Jumat, 24 Oktober 2014

Memahami Erupsi Sinabung

Memahami Erupsi Sinabung

Izzuddin Azzam  ;  Mahasiswa Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta
KORAN JAKARTA, 15 Oktober 2014
                                                
                                                                                                                       


Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, lama mengalami dormansi (tidur). Erupsi terakhir 400 tahun lalu. Setelah itu terlelap dan kembali meletus pada 29 Agustus 2010. Banyak korban jiwa. Erupsi 1 Februari 2014 menelan 17 korban diterjang luncuran awan panas (pyroclastic cloud).

Erupsinya masih sulit diprediksi dan belum dapat diketahui berakhirnya. Dia kembali meletus pada Minggu (5/10/2014). Sepanjang hari itu, dia meletus berkali-kali. Banyak pertanyaan masyarakat awam terkait Sinabung yang aktif lagi, terutama penyebabnya. Sampai kini, belum ada bukti-bukti empiris untuk menjelaskan penyebab sebuah gunung api yang tidur berabad-abad tiba-tiba meletus. Jadi, sangat perlu ada sebuah penelitian mengenai ini.

Selama ini, penilaian aktivitas sebuah gunung api hanya didasarkan pada tipenya. Tipe gunung api dikategorikan berdasarkan data statistik letusan terakhir dan tidak didasarkan kondisi vulkanologinya. Catatan kegunungapian dianggap lengkap sejak tahun 1600. Pengelompokannya: Tipe A yang tercatat pernah erupsi magmatik sekurang-kurangnya sekali sesudah tahun 1600.

Kemudian tipe B yang sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara. Tipe C di mana sejarah erupsinya tidak diketahui, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkat lemah.

Jika aktivitas gunung api hanya dinilai didasarkan data statistik, demikian juga melihat siklus aktivitas erupsinya. Identifikasi aktivitas gunung belum menyeluruh dan komprehensif sehingga tidak banyak diketahui sebab gunung api tidur tiba-tiba aktif.

Contoh

Banyak contoh gunung api yang sudah dianggap mati ratusan bahkan jutaan tahun ternyata aktif kembali. Salah satunya Gunung Pinatubo di Filipina (lebih dari 490 tahun tidur). Dia aktif kembali dipicu gempa bumi M=7,7 pada bulan Juli 1990 dan benar-benar meletus pada Juni 1991 menewaskan 850 jiwa.

Di Indonesia, juga terdapat gunung api mati yang berumur tersier (yang terbentuk antara 65,5 juta–1,8 juta tahun lalu) kini aktif kembali, yaitu Anak Ranakah. Dia lahir pada 27 Desember 1987 di Manggarai, Flores, NTT. Sebelumnya, di sekitar zona subduksi selatan NTT ini, pada 10 Agustus 1977, telah terjadi gempa bumi kuat dengan M=8,0 yang memicu tsunami dahsyat.

Para ahli kebumian menilai kasus ini pada dasarnya terkait aktivitas pengisian kembali kantong magma. Proses pengisian kantong magma kembali sangat terkait dengan masalah tektonovolkanik. Bagi penganut teori lempeng tektonik, aktifnya kembali gunung api berhubungan dengan dinamika lempeng di sekitar yang periodisitasnya dapat mencapai ratusan hingga jutaan tahun.

Secara tektonovolkanik, gempa bumi kuat dapat mengaktifkan kembali gunung api yang tidur karena berkaitan dengan perubahan tektonik sekitar kantong magma. Guncangan gempa bumi besar akan memicu reaktivasi patahan hingga dapat menghubungkan kembali aliran magma ke dalam kantong. Gempa kuat juga dapat memicu retakan baru sehingga memotong kantong magma yang sebelumnya dinyatakan “mati”. Aliran magma menerobos lewat celah-celah retakan baru di jalur magma yang sebelumnya tersumbat.

Akumulasi medan stres terus-menerus zona gunung api juga dapat mengaktifkan kembali. Stress-strain akibat gempa bertubi-tubi sekitar gunung dapat menekan cebakan reservoir magma. Aktifnya kembali ketika berlangsung induksi perambatan stress-strain dari kegiatan seismik luar biasa. Gempa kuat dekat gunung dapat menciptakan stress-strain yang memicu tekanan hingga terbentuk rekahan. Hal ini memicu terulangnya periodisasi proses tektonik baru dengan kenaikan magma dari dalam bumi ke kantong.

Sebab lain adanya perubahan tekanan gas besar. Tingginya frekuensi gempa kuat dekat gunung menjadi input motion menyebabkan pergerakan gas di kantong magma. Beberapa aktivitas seismik berkekuatan besar mampu mengubah tekanan gas dapur magma. Fenomena ini dapat dianalogikan seperti sebuah botol minuman yang dikocok hingga menimbulkan gelembung-gelembung gas yang bergerak naik. Selajutnya, dia menekan ke atas dan melepaskan tutup botol hingga meletup keras.

Jika diperhatikan, peta tektonik Sumatra, ada sebuah jalur tunjaman lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah pulau tersebut. Ini membuat sebaran episentrum gempa banyak terdapat di lepas pantai barat Sumatra. Di zona ini, dalam kerangka tektonik, selain terdapat jalur subduksi, ada sesar Mentawai di laut dan sesar Semangko di daratan. Dengan kondisi tataan tektonik demikian kompleks, Sumatra telah menjadi kawasan seismik aktif dengan frekuensi kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia. Di zona seismik yang aktif inilah Gunung Sinabung kembali aktif.

Aktivitas Seismik

Tingginya aktivitas seismik di sekitar Sinabung tecermin dari peningkatan frekuensi gempa kuat yang sering kali mengguncang kawasan Sinabung. Sebagai gambaran tingginya aktivitas seismik, dalam rentang waktu 11 tahun sebelum erupsi, ada 7 gempa tektonik kuat (M>7,0).

Gempa Aceh 26 Desember 2004 (M=9,3) memicu tsunami. Mulai saat itu wilayah Sumatra sering diguncang gempa. Tiga bulan kemudian, 28 Maret 2005, Sumatra kembali diguncang gempa kuat (M=8,2) berpusat dekat Nias. Selanjutnya, pada 12 September 2007, pulau ini kembali diguncang gempa (M=7,7) berpusat dekat Mentawai.

Dua tahun kemudian, 30 September 2009, Sumatra kembali diguncang gempa (M=7,9) yang menimbulkan kerusakan rumah di Padang dan Pariaman. Gempa kuat berikutnya di Pulau Pagai, 25 Oktober 2010 (M=7,7) yang memicu tsunami. Terakhir gempa Aceh 11 April 2012 (M=8,5) berpusat di zona outerrise. Gempa ini cukup unik dan langka karena episentrumnya terletak di luar zona subduksi.

Jika aktivitas vulkanik merupakan bagian rangkaian kegiatan tektonik, dapat dikatakan aktifnya Sinabung dipengaruhi gempa tektonik. Data aktivitas seismisitas gempa tersebut kiranya cukup membuktikan keberadaan dapur magma Sinabung kini terisi magma menjadi kian labil karena terus-menerus dipukul dan ditekan gelombang gempa.

Kantong magma yang selalu tertekan menjadi penuh. Selanjutnya bergerak naik. Magma baru yang naik ke permukaan memicu lebih banyak lagi magma dari dalam bumi hingga Sinabung meletus. Melihat fakta tektonik dan kondisi seismisitas Sumatra yang kian aktif, ke depan dia akan tetap aktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar