Menunggu
Hasil KPU
Alda Nesyia Rastiti ;
Peneliti muda di Forum Dialog
(Fordial), Jakarta
|
OKEZONENEWS,
21 April 2014
Dengan usainya perhelatan Pemilu Legislatif pada 9 April 2014,
maka isu politik yang lebih menegangkan adalah Pilpres pada 9 Juli 2014.
Ketegangan yang terjadi dewasa ini berkaitan dengan siapa dari berbagai tokoh
yang sudah banyak disebut sebagai bakal Capres yang akan berhasil ditetapkan
sebagai Capres serta siapa Cawapres yang dipilihnya.
Terdapat 12 partai tingkat nasional ikut serta dalam Pemilihan
Anggota Legislatif Pusat (DPR RI dan DPD) tanggal 9 April 2014. Dari beberapa
hasil quick count di antaranya dari Litbang Kompas, Demokrat meraih 9,42
persen di urutan keempat.
Di atasnya ada PDI-P dengan 19,23 persen; Golkar dengan 15,03
persen; dan Gerindra dengan 11,75 persen. Hasil ini mencakup 93 persen dari
total 2.000 tempat pemungutan suara (TPS) yang dijadikan sampel di 34
provinsi.
Meskipun quick count biasanya cukup akurat, namun Partai Golkar
masih berharap dalam final count oleh KPU akan berhasil mencapai suara lebih
dari 20 % sehingga mampu mengusung
pasangan Presiden dengan kekuatan sendiri, sedangkan tiga partai lainnya
cukup sadar bahwa pada akhirnya harus berkoalisi dengan partai lain apabila
ingin mengajukan pasangan Capres dan Cawapres.
Enam partai lainnya digolongkan partai menengah (Partai Nasdem,
Partai Hanura, PAN dan PKB, PPP, PKS) nampaknya bersikap pasrah menunggu
hasil akhir perhitungan KPU. Dua partai lagi (PBB dipimpin Yusril Ihza
Mahendra dan PKPI dipimpin Sutiyoso) nampaknya kecil harapan akan mampu
meraih suara yang cukup memenuhi syarat untuk mempunyai wakil di DPR RI dan
DPD.
Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA
mengatakan, Pemilu 2014 merupakan kesempatan terakhir bagi calon presiden
yang merupakan produk Orde Baru. Menurutnya, pemilu berikutnya akan diisi
oleh wajah-wajah baru produk era reformasi. "Di masa yang akan datang adalah capres yang tumbuh di era
reformasi. Setelah itu punah mereka," kata Denny, di Kantor LSI,
Jakarta Timur, Rabu (9/4/2014). "Jadi
2019 itu nantinya pertarungan politisi era demokrasi," ujarnya.
Meski menjadi pertarungan terakhir, Denny memprediksi, situasi
politik pada pemilu kali ini tidak terlalu panas. Hal itu sesuai dengan
harapan publik yang menginginkan agar pemilu berlangsung damai. Eskalasi
situasi politik, menurutnya justru terjadi di media sosial. "65
persen akan damai. Yang panas itu hanya di Facebook, Twitter, jadi berubah
itu ya tidak lagi di jalanan tapi di sosial media. Di lingkup nasional juga
akan tenang," kata Denny.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berharap
partainya memperoleh suara tinggi dalam pemilu legislatif. Hal itu
disampaikannya saat jumpa pers seusai menggunakan hak pilihnya di TPS 35, RT
10, RW 04, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2014). "Saya berdoa, kalau bisa 20 persen
saya bisa membawa Pak Jokowi jadi capres," kata Megawati. Megawati menjelaskan, untuk secara resmi
mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden, maka partainya harus
mendapatkan minimal 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi di
parlemen.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDI Perjuangan Puan Maharani
tidak ingin tergesa memberi penilaian atas efek pencalonan Joko Widodo
(Jokowi) sebagai bakal calon presiden dengan perolehan suara PDI-P di Pemilu
Legislatif 2014.
Menurut Puan, suara PDI-P belum final dan masih sangat mungkin
meningkat melewati 20 persen suara nasional. “Apakah kemudian ada efek pencapresan Jokowi atau tidak, tetapi kami
amati dan kami ucapkan terima kasih yang sudah berjuang untuk mendukung
PDI-P," kata Puan di Kebagusan, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2014).
Pengamat politik dari Polmark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah,
menilai, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Prabowo Subianto merupakan bakal
calon presiden yang layak diperhitungkan. Penilaiannya ini disampaikan
setelah melihat hasil sementara hitung cepat Kompas yang memperlihatkan
Partai Gerindra berada di posisi ketiga dalam Pemilu Legislatif 2014. "Dengan demikian, hasil ini, kalau
terbukti, mengukuhkan bahwa Prabowo kandidat yang cukup layak
diperhitungkan," kata Eep, saat ditemui di Studio Kompas TV, Rabu
(9/4/2014).
Menurut hasil sementara perhitungan cepat Kompas, Gerindra
berada di posisi ketiga dengan perolehan suara 11,58. Di posisi kedua, Partai
Golkar dengan 15,22 persen, kemudian PDI Perjuangan dengan perolehan suara
19,52 persen di posisi pertama.Eep menilai, masuknya Gerindra dalam tiga
besar perolehan suara Pileg 2014 merupakan salah satu fenomena menarik. Hal
ini, menurutnya, menunjukkan bahwa capres yang diusung suatu partai
memengaruhi preferensi memilih.
Ketua Dewan Pembina sekaligus bakal calon presiden dari Partai
Gerindra, Prabowo Subianto, mengatakan, partainya membuka peluang untuk
berkoalisi dengan sebelas partai peserta pemilu lainnya, termasuk Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). "(Koalisi
dengan PDI-P) kenapa tidak? Bangsa Indonesia butuh partai yang baik dan saya
pikir PDI-P baik dan diisi oleh tokoh-tokoh yang nasionalis," kata
Prabowo, seusai memantau hasil quick
count, di DPP Partai Gerindra, Rabu (9/4/2014) sore.
Menunggu Hasil KPU
Menunggu hasil akhir final/fixed
count oleh KPU yang biasanya cukup memakan waktu, terdapat kompetisi
untuk menduduki ranking pemenang pertama Pemilu legislatif adalah PDI-P dengan Partai Golkar.
Berdasarkan hasil quick count yang biasanya cukup mendekati final/fixed count oleh KPU, maka PDI-P
adalah pemenang dengan raihan suara antara 19-20%.
Untuk ranking tiga dan empat terdapat dua partai yang menunggu
hasil final/fixed count KPU, yaitu
Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Dewasa ini ada asumsi Partai Gerindra menduduki ranking ketiga
dan Partai Demokrat ranking empat, dalam salah sebuah quick count menyimpulkan Partai Gerindra meraih suara yang lebih
besar dari Partai Demokrat. Enam partai (Nasdem, Hanura, PKB, PAN, PKS, PKB
dan PPP) biasa disebut partai tengah berdasarkan quick count meraih suara
antara 5 s.d 9 %. Dua partai susulan, yang dinyatakan sebagai peserta pemilu
berdasarkan keputusan PTUN, yaitu PBB dan PKPI nampaknya tidak akan lolos Parliamentary Threshold, berdasarkan quick count meraih jumlah pemilih
antara 0,5 sampai 1,5 %.
Dari peta perolehan suara berdasarkan quick count dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009 yang lalu, maka
parpol yang meraih kenaikan suara secara signifikan adalah Partai Gerindra,
PDIP dan PKB, sedangkan yang mengalami penurunan sangat signifikan adalah
Partai Demokrat dan PKS.
Dari partai-partai yang mengalami kenaikan signifikan tersebut,
maka Gerindra dan Nasdem mencatatkan sejarah tersendiri karena Gerindra
diperkirakan perolehan suara kombinasi dari sosok figur Prabowo Subianto dan
mesin politik Gerindra dalam melakukan penggalangan terhadap berbagai
kalangan terbukti efektif, Nasdem berhasil karena menawarkan politik gagasan
yang ditopang dengan kegiatan cipta opini yang masif melalui media massa yang
dimilikinya, khususnya Metro TV dan Harian Media Indonesia, sedangkan PDIP
mengalami perolehan suara disebabkan karena faktor Jokowi, walaupun
sebenarnya pengaruh Jokowi tidak seperti yang digembar-gemborkan akan membawa
PDIP meraih 25%.
Dalam hubungan Capres nampaknya cukup jelas ada tiga bakal
capres yaitu ARB dan Jokowi dan Prabowo Subianto. Partai Demokrat diberitakan
hanya akan mengajukan Cawapres. Sedangkan sebagai bakal cawapres yang hingga
saat ini cukup popular disebut-sebut adalah : Dahlan Iskan, Irman Gusman,
Gita Wiryawan, Anies Baswedan, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Hatta Rajasa, Pramono
Edhie Wibowo, Moeldoko dan Ryamizard Ryacudu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar