Senin, 14 April 2014

Mencuri pada Anak

Mencuri pada Anak

Agustine Dwiputri  ;   Penulis kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas
KOMPAS, 13 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Saya ibu rumah tangga dari dua anak, punya masalah dengan si sulung, 9 tahun laki-laki. Sudah tiga kali ini saya curigai ia mengambil uang dari tas saya. Saya memang tak pernah menghitung secara pasti jumlah uang saya yang hilang, tapi yang terakhir saya yakin ada selembar seratus ribu saya tak ada. Di rumah, kami tak punya pembantu dan tak ada orang lain selain kami berempat.

Ketika saya bicarakan dengan ayahnya, sikap ayah sangat keras sampai memukul anak untuk memaksanya mengakui perbuatan mencuri itu. Anak akhirnya memang mengaku karena pengin beli mainan seperti temannya. Saya masih khawatir dia akan mengulangi lagi, bagaimana saran Ibu menghadapi anak sulung kami ini? Terima kasih.

T di Semarang

Penyebab
Ibu T yang baik.

Pertama-tama kita perlu memahami dahulu penyebab anak mengambil uang orangtua secara diam-diam. Anak-anak memang lebih mungkin mencuri apabila orangtua ceroboh dengan uang mereka, misalnya dengan meninggalkan uang kertas dan koin di sembarang tempat sehingga mudah dijangkau siapa pun.

Beberapa anak usia sekolah mulai mencuri karena pengaruh buruk teman sebaya. Mereka mungkin terlibat dengan anak-anak yang juga telah mencuri dari orangtua mereka. Karena mencuri acap kali sulit terdeteksi, ada kemungkinan hal itu terjadi berulang kali dan tidak tertangkap. Mencuri sering menjadi masalah pada anak-anak yang menghabiskan banyak waktu tanpa pengawasan orangtua.

Mencuri secara menetap juga bisa menjadi tanda dari masalah keluarga yang serius. Beberapa anak berasal dari keluarga dengan salah satu atau kedua orangtua memiliki masalah penyalahgunaan narkoba, punya masalah dengan pelanggaran hukum atau telah terjadi kekerasan dalam rumah.

Waktu terbaik untuk berurusan dengan mencuri adalah ketika terjadi pertama kali. Jika seorang anak telah berhasil menjadi pencuri selama beberapa tahun, ia cenderung mahir melakukan dan mencoba berkelit. Berbeda apabila baru mulai mencuri, dia tidak terlalu terampil dan masih cukup mudah untuk menangkapnya.

Cara mengatasi

Secara umum, menurut Matthew Sanders, PhD (1997), kunci untuk mengatasi pencurian pada anak adalah dengan mengurangi kesempatan untuk melakukannya lagi, mengawasi kegiatan anak secara lebih ketat, dan menyepakati kontrak ”perilaku tidak-mencuri” bersama anak, dengan segala denda atau hukuman apabila melanggarnya. Berikut adalah beberapa cara yang lebih terperinci.

- Hitung uang Anda. Pastikan Anda tahu persis banyak uang yang ada di dalam rumah. Hitung catatan dan perubahan keuangan sebelum anak Anda pergi ke tempat tidur setiap malam. Lakukan tugas melelahkan ini setiap hari selama paling sedikit satu bulan.

- Simpan uang Anda di tempat yang aman. Jangan meninggalkan uang di dapur atau ruang keluarga yang dapat merupakan godaan.

- Periksa kamar anak Anda. Secara teratur lakukan hal ini dua kali seminggu ketika dia keluar dan waspadailah setiap barang atau uang yang tak jelas asal ia memperolehnya.

- Pastikan Anda tahu keberadaan anak Anda setiap saat. Minimalkan jumlah waktu yang dihabiskan anak tanpa pengawasan Anda, baik di dalam maupun di luar rumah. Hal ini terutama penting jika ternyata anak Anda telah mencuri dari toko. Pantau secara saksama dengan siapa saja anak Anda menghabiskan waktunya. Orangtua harus selalu tahu di mana anak mereka dan apa yang dia lakukan.

- Memberlakukan sistem tunjangan. Selain uang saku rutin, berikan anak Anda uang tambahan yang dapat dia peroleh jika ia melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya, misalnya mencuci mobil ayah. Ini akan memastikan bahwa beberapa hal yang dia inginkan bisa dibeli dengan uang tambahan hasil bekerja, tidak dengan mencuri.

- Jika ditemukan anak Anda mencuri lagi, bersiap dan bertindaklah berdasarkan kecurigaan yang didapat dan jangan menunggu bukti pasti. Konfrontasi anak dengan fakta-fakta. Misalnya, ”Dua jam yang lalu mama punya Rp 300.000 di dompet dan sekarang tinggal Rp 200.000. Dari tadi hanya kita berdua di rumah ini dan mama baru selesai mandi.”

- Mintalah anak mengembalikan uang yang telah hilang. Banyak anak akan menyerahkan apa yang diambil jika masih mereka miliki saat diminta.

- Jangan mensyaratkan pengakuan bersalah pada anak. Banyak anak-anak yang mencuri juga berbohong tentang hal itu. Apalagi sampai harus dipukul, jarang ada manfaatnya, justru menimbulkan dendam pada anak. Meminta pengakuan sering hanya memberi anak kesempatan untuk berbohong dan menutupi jejaknya.

- Mengenakan hukuman yang sesuai dengan kontrak yang telah disepakati sebelumnya.

Jika anak mengakui mengambil uang itu dan mengembalikannya, secara tegas dan terbuka jatuhkan denda yang telah disepakati dalam kontrak. Jangan menggurui, mengomel, atau berteriak-teriak: cukup nyatakan persoalan dan akibatnya bagi anak.

- Abaikan protes dari anak. Jika dia mengklaim tidak bersalah, abaikan saja dan tetap jalankan hukuman. Meskipun hal ini mungkin tampak agak kasar, misalnya jika anak tersebut berbohong dan mengingkari diri, katakan sebagai berikut, ”Mama tidak bilang kamu melakukannya. Mama tidak tahu pasti, tapi Mama sangat curiga bahwa itu adalah perbuatanmu dan kamu harus menanggung akibatnya. Jika mama salah, mohon maaf, tapi apa yang telah mama katakan harus terjadi. Ini kesepakatan kita sebelumnya, bukan?”

- Uji kejujuran anak. Setelah anak Anda berhenti mencuri, mulailah menguji kejujurannya. Hal ini dapat dilakukan cukup dengan meninggalkan sejumlah uang di mana Anda tahu anak Anda akan menemukannya. Jangan biarkan dia tahu bahwa Anda berencana untuk melakukan hal ini. Jika anak Anda menolak godaan atau mengembalikan uang kepada Anda, berterima kasih dan pujilah anak dengan antusias. Jika uang itu hilang lagi, secara segera dan tegas selesaikan masalah tersebut dan kenai lagi denda sesuai kontrak.

Selamat mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar