Presiden
dan Musik
Denny Sakrie ; Pengamat
Musik
|
KORAN
TEMPO, 22 Oktober 2014
Belakangan ini, banyak yang berceloteh bahwa kesukaan Jokowi terhadap
musik rock adalah skenario pencitraan belaka, seperti yang dilakukan Stan
Greenberg, sosok yang menjadi konsultan yang memoles sosok Bill Clinton,
Presiden Amerika Serikat yang kerap ditampilkan piawai bermain saksofon.
Jokowi pun kabarnya dipoles sedemikian rupa oleh Greenberg sebagai sosok
penggemar musik rock sejati.
Seperti yang kita ketahui, sesungguhnya, sejak menjabat Bupati Solo,
Jokowi memang telah sering terlihat dalam berbagai konser rock, baik skala
lokal maupun internasional. Jokowi terlihat di antara kerumunan penonton
konser Lamb of God, Judas Priest, Sting, Guns N Roses, dan Metallica.
Sosok Jokowi sebagai seorang metalhead merupakan pemandangan baru di
Indonesia ataupun dunia, karena tak lazim seorang pejabat menyukai musik
rock, yang selalu dikaitkan dengan kredo kebebasan dan anti-kemapanan. Tak
mengherankan, ketika Jokowi dinyatakan menang dalam pilpres 2014, ucapan
selamat pun berdatangan dari para pemusik rock dunia di jejaring sosial, dari
Facebook hingga Twitter, seperti Sting, gitaris Guns N Roses Ron Thal, band
Arkarna, dan banyak lagi.
Tapi Jokowi tak sendiri. Di belahan dunia sana, ada Perdana Menteri
Rusia Dmitri Medvedev yang juga menggemari musik rock. Ia menggemari band
yang nyaris sama dengan yang disukai Jokowi, yaitu Black Sabbath, Deep
Purple, dan Led Zeppelin. Kesamaan lain, keduanya generasi yang dilahirkan
pada era 1960-an, yang kemudian mengisi masa remaja pada era 1970-an dengan
musik-musik rock 1970-an. Keduanya pun punya tekad yang nyaris sama:
memberantas korupsi dan ingin melakukan perubahan.
Sejak duduk di bangku SMP, Jokowi kerap terlihat menyambangi markas
Trenchem, band rock era 1970-an di Solo. Dalam buku Pemimpin Rakyat Berjiwa
Rocker yang ditulis Yon Thayrun, Jokowi pun berucap, "Musik rock adalah
kebebasan. Musik rock itu liriknya liar, tegas semangat, dan mampu mendobrak
perubahan."
Tentunya ada sebersit harapan yang menguak saat Jokowi yang menggemari
musik rock ini akhirnya terpilih sebagai presiden. Saya sendiri memang
menaruh harapan terhadap para pemimpin yang memiliki ketertarikan kepada
dunia musik. Sebagai cabang seni yang merepresentasikan ekspresi, musik boleh
jadi akan menginspirasi para pemimpin dalam menjalankan konsep dan pola
kepimpinannya.
Beberapa presiden Indonesia yang memerintah sebelum Jokowi juga
memiliki keterkaitan dengan musik. Presiden Sukarno, yang dengan semangat
berkobar hendak membangkitkan supremasi budaya kita, adalah seorang pianis
dan penggubah lagu Bersuka Ria dalam album Mari Bersuka Ria dengan Irama
Lenso (1965) serta membentuk grup musik The Lensoist dan melakukan muhibah ke
beberapa negara. Presiden Gus Dur menyukai musik klasik dan menggemari ratu
blues rock Janis Joplin.
Dan, yang paling menyita perhatian adalah Presiden SBY, yang di masa
pemerintahannya masih sempat meluangkan waktu menulis lagu serta menghasilkan
lima album rekaman. SBY, yang di masa mudanya pernah menjadi pemain bas,
kerap menuai kritik karena merilis album begitu banyak dalam kondisi yang
tidak tepat.
Lalu bagaimana dengan Jokowi yang oleh para penikmat musik dikukuhkan sebagai
seorang penggemar musik metal? Harapan memang banyak digantungkan pada pundak
Jokowi sesuai dengan perangai musik yang digandrungi: tegas, lugas, dan
anti-kemapanan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar