Selasa, 08 April 2014

Wajah Baru di Senayan

Wajah Baru di Senayan

Iman Sugema  ;   Ekonom
REPUBLIKA, 07 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Berdasarkan hasil dari berbagai survei, hampir bisa dipastikan bahwa 70 persen kursi di DPR akan diisi oleh wajah-wajah baru. Itu karena akan ada partai yang perolehan suaranya jauh di atas perolehan pada pemilu sebelumnya dan ada pula partai yang menciut secara drastis perolehannya. Itu merupakan sebuah siklus politik yang wajar dalam sebuah sistem demokrasi multipartai yang kita anut.

Akan ada artis dangdut, pemain sinetron, wartawan, pelawak, profesor, dan anak muda di sana. Ada pula tokoh lokal yang sebelumnya tidak pernah menginjakkan kaki di Jakarta sama sekali. Hari ini, kita harus berdoa semoga wakil-wakil rakyat yang baru tersebut akan membawa angin segar di Senayan.

Adalah salah kalau kita secara naif mengasumsikan bahwa kualitas wakil baru akan lebih jelek dibandingkan wakil lama. Kita sudah menyaksikan cukup banyak "tokoh baru" hasil Pemilu 2009 lalu yang berkualitas baik maupun yang korup. Itu sangat bergantung pada kualitas individu yang bersangkutan dan bagaimana partai mendidik mereka supaya menjadi wakil yang baik. Tentu ada partai yang sudah memiliki sistem pendidikan kader yang mapan dan ada pula yang sama sekali tidak punya.

Perubahan perimbangan politik yang akan terjadi di Senayan tentunya tidak terlepas dari keinginan rakyat yang menginginkan perubahan. Keinginan itu kemudian harus diterjemahkan secara baik oleh para anggota DPR, terutama dari partai yang akan memegang tampuk pemerintahan. Kita sudah hampir bisa menduga partai mana yang akan menjadi poros utama pemerintahan. Itu pun kalau Anda percaya hasil survei.

Di bidang ekonomi, beberapa perubahan mendasar harus segera dilakukan supaya landasan perekonomian menjadi lebih kokoh dalam jangka panjang. Perubahan tersebut menyangkut tiga pilar utama, yakni keuangan negara, energi, dan pangan. Hanya akan mengulas satu isu terpenting dari tiap-tiap pilar tersebut.

Dengan berlaku efektifnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mulai tahun ini, negara harus segera memupuk kemampuan untuk menabung. Kesalahan terbesar negara-negara Eropa yang terjebak krisis utang sekarang ini, yaitu membiayai jaminan sosial dengan berutang. Bibit-bibit ke arah itu sudah melekat pada negara kita. Sejak zaman Soeharto sampai sekarang, setiap tahunnya kita selalu memupuk utang. Cara ini harus kita ubah 180 derajat. Negara harus menjadi entitas yang memupuk kekayaan, bukan yang justru memupuk kewajiban.

Tentu hal tersebut tidak bisa terjadi dalam semalam. Setidaknya, langkah-langkah ke arah itu harus sudah mulai dirintis dalam lima tahun mendatang.

Sektor energi merupakan sektor yang sebetulnya cara pemecahannya sudah sangat jelas, tapi sampai saat ini pemerintah tak kunjung melakukan langkah nyata. Masalahnya sederhana. Kita lebih banyak menggunakan minyak bumi yang saat ini cadangannya semakin tipis. Sumber daya energi yang melimpah, seperti gas, panas bumi, cahaya matahari, angin, dan gelombang lautan, justru tidak digunakan secara optimal.

Kalau saja dalam sepuluh tahun mendatang kita bisa mengubah pola konsumsi energi ke arah penggunaan gas dan panas bumi yang lebih banyak, mulai saat itu kita tidak akan pernah ribut-ribut lagi mengenai subsidi bahan bakar minyak (BBM). Intinya memang ada di konversi energi. Dengan itu, kita bisa sekaligus memecahkan masalah subsidi BBM yang semakin membebani anggaran negara.

Di sektor pangan, mimpinya harus lebih besar karena kita merupakan negara besar. Sudah menjadi pola umum jika negara besar tidak pernah lagi meributkan masalah ketahanan atau kedaulatan di bidang pangan. Negara besar justru menjadi pengekspor pangan utama dunia. Lihat Amerika, Cina, dan Brasil.

Kalau kita bermimpi untuk menjadi negara besar maka kita harus mulai merintis ke arah itu. Kita harus sudah mulai merancang bahwa dalam 25 tahun mendatang, Indonesia akan menjadi pengekspor pangan utama dunia.

Modalnya apa?

Kita memiliki lahan yang jauh lebih subur dibandingkan Amerika dan Cina. Kita juga sebagai negara tropis mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun. Negara-negara subtropis hanya bisa bercocok tanam sekali setahun, kita bisa dua sampai tiga kali setahun. Teknologi pertanian tropis juga sudah betul-betul kita kuasai dengan baik. Terus apa yang kita tidak punya? Kebijakan yang tepat disertai political will yang kuat. Dua hal itulah yang harus segera kita benahi.

Semoga saja wakil-wakil rakyat kita nantinya lebih banyak memikirkan arah pembangunan bangsa ini dalam jangka panjang. Selamat datang di Senayan para wajah baru. Ataukah, Anda akan menjadi hantu yang menakutkan di Senayan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar