menjaring wisatawan begitu sengit.

Strategi menjaring wisatawan telah diwarnai dengan langkah unik dan spektakuler. Juga dengan metode buzz marketing lewat media sosial. Selain itu, industri pariwisata dunia diwarnai dengan penerapan pemandu portable yang mampu melayani secara baik. Contohnya penggunaan iPod. Tak pelak lagi, industri pariwisata semakin membutuhkan para pengembang dan inovator TIK yang mampu merancang aplikasi untuk berkolaborasi secara flkesibel lewat sosial media. Sekarang, jejaring sosial merupakan sarana strategis sebagai promosi.

Kini, banyak pengelola pariwisata di Jepang membagikan ribuan tiket penerbangan secara gratis kepada warga dunia. Para penerima tiket gratis tersebut selanjutnya diminta menulis pengalamannya di berbagai media sosial. Strategi ini dikenal dengan istilah co-creation. Ini sebuah platform yang bisa diakselerasi lebih lanjut menjadi viral marketing kelak guna mendatangkan keuntungan luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar