Minggu, 06 April 2014

Internalisasi Bibit Kebinekaan

Internalisasi Bibit Kebinekaan

Asruriyati  ;   Guru SMP 3 Wanayasa Kabupaten Banjarnegara
SUARA MERDEKA, 05 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Apa yang terbersit dalam benak para pelajar Indonesia saat mendengar kata Bhinneka Tunggal Ika? Patut menyodorkan pertanyaan ini  mengingat dinamika kebangsaan saat ini benar-benar menuntut penerimaan dan penghargaan yang luas terhadap keberbedaan dan keteguhan untuk tetap merasa sebagai satu bangsa.

Pelajar adalah cikal yang akan mengejawantahkan semboyan itu pada masa mendatang. Penting memastikan bahwa Bhinneka Tunggal Ika bagi mereka bukan hanya slogan pada lambang negara, dan bukan pula sekadar pengetahuan tentang ragam rumah adat, pakaian tradisional, dan makanan khas daerah.

Bhinneka Tungal Ika adalah nilai adiluhung yang harus diinternalisasikan dan diterapkan, dan sedapat mungkin membuat mereka merasakan dan mengalami kebinekaan, tak hanya dalam tataran kognitif. Untuk mendukung internalisasi kebinekaan pada kalangan pelajar, Kemdikbud merancang program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem).

Program ini dilatarbelakangi kesenjangan pendidikan antara Jawa dan daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Kesenjangan ini merupakan salah satu faktor yang menghambat pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM) nasional yang tinggi. Program Adem dianggap dapat mengurangi kesenjangan itu.

Tahun 2013, program itu memfasilitasi siswa asal Papua dan Papua Barat untuk menempuh pendidikan jenjang SMA/SMK di sekolah unggulan di Provinsi Jateng, DIY, Banten, Jabar, Jatim, dan Bali. Tahun 2014 spektrum program diperluas untuk Provinsi Kalbar, Maluku dan NTT.

Selain mempercepat pembangunan di daerah 3T, program tersebut juga sebagai upaya transformasi kultur akademik sehingga pelajar dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal tidak mengalami gegar budaya bila melanjutkan pendidikan tinggi di Jawa.

Dalam perspektif kebinekaan, program Adem sangat mendukung internalisasi semboyan Bhinneka Tunggal Ika di kalangan pelajar. Mereka bisa bergaul dengan sesama anak bangsa, dari daerah dengan kultur berbeda. Pergaulan ini memungkinkan terjadinya akulturasi budaya, pemahaman dan penerimaan terhadap keberbedaan.

Apabila dilakukan secara masif, Adem bisa memperkokoh persatuan bangsa melalui generasi muda. Bagi pelajar yang berasal dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, program tersebut memungkinkan mereka merasa sebagai bagian dari bangsa yang besar tanpa kesulitan akses sebagaimana selama ini mereka alami.

Nilai Kebinekaan

Kemerebakan tawuran di kalangan pelajar juga menjadi indikasi kurangnya internalisasi nilai kebinekaan yang memicu pelajar begitu rentan terhadap risiko konflik. Permasalahan sepele bisa memantik pertikaian yang mempertaruhkan nyawa. Alangkah baiknya bila mereka disibukkan berbaur dengan sesama anak bangsa dari berbagai penjuru Tanah Air.

Generasi muda yang direpresentasikan oleh pelajar/mahasiswa diyakini sebagai ujung tombak pembangunan pada masa depan. Ketika mereka menjadi tidak toleran terhadap perbedaan, misal berkait kasus tawuran maka patut mempertanyakan keberhasilan pendidikan karakter di sekolah.

Sekali lagi, kebinekaan bukan hanya untuk diketahui melainkan juga untuk dirasakan dan dialami. Hal ini pula yang melatarbelakangi kemunculan gerakan ’’Sabang Merauke’’ (Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali) yang diprakarsai sekelompok anak muda di Jakarta.

Melalui gerakan itu, anak-anak sekolah dari berbagai daerah (biasa disebut AMS, Anak Sabang Merauke) diasuh oleh keluarga dengan suku, budaya, bahkan agama berbeda (disebut FMS, Famili Sabang Merauke).

Dengan mengalami sekaligus menjalani kebinekaan dan toleransi, peserta Sabang Merauke mengerti kebesaran bangsanya bukan isapan jempol. Ragam suku, bahasa, adat istiadat, agama, hingga kebiasaan sehari-hari mencerminkan betapa besar bangsa ini. Program Adem memungkinkan disemaikan secara masif melalui dinas yang terkait di tiap daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar