Rabu, 09 April 2014

Waktu

Waktu

Parni Hadi  ;   Wartawan dan Aktivis Sosial
SINAR HARAPAN, 08 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Banyak orang bilang tidak punya waktu. Padahal, setiap orang dikaruniai Allah waktu yang sama secara adil, tidak kurang, tidak lebih.

Persoalannya adalah, bagaimana masing-masing mengelola atau menggunakan waktu itu sebaik-baiknya. Sebaik-baiknya menggunakan waktu adalah untuk berbuat kebaikan.

Master Buddha Tzu Chi, Shih Cheng Yen, dalam bukunya, Ilmu Ekonomi Kehidupan, menyebut satu hari bukan 24 jam, melainkan 86.400 detik (setiap menit adalah 60 detik). Jika tiap detik dilalui sungguh-sungguh, batin akan terasa tenteram.

Ia mengatakan, tidak perlu membedakan “waktu” ini dan “waktu” itu, yang sudah berlalu tidak mungkin ditarik kembali, sedangkan yang akan datang tidak diketahui. Jadi, yang penting, menurut Sang Master adalah menggengam detik sekarang. Itulah “waktu” yang sesungguhnya, yakni “detik” sekarang ini. Intinya, setiap detik kita harus berbuat baik.

Hitungannya adalah detik, bukan hari. Jadi, ungkapan masih ada hari esok untuk melakukan sesuatu tidaklah tepat. Detik ini jelas yang kita punyai, nanti atau esok besok hari kita belum tahu apa yang akan terjadi dengan diri kita.

Waktu berjalan sangat cepat. Orang bilang tempus fugit atau time flies, artinya, waktu terbang. Ini untuk melukiskan cepatnya waktu bergerak dari detik ke detik.
Orang Inggris bilang, time is money atau “waktu adalah uang”. Dalam kaitan dengan itu, perhatikan ungkapan berikut;

Yesterday is a cancelled cheque
Tomorrow is a promissory note
Today is ready cash. Use it!

Artinya, “kemarin adalah cek yang batal. Besok adalah uang yang masih dijanjikan. Hari ini adalah uang kontan. Gunakanlah!”

Banyak orang yang menunda berbuat kebaikan pada waktu yang tersedia. Akhirnya banyak yang menyesal ketika waktu yang diberikan telah habis. Tentang menggunakan waktu atau kesempatan, ikutilah cerita berikut ini;

Kisah pencari buah

Alkisah, suatu hari Socrates ditanya para muridnya tentang apa itu kebenaran. Sang filsuf besar sepanjang sejarah itu tidak menjawab langsung, tapi membawa para muridnya memasuki sebuah taman yang penuh buah-buahan besar, warna-warni, dan ranum. Semua murid dipersilakan memetik buah yang paling disukainya, dengan syarat, masing-masing hanya boleh memetik satu buah pada waktu yang telah ditentukan.

Berhamburanlah para murid itu memasuki kebun tersebut dengan penuh gairah. Masing-masing mencoba memilih buah terbaik menurut anggapannya sendiri. Begitu banyak buah yang tersedia dan semuanya menarik. Mereka bingung untuk memilih. Dari satu pohon, masing-masing murid pindah ke pohon lainnya. Tanpa terasa, mereka sampai ke pintu keluar taman itu dan waktu telah habis.

Sang guru bertanya, “Apakah kalian sudah memetik buah yang paling indah dan paling baik?”  Para siswa satu-per satu menjawab, “Belum.” Mereka minta diberi kesempatan sekali lagi. Socrates bertanya, “Mengapa kalian belum memetik buah apa pun?”

Jawabnya hampir serempak, “Begitu masuk, tampak satu buah besar dan indah. Namun, setelah dipikir-pikir, mungkin di dalam sana masih ada yang lebih besar dan lebih bagus lagi.” Mereka khawatir jika memetik yang ini, mereka tidak memiliki kesempatan untuk memetik yang lain. Sang guru menjelaskan, itulah kebenaran yang sesungguhnya. Kesempatan dalam hidup hanya sekali. Masa muda juga hanya sekali saja, tak mungkin diulangi.

Senapas dengan itu, Rasulullah Muhammad Saw sering dikutip Ustadz sebagai berikut, “Berbuat baiklah selagi masih muda, sehat, kuat, kaya, dan sempat, jangan menunggu sampai tua, sakit, lemah, miskin, dan dalam kesempitan.

Dalam Surat Al Ashri, Allah berfirman, “Sungguh merugi orang-orang, kecuali mereka yang mengisi waktu dengan berbuat kebaikan, saling mengingatkan untuk mencari kebenaran dengan penuh kesabaran.”

Dalam kaitannya dengan Pileg 9 April, gunakanlah waktu untuk mencoblos, yang mungkin hanya beberapa menit, dengan sebaik-baiknya. Pilihlah calon anggota DPR, DPD, DPRD tingkat provinsi kota/kabupaten dengan menermati rekam jejaknya, bukan janji-janji semasa kampanye.

Gunakanlah waktu yang telah tersedia, karena yang beberapa menit itu akan menentukan nasib Anda lima tahun mendatang. Selamat mencoblos!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar