Selasa, 22 April 2014

Menunggu Hasil KPU

Menunggu Hasil KPU

Alda Nesyia Rastiti  ;   Peneliti muda di Forum Dialog (Fordial), Jakarta
OKEZONENEWS, 21 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Dengan usainya perhelatan Pemilu Legislatif pada 9 April 2014, maka isu politik yang lebih menegangkan adalah Pilpres pada 9 Juli 2014. Ketegangan yang terjadi dewasa ini berkaitan dengan siapa dari berbagai tokoh yang sudah banyak disebut sebagai bakal Capres yang akan berhasil ditetapkan sebagai Capres serta siapa Cawapres yang dipilihnya.

Terdapat 12 partai tingkat nasional ikut serta dalam Pemilihan Anggota Legislatif Pusat (DPR RI dan DPD) tanggal 9 April 2014. Dari beberapa hasil quick count di antaranya dari Litbang Kompas, Demokrat meraih 9,42 persen di urutan keempat.

Di atasnya ada PDI-P dengan 19,23 persen; Golkar dengan 15,03 persen; dan Gerindra dengan 11,75 persen. Hasil ini mencakup 93 persen dari total 2.000 tempat pemungutan suara (TPS) yang dijadikan sampel di 34 provinsi.

Meskipun quick count biasanya cukup akurat, namun Partai Golkar masih berharap dalam final count oleh KPU akan berhasil mencapai suara lebih dari 20 %  sehingga mampu mengusung pasangan Presiden dengan kekuatan sendiri, sedangkan tiga partai lainnya cukup sadar bahwa pada akhirnya harus berkoalisi dengan partai lain apabila ingin mengajukan pasangan Capres dan Cawapres.

Enam partai lainnya digolongkan partai menengah (Partai Nasdem, Partai Hanura, PAN dan PKB, PPP, PKS) nampaknya bersikap pasrah menunggu hasil akhir perhitungan KPU. Dua partai lagi (PBB dipimpin Yusril Ihza Mahendra dan PKPI dipimpin Sutiyoso) nampaknya kecil harapan akan mampu meraih suara yang cukup memenuhi syarat untuk mempunyai wakil di DPR RI dan DPD.

Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, Pemilu 2014 merupakan kesempatan terakhir bagi calon presiden yang merupakan produk Orde Baru. Menurutnya, pemilu berikutnya akan diisi oleh wajah-wajah baru produk era reformasi. "Di masa yang akan datang adalah capres yang tumbuh di era reformasi. Setelah itu punah mereka," kata Denny, di Kantor LSI, Jakarta Timur, Rabu (9/4/2014). "Jadi 2019 itu nantinya pertarungan politisi era demokrasi," ujarnya.

Meski menjadi pertarungan terakhir, Denny memprediksi, situasi politik pada pemilu kali ini tidak terlalu panas. Hal itu sesuai dengan harapan publik yang menginginkan agar pemilu berlangsung damai. Eskalasi situasi politik, menurutnya justru terjadi di media sosial.  "65 persen akan damai. Yang panas itu hanya di Facebook, Twitter, jadi berubah itu ya tidak lagi di jalanan tapi di sosial media. Di lingkup nasional juga akan tenang," kata Denny.

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berharap partainya memperoleh suara tinggi dalam pemilu legislatif. Hal itu disampaikannya saat jumpa pers seusai menggunakan hak pilihnya di TPS 35, RT 10, RW 04, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2014). "Saya berdoa, kalau bisa 20 persen saya bisa membawa Pak Jokowi jadi capres," kata Megawati.  Megawati menjelaskan, untuk secara resmi mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden, maka partainya harus mendapatkan minimal 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi di parlemen.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDI Perjuangan Puan Maharani tidak ingin tergesa memberi penilaian atas efek pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai bakal calon presiden dengan perolehan suara PDI-P di Pemilu Legislatif 2014.

Menurut Puan, suara PDI-P belum final dan masih sangat mungkin meningkat melewati 20 persen suara nasional. “Apakah kemudian ada efek pencapresan Jokowi atau tidak, tetapi kami amati dan kami ucapkan terima kasih yang sudah berjuang untuk mendukung PDI-P," kata Puan di Kebagusan, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2014).

Pengamat politik dari Polmark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah, menilai, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Prabowo Subianto merupakan bakal calon presiden yang layak diperhitungkan. Penilaiannya ini disampaikan setelah melihat hasil sementara hitung cepat Kompas yang memperlihatkan Partai Gerindra berada di posisi ketiga dalam Pemilu Legislatif 2014. "Dengan demikian, hasil ini, kalau terbukti, mengukuhkan bahwa Prabowo kandidat yang cukup layak diperhitungkan," kata Eep, saat ditemui di Studio Kompas TV, Rabu (9/4/2014).

Menurut hasil sementara perhitungan cepat Kompas, Gerindra berada di posisi ketiga dengan perolehan suara 11,58. Di posisi kedua, Partai Golkar dengan 15,22 persen, kemudian PDI Perjuangan dengan perolehan suara 19,52 persen di posisi pertama.Eep menilai, masuknya Gerindra dalam tiga besar perolehan suara Pileg 2014 merupakan salah satu fenomena menarik. Hal ini, menurutnya, menunjukkan bahwa capres yang diusung suatu partai memengaruhi preferensi memilih.

Ketua Dewan Pembina sekaligus bakal calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengatakan, partainya membuka peluang untuk berkoalisi dengan sebelas partai peserta pemilu lainnya, termasuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). "(Koalisi dengan PDI-P) kenapa tidak? Bangsa Indonesia butuh partai yang baik dan saya pikir PDI-P baik dan diisi oleh tokoh-tokoh yang nasionalis," kata Prabowo, seusai memantau hasil quick count, di DPP Partai Gerindra, Rabu (9/4/2014) sore.

Menunggu Hasil KPU

Menunggu hasil akhir final/fixed count oleh KPU yang biasanya cukup memakan waktu, terdapat kompetisi untuk menduduki ranking pemenang pertama Pemilu legislatif  adalah PDI-P dengan Partai Golkar. Berdasarkan hasil quick count yang biasanya cukup mendekati final/fixed count oleh KPU, maka PDI-P adalah pemenang dengan raihan suara antara 19-20%.

Untuk ranking tiga dan empat terdapat dua partai yang menunggu hasil final/fixed count KPU, yaitu Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Dewasa ini ada asumsi  Partai Gerindra menduduki ranking ketiga dan Partai Demokrat ranking empat, dalam salah sebuah quick count menyimpulkan Partai Gerindra meraih suara yang lebih besar dari Partai Demokrat. Enam partai (Nasdem, Hanura, PKB, PAN, PKS, PKB dan PPP) biasa disebut partai tengah berdasarkan quick count meraih suara antara 5 s.d 9 %. Dua partai susulan, yang dinyatakan sebagai peserta pemilu berdasarkan keputusan PTUN, yaitu PBB dan PKPI nampaknya tidak akan lolos Parliamentary Threshold, berdasarkan quick count meraih jumlah pemilih antara 0,5 sampai 1,5 %.

Dari peta perolehan suara berdasarkan quick count dibandingkan dengan hasil Pemilu 2009 yang lalu, maka parpol yang meraih kenaikan suara secara signifikan adalah Partai Gerindra, PDIP dan PKB, sedangkan yang mengalami penurunan sangat signifikan adalah Partai Demokrat dan PKS.

Dari partai-partai yang mengalami kenaikan signifikan tersebut, maka Gerindra dan Nasdem mencatatkan sejarah tersendiri karena Gerindra diperkirakan perolehan suara kombinasi dari sosok figur Prabowo Subianto dan mesin politik Gerindra dalam melakukan penggalangan terhadap berbagai kalangan terbukti efektif, Nasdem berhasil karena menawarkan politik gagasan yang ditopang dengan kegiatan cipta opini yang masif melalui media massa yang dimilikinya, khususnya Metro TV dan Harian Media Indonesia, sedangkan PDIP mengalami perolehan suara disebabkan karena faktor Jokowi, walaupun sebenarnya pengaruh Jokowi tidak seperti yang digembar-gemborkan akan membawa PDIP meraih 25%.

Dalam hubungan Capres nampaknya cukup jelas ada tiga bakal capres yaitu ARB dan Jokowi dan Prabowo Subianto. Partai Demokrat diberitakan hanya akan mengajukan Cawapres. Sedangkan sebagai bakal cawapres yang hingga saat ini cukup popular disebut-sebut adalah : Dahlan Iskan, Irman Gusman, Gita Wiryawan, Anies Baswedan, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Hatta Rajasa, Pramono Edhie Wibowo, Moeldoko dan Ryamizard Ryacudu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar