Senin, 27 Oktober 2014

Menunda Tepuk Tangan

Menunda Tepuk Tangan

Samsudin Adlawi  ;  Wartawan Jawa Pos
JAWA POS, 27 Oktober 2014
                                                
                                                                                                                       


ALHAMDULILLAH, Senin sampai Rabu lalu saya tidak tergoda larut dalam euforia. Saya memilih diam. Menyaksikan keriuhan pesta menyambut presiden-wakil presiden baru lewat layar kaca. Sambil terus memantau perkembangannya lewat media. Terutama sosial media yang tak kalah riuh redam.

Sambil mengelus dada, saya berdoa mudah-mudahan dalam pesta itu mereka tidak lupa berdoa. Setidaknya berdoa untuk diri sendiri. Berdoa agar diberi ketabahan dan kesabaran. Dua hal tersebut penting. Sebab, tanpa ketabahan dan kesabaran, orang mudah kecewa. Marah. Ngamuk. Dua modal itu dibutuhkan untuk jaga-jaga kalau kelak pemerintahan Jokowi ternyata idem ditto dengan pemerintahan SBY, mereka tidak perlu kecewa. Bahkan, kalau rapornya lebih jelek daripada SBY, mereka tidak sampai ngamuk.

Hidup memang pilihan. Bahkan, kini mulai banyak yang memelesetkannya: hidup adalah pemujaan. Sebagian besar pemilih Jokowi tidak sekadar pengidola. Lebih dari itu. Mereka sudah masuk kategori pemuja.

Orang bijak berpesan, hadapi hidup dengan biasa-biasa saja. Jangan berlebihan. Menggemari boleh. Tapi, jangan sampai terjerumus dalam pemujaan yang berlebihan. Sebab, hanya sakit hati yang akan didapat orang-orang yang terlalu mencintai.

Genap sepekan setelah pelantikan presiden-wakil presiden, bibit-bibit kekecewaan mulai muntup-muntup. Bibit rasa kecewa itu mengemuka ketika acara pengumuman dan pelantikan para menteri Kabinet Trisakti batal Rabu lalu. Padahal, lokasi pelantikan di Pelabuhan Tanjung Priok sudah disiapkan serapi-rapinya. Para awak media juga sudah diusung Biro Pers Istana Merdeka ke lokasi. Bahkan, 33 helm untuk salah satu atribut menteri sudah disiapkan.
Tapi, batalnya acara penting itu masih bisa dimafhumi masyarakat. 

Maklum, kan presiden baru. Jokowi belum nyetel dengan staf kepresidenan. Meski yang lain berpendapat: lembaga kepresidenan bukan lembaga ecek-ecek. Kesalahan sekecil apa pun tidak boleh terjadi. Apalagi untuk agenda pelantikan para pembantu presiden.

Pengumuman para menteri kemarin juga membuka peluang menimbulkan bibit-bibit kekecewaan baru. Yang kecewa merupakan rakyat yang berharap Jokowi mengangkat orang-orang hebat dalam kabinetnya. Sebab, Jokowi dalam memerintah tidak hanya akan menghadapi permasalahan bangsa. Melainkan juga harus siap menghadapi kekuatan Koalisi Merah Putih (KMP) yang menguasai parlemen. Jauh hari KMP sudah me-warning akan terus mengkritisi pemerintahan Jokowi-JK.

Dalam posisi seperti itu, idealnya Jokowi memilih figur-fugur yang tidak hanya punya integritas. Tapi, juga punya jiwa entrepreneurship. Figur menteri yang berjiwa ”koboi” seperti Jokowi. Menteri yang lebih gembira turun ke lapangan, bukan figur yang hanya duduk di belakang meja sambil membanggakan baju dan pin menterinya.

Menteri yang berjiwa entrepreneur pasti tidak betah di kantor. Banyak ide. Cepat mengambil solusi. Siap mempertanggungjawabkan semua program dan tindakannya tidak hanya kepada presiden sebagai bosnya. Melainkan juga berani menghadapi para anggota DPR dalam rapat kerja atau rapat-rapat yang lain. Yang terakhir itu sangat penting. Sebab, sekali lagi, anggota parlemen kubu KMP sudah siap mengkritisi kinerja presiden dan para pembantunya. Yang terpenting, menteri yang entrepreneur bisa mengakselerasi capaian target-target program presiden.

Nyatanya, nama-nama para menteri yang baru saja diumumkan kurang Njokowi. Tidak terasa Jokowi-nya. Hampir tidak ada yang memiliki gaya seperti Jokowi. Karena itu, muncul pertanyaan besar, apakah mereka bisa memenuhi ekspektasi seorang Jokowi: menteri yang langsung bekerja, bekerja, bekerja (mirip tagline Dahlan Iskan, ya). Pada suatu kesempatan, Jokowi pernah mengatakan kepada media bahwa para menterinya nanti harus rajin turun ke bawah, menyerah seperti dirinya.

Kenapa Kabinet Trisakti kurang taste Jokowi-nya? Ada yang menduga Jokowi berada dalam tekanan dalam menyusun kabinet. Dia terpaksa harus menerima kompromi. Jokowi selama ini kan dikenal sangat sakti, kok bisa diintervensi? Kalau benar ada yang mengintervensi Jokowi, pastilah orang itu lebih sakti daripada Jokowi. Wallahu a’lam...

Yang pasti, saya bersyukur bisa menahan diri. Minimal sampai detik ini belum memberikan aplaus untuk pelantikan presiden Jokowi-JK. Maaf, saya memilih menunda tepuk tangan itu lima tahun akan datang, setelah melihat Jokowi bersama para menterinya sukses menyelesaikan pemerintahannya dengan nilai B. Kalau ternyata harapan itu tidak tercapai, saya pun tidak akan kecewa. Apalagi, sampai ngumpat-ngumpat. He he....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar