Presiden
dan Kesejahteraan
Juli Panglima Saragih ; Peneliti di Pusat Pengkajian Pengolahan Data
dan
Informasi (P3DI) DPR RI
|
REPUBLIKA,
21 Oktober 2014
Pada
Senin, 20 Oktober 2014, presiden dan wakil presiden terpilih akan resmi dilantik
oleh MPR di Gedung MPR/DPR/DPD. Joko Widodo merupakan presiden ketujuh dalam
sejarah pemerintahan Indonesia untuk periode 2014-2019.
Terlepas
partai (koalisi) apa yang mencalonkannya, tetapi Joko Widodo menjadi presiden
seluruh rakyat. Karena itu, presiden baru harus dan memiliki tanggung jawab
untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia lima tahun ke depan.
Pertanyaannya,
bagaimana cara menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai
Merauke dengan kompleksitas problema? Pertama, negara harus lebih kuat dari
rakyatnya dengan meningkatkan kapasitas dan kemampuan negara menciptakan
kebijakan publik yang unggul dan melayani rakyatnya.
Demokrasi
adalah pilihan berpolitik dan bernegara. Setelah Indonesia menjadi negara
demokrasi, maka tantangan pembangunan politik adalah melahirkan kebijakan
pembangunan (public policies) yang
mengangkat derajat hidup rakyat, bukan sekadar peningkatan pendapatan per kapita
atau pertumbuhan PDB sebagai tolok ukur. Sebab, jumlah penduduk miskin sampai
saat ini masih cukup banyak, menurut ukuran BPS.
Susilo
Bambang Yudhoyono pernah menegaskan, demokrasi dan reformasi (saja) --sebagai
pilihan berpolitik tidaklah cukup untuk menyejahterakan rakyat. Perlu implementasi
good and clean governance, terutama
dalam kaitan penguatan kapasitas negara dalam menciptakan kebijakan publik
yang unggul dan prorakyat.
Politik
kesejahteraan rakyat tidak lagi wacana, tapi kewajiban dalam setiap rezim
pemerintahan baru, apabila Indonesia menjadi negara maju. Dalam beberapa bulan
terakhir menteri keuangan pernah mengingatkan akan munculnya istilah middle income trap.
Artinya
dengan kelimpahan SDM yang berkualitas dan semakin banyaknya jumlah kelas
menengah baru, maka sebenarnya Indonesia dapat keluar dari kelompok negara
berpenghasilan menengah dan memasuki kelompok negara maju. Indonesia harus
keluar dari jebakan tersebut dan dapat menikmati hasil pertumbuhan dan
pembangunan yang dicapai selama ini.
Kedua, supreme political leadership harus
kuat. Negara yang kuat terlihat dan tecermin dari para pemimpinnya terutama presiden.
Karena itu, perlu terus dikembangkan negarawan yang berjiwa kepemimpinan,
berintegritas, bermoral, dan dekat dengan rakyat, serta bersih dari perilaku korupsi.
Kegagalan suatu pemerintahan juga dapat terjadi karena kesalahan
kepemimpinannya. Banyak contoh dan kasus jatuh bangun suatu rezim pemerintahan
di dunia karena kualitas kepemimpinan negaranya.
Kita
tidak perlu membanding-bandingkan suatu presiden dengan presiden lainnya,
tetapi bagaimana presiden nanti bisa melihat apa masalah yang dihadapi oleh rakyat
dan negaranya. Kepemimpinan yang solid dan bijak akan melahirkan manajemen
pemerintahan yang baik (good governance)
yang akan melahirkan kebijakan publik yang unggul dan kesejahteraan bagi
rakyat.
Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani menjadi prinsip
kepemimpinan yang baik dalam masyarakat Jawa. Prinsip ini sinergi dengan
konsep kepemimpinan dan kualitas manajemen pemerintahan di negara maju.
Ketiga,
substansi atau kualitas kebijakan lebih penting dari proses. Artinya, dalam
lima tahun ke depan, visi, misi, dan program pembangunan hendaknya lebih mengutamakan
substansi dan kualitas (content of a
policy) serta mengawal pelaksanaan kebijakan agar berguna dan dirasakan
langsung oleh rakyat ketim- bang prosesnya.
Seorang
pemimpin yang bijak dapat melakukan diskresi untuk mengakselerasi atau
mengambil keputusan politik demi menyelamatkan negara dan memakmurkan
rakyatnya. Pertanyaan kemudian, apa substansi politik kesejahteraan rakyat
presiden terpilih?
Salah
satu ruang yang dapat dilakukan presiden terpilih adalah melalui politik
fiskal dalam anggaran negara. Tetapi, Presiden Joko Widodo dihadapkan pada
dilema dalam setiap pengambilan keputusan politik baru. Artinya, di satu sisi
Presiden harus menyelamatkan anggaran negara agar tetap berkesinambungan, di
sisi lain harus membela rakyat miskin dengan tetap mempertahankan subsidi,
termasuk subsidi energi?
Di
sinilah diuji keberhasilan rezim pemerintahan baru melahirkan kebijakan publik
unggul yang bersifat win-win solution
sehingga permasalahan di masyarakat tidak semakin menumpuk dan kompleks atau
akut. Presiden Joko Widodo perlu terlebih dahulu mengidentifikasi fokus
anggaran dan target yang harus dicapai. Apa pun yang dikampanyekan calon
presiden terdahulu muaranya adalah menyejahterakan rakyat banyak.
Kepemimpinan
Presiden Joko Widodo diuji dalam mengoordinasikan dan mengoptimalisasi
potensi kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Artinya,
negaralah yang berdaulat dan berkuasa atas setiap potensi sumber daya yang
kita miliki untuk dimanfaatkan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Tantangan
pada hari ini muncul dari persoalan masa lalu dan tantangan di masa datang muncul
dari persoalan hari ini yang belum dipecahkan secara tuntas. Selamat bekerja untuk Presiden dan Wakil
Presiden baru. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar