Dampak
Ekonomi Pemilu 2014
Teguh Dartanto ; Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
|
TEMPO.CO,
08 April 2014
Kedigdayaan
perekonomian Indonesia yang selalu tumbuh lebih dari 6 persen sejak 2010
terlihat lunglai pada 2013. Laporan Badan Pusat Statistik pada 2014
menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh 5,78 persen pada
2013, sebuah angka pertumbuhan yang jauh dari cukup untuk menyerap penganggur
dan mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia.
Pertumbuhan
ekonomi yang menurun dari 6,26 persen (2012) menjadi 5,78 persen (2013)
menebarkan virus pesimisme dan kekhawatiran para pelaku usaha terhadap prospek
perekonomian Indonesia pada 2014. Dengan begitu, mereka cenderung untuk
bersikap menunggu (wait and see) dalam melakukan investasi. Tahun 2014
merupakan tahun politik yang dikhawatirkan akan menimbulkan sedikit
kebisingan dan kegaduhan politik. Ditambah dengan adanya suksesi kepemimpinan
nasional, sedikit-banyak hal ini akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Kita
tidak perlu terlalu pesimistis dan khawatir terhadap hajatan politik 2014,
karena hajatan politik dengan dana triliunan rupiah dapat menjadi kebijakan
countercyclical yang dapat menstimulus perekonomian Indonesia. Seberapa besar
dampak pengungkit Pemilu 2014 terhadap perekonomian Indonesia sangat
bergantung pada seberapa besar uang yang beredar dalam perekonomian sebagai
akibat dari kegiatan Pemilu 2014. Hal ini juga bergantung pada bagaimana dana
tersebut dialokasikan.
Penelitian
LPEM FEUI yang dilakukan oleh Dartanto, Nowansyah, dan Fairu (2014)
menunjukkan bahwa dana yang bergulir dalam Pemilu 2014 berjumlah sekitar Rp
85-115 triliun. Dana ini merupakan hasil penjumlahan dari dana APBN, dana
bantuan pemilu dari APBD, dana kampanye partai, dana kampanye presiden, dan
dana kampanye calon DPR/DPD/DPRD provinsi/DPRD kabupaten/kota.
Data
menunjukkan bahwa biaya investasi politik/dana kampanye bagi para calon
legislator sebesar Rp 750 juta-1 miliar per caleg DPR dan sebesar Rp 250-500
juta per caleg DPRD provinsi. Dengan mengalikan dana investasi politik
tersebut dengan jumlah calon legislator yang berlaga dalam Pemilu 2014, yaitu
6.708 (caleg DPR), 929 (caleg DPD), 23.287 (caleg DPRD provinsi), dan 200.874
(caleg DPRD kabupatan/kota), akan diperoleh perkiraan jumlah dana yang
bergulir dalam perekonomian.
Suntikan
dana sebesar Rp 115 triliun merupakan berkah tersendiri di tengah kelesuan perekonomian
saat ini. Berdasarkan pengalaman Pemilu 2009 dan alokasi dana APBN, dana
Pemilu 2014 akan dibelanjakan di sektor-sektor yang berkaitan dengan
aktivitas kampanye, yaitu 17,99 persen (industri kertas, percetakan, dan
barang dari kertas), 12,46 persen (industri tekstil dan pakaian), 17,5 persen
(transportasi dan telekomunikasi), 12,1 persen (industri manufaktur), 13,18
persen (hotel dan restoran), serta 6 persen (jasa swasta, iklan, dan
lainnya). Sektor-sektor inilah yang akan diuntungkan dengan adanya Pemilu
2014.
Estimasi
Dartanto, Nowansyah, dan Fairu (2014), dengan menggunakan tabel input-output
2010 menunjukkan bahwa dana Rp 115 triliun yang berputar selama Pemilu 2014
akan membangkitkan dampak tidak langsung dalam perekonomian sebesar Rp 89 triliun.
Jadi, dampak langsung dan tidak langsung Pemilu 2014 adalah sebesar Rp 205
triliun. Dampak tidak langsung dihasilkan oleh multiplier effect kegiatan
kampanye yang menggairahkan aktivitas ekonomi. Contohnya, kegiatan percetakan
suara serta alat peraga kampanye tidak hanya mendorong aktivitas di sektor
tersebut, tapi juga akan meningkatkan aktivitas industri kertas, cat, buruh
cetak, serta backward and forward linkage lainnya dalam perekonomian.
Melihat
besarnya dana yang bergulir dalam Pemilu 2014, target pertumbuhan ekonomi
sebesar 6 persen pada 2014 bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Dengan
skenario moderat-optimistis, aktivitas Pemilu 2014 akan mendorong pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,5-0,7 persen. Sektor-sektor industri yang tumbuh cemerlang
dengan adanya Pemilu 2014 adalah industri kertas dan percetakan (7,54
persen), industri tekstil dan pakaian jadi (2,85 persen), transportasi dan
telekomunikasi (1,37 persen), serta hotel dan restoran (1,65 persen).
Jika
kita melihat dampak Pemilu 2014 terhadap penciptaan lapangan kerja, tidak ada
ruang pesimisme dalam melihat perekonomian Indonesia pada 2014. Aktivitas
Pemilu 2014 akan mendorong terciptanya kesempatan kerja untuk 2,48 juta
orang, di mana sebesar 217 ribu kesempatan kerja tercipta di sektor industri
tekstil dan pakaian jadi, 170 ribu di sektor transportasi dan telekomunikasi,
dan 113 ribu di sektor industri kertas dan percetakan.
Yang
paling menggembirakan adalah terciptanya kesempatan kerja sekitar 894 ribu di
sektor jasa-jasa lainnya (yang tidak jelas batasannya), termasuk aktivitas
pengerahan massa dalam kegiatan kampanye dan saksi-saksi dalam pemilu.
Walaupun kesempatan kerja yang tercipta sebagian besar bukan kesempatan kerja
tetap, hal ini sudah cukup memberi manfaat yang besar dalam membantu
mengurangi angka pengangguran di Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar