Pemimpin
yang Husnul Khatimah
Abdul Mu’ti ; Sekretaris
PP Muhammadiyah,
Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
|
KORAN
SINDO, 22 Oktober 2014
Secara bahasa, husnul khatimah
berarti akhir yang indah, bahagia, sukses, selamat, happy ending. Antonim husnul
khatimah adalah suul khatimah,
artinya akhir yang buruk, menderita, gagal, celaka, unhappy ending.
Di Indonesia, husnul khatimah biasanya diucapkan sebagai doa untuk
seorang yang meninggal dunia. Ketika seseorang wafat, kaum muslim berdoa: “Semoga almarhum/almarhumah husnul
khatimah, diterima seluruh amal salehnya dan mendapatkan tempat terbaik di
sisi Allah SWT.” Judul artikel ini tidak terkait dengan seorang pemimpin
yang meninggal dunia. Tetapi, pemimpin yang mengakhiri jabatannya. Banyak
pemimpin yang mengakhiri jabatannya secara husnul khatimah dan tidak sedikit
yang turun tahta secara suul khatimah.
Pemimpin
yang Selamat
Dalam hubungannya dengan kepemimpinan bangsa dan negara, pemimpin yang
husnul khatimah memiliki lima kriteria. Pertama, memimpin sampai akhir masa
jabatan yang ditentukan. Pemimpin yang menemui ajal dengan sempurna. Ajal
artinya “batas hidup yang ditentukan Tuhan, saat mati, janji akan mati”
(KBBI, 2002: 17). Pemimpin yang husnul
khatimah tidak diturunkan “di tengah jalan”, melainkan merencanakan
dengan sebaik-baiknya untuk lengser sebelum purnabakti. Kriteria kedua adalah
turun dengan tenang dan damai.
Analog dengan kematian, pemimpin husnul
khatimah mengembuskan nafas terakhir dengan penuh keikhlasan. Pergantian
dan transisi kepemimpinan berlangsung aman, tidak ada pertumpahan darah,
sebagian sudah menyiapkan “putra mahkota”. Pemimpin yang husnul khatimah
bukan mereka yang berusaha memperpanjang masa jabatannya kemudian terpaksa
turun karena kekalahan atau kekisruhan politik. Kriteria ketiga adalah
beristirahat dengan tenang, rest in
peace. Ketika tidak lagi di tampuk kekuasaan, banyak pemimpin yang dalam
kondisi sakit-sakitan justru menjadi pesakitan.
Berbagai masalah hukum mendera bahkan dipenjara di sisa masa hayatnya.
Pemimpin yang husnul khatimah adalah mereka yang tetap memimpin walau tidak
lagi menjabat. Mereka madeg pandita
ratu sebagai figur inspiratif, guru yang tidak menggurui, menggerakkan
dari balik layar, tut wuri handayani,
dengan kekuatan karisma dan keteladanan. Pemimpin yang husnul khatimah
meninggalkan gelanggang pemerintahan ketika negara dalam keadaan kuat.
Kriteria keempat ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah sosok pengecut yang tinggal glanggang colong playu.
Mereka adalah pemimpin yang bertanggung jawab dengan amanah, meletakkan
dasar-dasar yang kuat untuk suksesi kepemimpinan dan pijakan kokoh untuk kemajuan
bangsa. Mereka turun di puncak kejayaan dirinya, bangsa, dan negaranya tanpa
berusaha memiliki, menikmati, apalagi menguasai ihwal yang telah diberikan
untuk negara demi kepentingan pribadi dan keluarganya.
Kelima, pemimpin yang husnul
khatimah senantiasa dikenang dan dihormati karena jasajasanya. Dalam
bahasa Alquran, mereka menjadi buah bibir yang baik (lisan al-shidq) bagi dunia. Amalnya tidak
terputus walau hayat telah menjemput. Namanya diabadikan dalam sejarah
bangsanya dan peradaban dunia. Karya-karyanya abadi, tulisan dan gagasannya
terus-menerus dikaji. Pemimpin yang husnul
khatimah adalah mereka yang selamat dalam memimpin dan menyelamatkan
bangsa dan negara dengan kepemimpinannya.
Pengalaman
Indonesia
Dalam khasanah kepemimpinan dunia banyak pemimpin yang husnul khatimah
dan suul khatimah . Penilaian didasarkan atas rekam jejak mereka sebagai
pemimpin negara dari kaca mata politik, bukan teologi. Nelson Mandela,
Mahatir Muhammad, Lee Kwan Yew adalah tiga di antara banyak pemimpin dunia
yang husnul khatimah . Pada sisi lain, masa akhir kepemimpinan Muammar
Khadafi, Hosni Mubarak, dan Ferdinand Marcos tamat secara suul khatimah.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki pemimpin hebat.
Presiden Soekarno adalah Bapak Bangsa, Proklamator Kemerdekaan, Solidarity Maker yang berhasil
menggerakkan pemimpin negara-negara terjajah membebaskan diri dari belenggu
kolonialisme.
Presiden Soeharto adalah Bapak Pembangunan yang berhasil mengangkat
ekonomi Indonesia dari keterpurukan, menjadi negara yang berswasembada pangan
dan dihormati sebagai “Big Brother“ Negara-negara ASEAN.
Presiden Habibie adalah teknokrat hebat, Bapak Teknologi yang
mengangkat marwah Indonesia sebagai negara industri berteknologi tinggi dengan
mempersiapkan generasi berotak emas menuju keemasan bangsa, dan meletakkan
dasar-dasar pemerintahan yang demokratis.
Presiden Abdurrahman Wahid adalah Bapak Pluralisme, seorang ulama
berdarah biru yang membangun kehidupan kebangsaan yang terbuka, toleran, dan
santun.
Presiden Megawati adalah “Bapak NKRI”, ibu negara yang menyelamatkan
Indonesia dari perpecahan, menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah Bapak Demokrasi yang memimpin
Indonesia dengan kesantunan, tata krama berbangsa dan bernegara di atas
prinsip-prinsip hukum dan demokrasi. Bangsa Indonesia telah mencatat dengan
baik bagaimana awal dan akhir kepemimpinan para presiden Indonesia.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa mengakui kehebatan para
presidennya. Apakah mereka pemimpin yang husnul khatimah? Silakan para
pembaca menilainya. Bagaimana dengan Presiden Joko Widodo? Akankah
kepemimpinannya husnul khatimah?
Biarlah sejarah yang membuktikannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar