Mendamba
Menteri Berjiwa Entrepreneur
Augustinus Simanjuntak ; Dosen
Program Manajemen Bisnis FE
Universitas Kristen Petra Surabaya
|
JAWA
POS, 22 Oktober 2014
INI kali pertama dalam sejarah Indonesia, presiden dan wakil presiden
sama-sama berlatar belakang pengusaha. Presiden Jokowi adalah pengusaha
furnitur di Solo dengan pangsa pasar lokal dan global (ekspor). Wapres Jusuf
Kalla pun sudah lama terkenal sebagai saudagar besar dari Kota Makassar.
Dalam konteks bernegara, kepemimpinan ala pengusaha tentu akan membawa warna
tersendiri bagi karakter birokrasi dan pemerintahan RI ke depan.
Karena itu, para menteri di kabinet Jokowi-JK diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan karakter/gaya kepemimpinan bosnya. Semakin banyak
menteri berjiwa entrepreneur, semakin cepat pula kemajuan bisa diraih. Dahlan
Iskan telah menerapkan hal itu selama menjabat menteri BUMN. Gaya
entrepreneurial leadership Dahlan yang berlatar belakang CEO Jawa Pos Group
justru lebih pas dalam mengurusi BUMN. Dahlan tidak menerapkan politik
kekuasaan dalam membawa BUMN ke ranah private business and transaction.
Jadi, selain dituntut dinamis, para menteri di kabinet Jokowi-JK wajib
mengelola keuangan kementerian dengan bijak (manage money wisely) seperti
halnya menata uang perusahaan. Penggunaan uang negara sekecil apa pun harus
bisa dipertanggungjawabkan kepada publik. Sebagai pengusaha, Jokowi-JK tentu
tidak ingin para menterinya menggunakan anggaran untuk hal-hal yang tidak
penting. Cash flow kementerian diibaratkan the life blood negara yang tidak
boleh kotor atau tersumbat oleh perilaku menteri yang menyimpang.
Jadi, publik sangat berharap karakter bisnis Jokowi-JK berdampak besar
terhadap pola pikir para menteri dalam mengelola pemerintahan. Anggaran tidak
sekadar terserap lewat program/proyek kementerian, tetapi harus dipakai
secara hati-hati, tepat sasaran, hemat, serta produktif. Bagi pemimpin
berkarakter pengusaha, korupsi seratus rupiah pun sudah bisa dianggap menipu
negara. Korupsi itu merusak moral pembangunan dan melahirkan hasil
pembangunan yang berkualitas rendah, bahkan terbengkalai.
Presiden/Wapres yang berkarakter entrepreneur tentu membenci perilaku
menteri yang memperalat proyek pembangunan untuk mengeruk keuntungan bagi
diri atau kelompoknya. Karena itu, pemecatan menteri karena perilaku kerja
yang menyimpang/tidak wajar harus dipandang sebagai langkah yang lazim
dilakukan presiden. Kita berharap tidak ada lagi proyek kementerian yang
dipaksakan hanya untuk menghabiskan anggaran.
Yang lebih penting, para menteri diharapkan tidak lagi sembarangan
dalam memilih pemenang tender proyek pemerintah. Pemenang tender semestinya
telah memiliki tata kelola perusahaan yang baik, berkomitmen tinggi terhadap kepentingan
nasional, serta berpengalaman dalam menghasilkan produk barang/jasa yang
terbaik. Masih banyak pengusaha berintegritas tinggi di negeri ini yang bisa
diandalkan dalam mengerjakan proyek pemerintah. Mereka umumnya membangun
bisnis berdasar kejujuran dan kerja keras.
Ironisnya, pengusaha yang berintegritas justru sering dihadapkan pada
urusan birokrasi yang rumit dan korup. Korupsi telah merusak moral ekonomi
hingga membentuk budaya malas berkarya dan berpikir benar serta melemahkan
daya kreativitas yang baik di masyarakat. Mental birokrasi semacam itulah
yang perlu direvolusi kabinet Jokowi-JK. Sebagaimana dinyatakan Jokowi dalam
visi ekonominya, pendidikan dan perbaikan etos kerja menjadi aspek yang
sangat penting dalam pembangunan ekonomi.
Mengutip pernyataan Jokowi, ’’Kita memiliki kekayaan yang sangat luar
biasa. Tetapi, kita kedodoran di bidang budaya kerja, etos kerja, karena
memang itu tidak disiapkan sejak awal. Karena itu, pembangunan sumber daya
manusia adalah yang utama kita lakukan selama lima tahun ke depan.’’ Itu
berarti sumber daya manusia (SDM) birokrasi serta bisnis berintegritas tinggi
menjadi penentu dalam meraih pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkualitas.
Perlu diingat, ekonomi alias oikonomikos (Yunani) itu bermakna pengelolaan
rumah atau tempat tinggal yang tidak hanya berbicara soal materi atau angka
pertumbuhan, tetapi juga menyangkut aspek spiritual dan moralitas manusia.
Oikonomikos terkait erat dengan kebudayaan tertinggi manusia, yaitu
ketuhanan, etika, dan budaya.
Karena itu, para menteri di kabinet Jokowi-JK diharapkan tidak hanya
memiliki jiwa marketing dalam mempromosikan ragam produk dalam negeri, tetapi
juga peka terhadap persoalan etis serta kebudayaan di masyarakat. Seperti
halnya spirit entrepreneur yang menyatakan it’s all about the customer,
seluruh menteri Jokowi-JK wajib berkomitmen tinggi kepada rakyat dengan
berkata: it’s all about my people.
Artinya, para menteri wajib mengenal siapa rakyat yang dilayaninya
(know your people). Selain itu, menteri tidak hanya mahir membuat keputusan
yang cepat dan tepat, tetapi juga mampu memotivasi serta menginspirasi rakyat
untuk berkarya. Dalam proses inilah para menteri memiliki kedudukan yang
strategis dalam memberikan teladan moral dan pemikiran kepada masyarakat.
Saatnya kabinet Jokowi-JK menggulirkan ’’bola salju’’ kejujuran dan
keadilan dari atas ke bawah hingga berdampak luas ke seluruh aparatur
pemerintahan. Bahkan, lewat arah dan kebijakan menteri, cara berpikir
masyarakat bisa dikoreksi.
Sebab, menurut Dennis Fisher, only
true leader can transform our society. Namun, tugas berat kabinet
Jokowi-JK ke depan butuh peran mitra kerja, yakni DPR, dalam rangka check and
balances. Dewan perlu mendorong terciptanya pemerintahan yang efektif serta
transparan sekaligus memastikan terpenuhinya hak-hak rakyat. DPR ibarat
’’dewan komisaris’’ yang bertugas mengawasi dan menasihati presiden dan serta
menterinya supaya pemerintahan berjalan sesuai dengan kepentingan rakyat (stakeholder utama). ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar