Sehari
Tanpa Sepatu
Musyafak ; Staf Balai Litbang Agama Semarang
|
TEMPO.CO,
26 April 2014
Sepatu
yang baik akan membawamu ke tempat yang baik. Bukan saja sebagai busana pelindung
kaki, sepatu dipercaya punya andil dalam perjalanan nasib seseorang.
Orang-orang dewasa bekerja atau bersosialita dengan mengenakan sepatu sebagus
mungkin demi kenyamanan sekaligus gengsi. Anak-anak sekolahan bersepatu demi
kesehatan dan rasa percaya diri. Bagi yang biasa bersepatu, pada 29 April ini
Anda ditantang oleh TOMS Shoes-Mycoskie untuk beraktivitas tanpa alas kaki
selama sehari. Berani?
Sekilas,
gerakan One Day Without Shoes atau Sehari Tanpa Sepatu ini terdengar tak
penting dan sensasional belaka. Di balik itu, ada cerita humanistik yang
menyentuh tentang anak-anak di berbagai pelosok bumi yang belum bisa
merasakan nikmatnya bersepatu.
Alkisah,
pada 2006, pelancong Amerika Blake Mycoskie berlibur di Argentina. Sepatu
menjadi persoalan dalam hidup Mycoskie ketika dia tahu anak di Negeri Tango
itu tak mengenakan sepatu. Mycoskie terenyuh, tersentuh. Ketidakpunyaan
sepatu bagi anak-anak dia pandang sebagai masalah yang berdampak cukup
serius, semisal mengancam kesehatan dan kerentanan akan infeksi, atau
menghambat anak-anak pergi ke sekolah.
Mycoskie
ingin membantu mereka. Sempat dia
timbang-timbang untuk menjaring amal secara langsung dari masyarakat, tapi
itu dirasa tidak efektif. Uniknya, dia memilih jalan berbisnis untuk beramal.
Perusahaan sepatu berlabel TOMS lantas didirikan. Sepatu pertama yang
diproduksinya adalah alpagarta, sepatu khas Argentina. Proses marketing pun
berjalan dengan iringan slogan amal. Dari satu penjualan sepasang sepatu,
TOMS menjanjikan sumbangan sepasang sepatu baru untuk anak-anak di Argentina
dan di belahan dunia lain yang membutuhkan. Imbuhan cerita-cerita motivatif
Mycoskie juga menjadi magnet tersendiri bagi publik Amerika untuk membeli
sepatu TOMS.
Mycoskie
sukses menarasikan gerakan bisnis-amalnya: masa depan kesehatan dan
pendidikan satu anak turut "terbayar" ketika satu orang membeli
sepasang sepatu TOMS. Pada 2010 Mycoskie kembali ke Argentina untuk merayakan
penjualan 1 juta pasang sepatu. Kisah itu bisa dibaca dalam memoar yang
ditulis Mycoskie, Start Something That
Matters (2012).
Kisah-kisah
Mycoskie mengingatkan saya pada film Children
of Heaven. Film dari Iran itu mengisahkan, betapa sepatu menjadi
persoalan yang tak sepele bagi dua bocah kakak-beradik. Kisah tentang sepatu
itu menarasikan konflik batin, kekecewaan, harapan, dan semangat anak-anak.
Dari Indonesia sendiri, belum lama ini juga terbit film Sepatu Dahlan. Film biografis ini mengisahkan suka-duka seorang
anak yang berjuang melewati kemiskinan. Dahlan kecil biasa berangkat ke
sekolah berjalan puluhan kilometer dengan kaki telanjang. Sepatu menjadi
salah satu harapan yang penting baginya.
Begitulah,
anak-anak sekolah tak bersepatu adalah kisah yang tak asing di negeri kita
sendiri. Sampai hari ini, banyak anak di pelosok desa yang belum bersepatu.
Mereka berjalan tanpa alas kaki melintasi jalanan terjal atau becek ketika
berangkat sekolah. Gerakan Sehari Tanpa
Sepatu yang digagas Mycoskie adalah untuk mereka: merasakan derita anak-anak tak bersepatu dan tergerak membantunya.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar