Waktu
Parni Hadi ; Wartawan dan Aktivis
Sosial
|
SINAR
HARAPAN, 08 April 2014
Banyak orang bilang tidak punya waktu. Padahal, setiap orang
dikaruniai Allah waktu yang sama secara adil, tidak kurang, tidak lebih.
Persoalannya adalah, bagaimana masing-masing mengelola atau
menggunakan waktu itu sebaik-baiknya. Sebaik-baiknya menggunakan waktu adalah
untuk berbuat kebaikan.
Master Buddha Tzu Chi, Shih Cheng Yen, dalam bukunya, Ilmu Ekonomi Kehidupan, menyebut satu
hari bukan 24 jam, melainkan 86.400 detik (setiap menit adalah 60 detik).
Jika tiap detik dilalui sungguh-sungguh, batin akan terasa tenteram.
Ia mengatakan, tidak perlu membedakan “waktu” ini dan “waktu”
itu, yang sudah berlalu tidak mungkin ditarik kembali, sedangkan yang akan
datang tidak diketahui. Jadi, yang penting, menurut Sang Master adalah
menggengam detik sekarang. Itulah “waktu” yang sesungguhnya, yakni “detik”
sekarang ini. Intinya, setiap detik kita harus berbuat baik.
Hitungannya adalah detik, bukan hari. Jadi, ungkapan masih ada
hari esok untuk melakukan sesuatu tidaklah tepat. Detik ini jelas yang kita
punyai, nanti atau esok besok hari kita belum tahu apa yang akan terjadi
dengan diri kita.
Waktu berjalan sangat cepat. Orang bilang tempus fugit atau time
flies, artinya, waktu terbang. Ini untuk melukiskan cepatnya waktu
bergerak dari detik ke detik.
Orang Inggris bilang, time is money atau “waktu adalah uang”. Dalam kaitan dengan itu, perhatikan ungkapan
berikut;
Yesterday is a cancelled
cheque
Tomorrow is a promissory
note
Today is ready cash. Use
it!
Artinya, “kemarin adalah
cek yang batal. Besok adalah uang yang masih dijanjikan. Hari ini adalah uang
kontan. Gunakanlah!”
Banyak orang yang menunda berbuat kebaikan pada waktu yang
tersedia. Akhirnya banyak yang menyesal ketika waktu yang diberikan telah
habis. Tentang menggunakan waktu atau kesempatan, ikutilah cerita berikut
ini;
Kisah pencari buah
Alkisah, suatu hari Socrates ditanya para muridnya tentang apa
itu kebenaran. Sang filsuf besar sepanjang sejarah itu tidak menjawab
langsung, tapi membawa para muridnya memasuki sebuah taman yang penuh
buah-buahan besar, warna-warni, dan ranum. Semua murid dipersilakan memetik
buah yang paling disukainya, dengan syarat, masing-masing hanya boleh memetik
satu buah pada waktu yang telah ditentukan.
Berhamburanlah para murid itu memasuki kebun tersebut dengan
penuh gairah. Masing-masing mencoba memilih buah terbaik menurut anggapannya
sendiri. Begitu banyak buah yang tersedia dan semuanya menarik. Mereka
bingung untuk memilih. Dari satu pohon, masing-masing murid pindah ke pohon
lainnya. Tanpa terasa, mereka sampai ke pintu keluar taman itu dan waktu
telah habis.
Sang guru bertanya, “Apakah kalian sudah memetik buah yang
paling indah dan paling baik?” Para
siswa satu-per satu menjawab, “Belum.” Mereka minta diberi kesempatan sekali
lagi. Socrates bertanya, “Mengapa kalian belum memetik buah apa pun?”
Jawabnya hampir serempak, “Begitu
masuk, tampak satu buah besar dan indah. Namun, setelah dipikir-pikir,
mungkin di dalam sana masih ada yang lebih besar dan lebih bagus lagi.”
Mereka khawatir jika memetik yang ini, mereka tidak memiliki kesempatan untuk
memetik yang lain. Sang guru menjelaskan, itulah kebenaran yang sesungguhnya.
Kesempatan dalam hidup hanya sekali. Masa muda juga hanya sekali saja, tak
mungkin diulangi.
Senapas dengan itu, Rasulullah Muhammad Saw sering dikutip
Ustadz sebagai berikut, “Berbuat baiklah selagi masih muda, sehat, kuat,
kaya, dan sempat, jangan menunggu sampai tua, sakit, lemah, miskin, dan dalam
kesempitan.
Dalam Surat Al Ashri, Allah berfirman, “Sungguh merugi orang-orang, kecuali mereka yang mengisi waktu dengan
berbuat kebaikan, saling mengingatkan untuk mencari kebenaran dengan penuh
kesabaran.”
Dalam kaitannya dengan Pileg 9 April, gunakanlah waktu untuk
mencoblos, yang mungkin hanya beberapa menit, dengan sebaik-baiknya. Pilihlah
calon anggota DPR, DPD, DPRD tingkat provinsi kota/kabupaten dengan menermati
rekam jejaknya, bukan janji-janji semasa kampanye.
Gunakanlah waktu yang telah tersedia, karena yang beberapa menit
itu akan menentukan nasib Anda lima tahun mendatang. Selamat mencoblos!
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar