Mengatasi
Kemacetan Jakarta
Djulianto Susantio ; Pengguna Sarana
Transportasi Umum
|
TEMPO.CO,
08 April 2014
Kemacetan
di Jakarta adalah momok. Adanya bus Transjakarta sebelumnya diharapkan akan
mengurangi kemacetan. Karena mempunyai jalur sendiri, lama waktu tempuh pun
bisa diprediksi. Ternyata, prakteknya agak menyimpang. Banyak angkutan umum
lain dan kendaraan pribadi justru sering menerobos busway sehingga laju bus
Transjakarta ikut tersendat.
Harapan
masyarakat pun belum terpenuhi. Jumlah bus masih belum memenuhi harapan dan
menyebabkan para penumpang sering berdesak-desakan di dalam bus. Waktu tunggu
kedatangan bus pun cukup lama, bisa sampai 30 menit, bahkan lebih. Dampaknya,
antrean sangat panjang sehingga penumpang tidak bisa mengontrol diri. Akibat
lain, masyarakat masih lebih senang menggunakan kendaraan pribadi.
Saat ini
bus Transjakarta telah memiliki 12 koridor. Rencananya, akan ada tambahan
tiga koridor hingga menuju Depok dan Tangerang. Apakah ini akan mengurangi
kemacetan, kita tunggu saja.
Sebenarnya,
bus Transjakarta mampu mengatasi kemacetan parah di Ibu Kota. Namun ada
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Pertama, jumlah bus Transjakarta
ditambah minimal 1.000 kendaraan lagi. Memang, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta akan kewalahan menyediakan dana. Untuk itu, pemerintah provinsi bisa
meminta bantuan dari para pengusaha untuk membentuk konsorsium. Merekalah
yang akan membeli bus dari berbagai negara.
Paparkan
harga bus secara transparan ke masyarakat. Dengan demikian, tidak ada
indikasi korupsi seperti dalam kasus bus gandeng Transjakarta yang dibeli
dari Tiongkok. Taruhlah harga sebuah bus seharga Rp 1-1,5 miliar. Karena ini
untuk kepentingan masyarakat banyak, mintalah pembebasan bea dari pemerintah
pusat. Untuk eksekusinya di lapangan, perusahaan jasa bisa mengurus
kedatangan bus. Tentu ada fee untuk mereka. Setelah bus baru datang, perbaiki
kondisi bus-bus lama yang sudah kurang layak. Sekarang ini banyak pendingin
udara di bus tidak hidup, pintu susah dibuka, kursi rusak, dan lampu dalam
tidak menyala.
Dengan
banyaknya bus Transjakarta di semua koridor, penumpang akan merasakan keamanan,
kenyamanan, dan ketepatan waktu. Waktu keberangkatan bus harus benar-benar
diperhitungkan, misalnya, setiap tiga menit untuk waktu sibuk, taruhlah pukul
05.00-08.00 dan pukul 16.00-19.00. Waktu-waktu di luar jam sibuk mungkin
ditargetkan kedatangan bus setiap lima menit. Satu hal lain, jalur bus
Transjakarta harus dibuat steril dengan penjagaan ketat.
Jalur
antrean di setiap halte pun harus diubah ke belakang, sehingga penumpang bisa
tertib. Jangan seperti sekarang, antrean kacau balau sehingga sering kali
penumpang dorong-mendorong dan berebut naik bus. Rute cukup dibuat satu
sebagaimana aturan awal, misalnya Pulugadung-Harmoni untuk koridor 2. Rute
jangan ditambah dengan Pulogadung-Bundaran Senayan dan Pulogadung-Kalideres,
sehingga mengacaukan antrean. Apalagi pintu keluar-masuk penumpang di halte
cuma satu.
Kemacetan
di Jakarta bisa berkurang asalkan pembenahan sarana transportasi benar-benar
diperhatikan. Mudah-mudahan dengan adanya kereta bawah tanah (MRT), kereta
tunggal (monorel), metro kapsul, dan bus Transjakarta, didukung kereta api
reguler, kemacetan Jakarta mampu teratasi sedikit demi sedikit. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar