Memahami
Erupsi Sinabung
Izzuddin Azzam ; Mahasiswa Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan
Energi, Universitas Trisakti, Jakarta
|
KORAN
JAKARTA, 15 Oktober 2014
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, lama mengalami
dormansi (tidur). Erupsi terakhir 400 tahun lalu. Setelah itu terlelap dan
kembali meletus pada 29 Agustus 2010. Banyak korban jiwa. Erupsi 1 Februari
2014 menelan 17 korban diterjang luncuran awan panas (pyroclastic cloud).
Erupsinya masih sulit diprediksi dan belum dapat diketahui berakhirnya.
Dia kembali meletus pada Minggu (5/10/2014). Sepanjang hari itu, dia meletus
berkali-kali. Banyak pertanyaan masyarakat awam terkait Sinabung yang aktif
lagi, terutama penyebabnya. Sampai kini, belum ada bukti-bukti empiris untuk
menjelaskan penyebab sebuah gunung api yang tidur berabad-abad tiba-tiba
meletus. Jadi, sangat perlu ada sebuah penelitian mengenai ini.
Selama ini, penilaian aktivitas sebuah gunung api hanya didasarkan pada
tipenya. Tipe gunung api dikategorikan berdasarkan data statistik letusan
terakhir dan tidak didasarkan kondisi vulkanologinya. Catatan kegunungapian
dianggap lengkap sejak tahun 1600. Pengelompokannya: Tipe A yang tercatat pernah
erupsi magmatik sekurang-kurangnya sekali sesudah tahun 1600.
Kemudian tipe B yang sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan
erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti
kegiatan solfatara. Tipe C di mana sejarah erupsinya tidak diketahui, namun
masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkat lemah.
Jika aktivitas gunung api hanya dinilai didasarkan data statistik,
demikian juga melihat siklus aktivitas erupsinya. Identifikasi aktivitas
gunung belum menyeluruh dan komprehensif sehingga tidak banyak diketahui
sebab gunung api tidur tiba-tiba aktif.
Contoh
Banyak contoh gunung api yang sudah dianggap mati ratusan bahkan jutaan
tahun ternyata aktif kembali. Salah satunya Gunung Pinatubo di Filipina
(lebih dari 490 tahun tidur). Dia aktif kembali dipicu gempa bumi M=7,7 pada
bulan Juli 1990 dan benar-benar meletus pada Juni 1991 menewaskan 850 jiwa.
Di Indonesia, juga terdapat gunung api mati yang berumur tersier (yang
terbentuk antara 65,5 juta–1,8 juta tahun lalu) kini aktif kembali, yaitu
Anak Ranakah. Dia lahir pada 27 Desember 1987 di Manggarai, Flores, NTT.
Sebelumnya, di sekitar zona subduksi selatan NTT ini, pada 10 Agustus 1977,
telah terjadi gempa bumi kuat dengan M=8,0 yang memicu tsunami dahsyat.
Para ahli kebumian menilai kasus ini pada dasarnya terkait aktivitas
pengisian kembali kantong magma. Proses pengisian kantong magma kembali
sangat terkait dengan masalah tektonovolkanik. Bagi penganut teori lempeng
tektonik, aktifnya kembali gunung api berhubungan dengan dinamika lempeng di
sekitar yang periodisitasnya dapat mencapai ratusan hingga jutaan tahun.
Secara tektonovolkanik, gempa bumi kuat dapat mengaktifkan kembali
gunung api yang tidur karena berkaitan dengan perubahan tektonik sekitar
kantong magma. Guncangan gempa bumi besar akan memicu reaktivasi patahan
hingga dapat menghubungkan kembali aliran magma ke dalam kantong. Gempa kuat
juga dapat memicu retakan baru sehingga memotong kantong magma yang
sebelumnya dinyatakan “mati”. Aliran magma menerobos lewat celah-celah
retakan baru di jalur magma yang sebelumnya tersumbat.
Akumulasi medan stres terus-menerus zona gunung api juga dapat
mengaktifkan kembali. Stress-strain akibat gempa bertubi-tubi sekitar gunung
dapat menekan cebakan reservoir magma. Aktifnya kembali ketika berlangsung
induksi perambatan stress-strain dari kegiatan seismik luar biasa. Gempa kuat
dekat gunung dapat menciptakan stress-strain yang memicu tekanan hingga
terbentuk rekahan. Hal ini memicu terulangnya periodisasi proses tektonik
baru dengan kenaikan magma dari dalam bumi ke kantong.
Sebab lain adanya perubahan tekanan gas besar. Tingginya frekuensi
gempa kuat dekat gunung menjadi input motion menyebabkan pergerakan gas di kantong
magma. Beberapa aktivitas seismik berkekuatan besar mampu mengubah tekanan
gas dapur magma. Fenomena ini dapat dianalogikan seperti sebuah botol minuman
yang dikocok hingga menimbulkan gelembung-gelembung gas yang bergerak naik.
Selajutnya, dia menekan ke atas dan melepaskan tutup botol hingga meletup
keras.
Jika diperhatikan, peta tektonik Sumatra, ada sebuah jalur tunjaman
lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah pulau tersebut. Ini membuat sebaran
episentrum gempa banyak terdapat di lepas pantai barat Sumatra. Di zona ini,
dalam kerangka tektonik, selain terdapat jalur subduksi, ada sesar Mentawai
di laut dan sesar Semangko di daratan. Dengan kondisi tataan tektonik
demikian kompleks, Sumatra telah menjadi kawasan seismik aktif dengan
frekuensi kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia. Di zona seismik yang
aktif inilah Gunung Sinabung kembali aktif.
Aktivitas
Seismik
Tingginya aktivitas seismik di sekitar Sinabung tecermin dari
peningkatan frekuensi gempa kuat yang sering kali mengguncang kawasan
Sinabung. Sebagai gambaran tingginya aktivitas seismik, dalam rentang waktu
11 tahun sebelum erupsi, ada 7 gempa tektonik kuat (M>7,0).
Gempa Aceh 26 Desember 2004 (M=9,3) memicu tsunami. Mulai saat itu
wilayah Sumatra sering diguncang gempa. Tiga bulan kemudian, 28 Maret 2005,
Sumatra kembali diguncang gempa kuat (M=8,2) berpusat dekat Nias.
Selanjutnya, pada 12 September 2007, pulau ini kembali diguncang gempa
(M=7,7) berpusat dekat Mentawai.
Dua tahun kemudian, 30 September 2009, Sumatra kembali diguncang gempa
(M=7,9) yang menimbulkan kerusakan rumah di Padang dan Pariaman. Gempa kuat
berikutnya di Pulau Pagai, 25 Oktober 2010 (M=7,7) yang memicu tsunami.
Terakhir gempa Aceh 11 April 2012 (M=8,5) berpusat di zona outerrise. Gempa
ini cukup unik dan langka karena episentrumnya terletak di luar zona
subduksi.
Jika aktivitas vulkanik merupakan bagian rangkaian kegiatan tektonik,
dapat dikatakan aktifnya Sinabung dipengaruhi gempa tektonik. Data aktivitas
seismisitas gempa tersebut kiranya cukup membuktikan keberadaan dapur magma
Sinabung kini terisi magma menjadi kian labil karena terus-menerus dipukul
dan ditekan gelombang gempa.
Kantong magma yang selalu tertekan menjadi penuh. Selanjutnya bergerak
naik. Magma baru yang naik ke permukaan memicu lebih banyak lagi magma dari
dalam bumi hingga Sinabung meletus. Melihat fakta tektonik dan kondisi
seismisitas Sumatra yang kian aktif, ke depan dia akan tetap aktif. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar