Langkah
Lanjut PKB
Anton Prasetyo ; Pengurus Lajnah
Ta'lif wa Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama,
Tinggal di Yogyakarta
|
REPUBLIKA,
17 April 2014
Kesuksesan
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tak selamanya menjadi berkah. Bisa saja
meroketnya suara partai besutan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini menjadi
petaka. Petaka pada pemilihan umum presiden (pilpres) dan tahun ini dan
Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Petaka ini bisa terjadi ketika jajaran pengurus
DPP PKB terus ngotot mengajukan Muhaimin Iskandar maju sebagai calon wakil
presiden (cawapres) dengan alasan sebagai kader terbaik partai tanpa
menghiraukan suara pemilihnya.
Perolehan
suara partai bola dunia pada pemilihan umum legislatif (pileg) yang cukup
memuaskan dianggap sebagai keberhasilan Cak Imim (panggilan akrab Muhaimin
Iskandar) sebagai ketua umum DPP PKB. Dengan begitu, dia layak untuk diajukan
sebagai cawapres pada percaturan politik kali ini.
Sekilas,
argumen tersebut bisa diterima. Terlebih, partai berbasis massa kaum nahdliyin
ini mengalami keterpurukan suara pada pemilu tahun 2009. Saat itu, PKB hanya
mendapatkan suara 5.146.122 setara dengan 4,94 persen. Sementara, pada pilpres lalu, PKB mendapatkan suara dua kali lipat
dari tahun 2009 (lebih dari 9 persen versi penghitungan cepat).
Meskipun
demikian, yang perlu diingat, perolehan suara besar ini tidak mutlak karena
keberhasilan Cak Imin. Banyak kemungkinan perolehan suara PKB dapat meroket.
Faktor tersebut bukan hanya dari internal partai, melainkan juga dari luar.
Faktor internal
Dari internal
partai, keberadaan Mahfud MD, Rhoma, Jusuf Kalla (JK), Ahmad Dhani, dan
tokoh-tokoh lain tidak dapat diremehkan. Terlebih, Mahfud MD, Rhoma, dan JK
adalah tiga orang yang telah dikenal masyarakat akan diajukan PKB menjadi
presiden. Masyarakat Indonesia banyak yang mengidolakan salah satu dari
ketiganya.
Keberhasilan
Mahfud MD sebagai staf pengajar dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Hakim Konstitusi, Menteri Pertahanan RI,
Menteri Kehakiman dan HAM, Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB), Rektor Universitas Islam Kadiri, Anggota DPR-RI,
dan sejumlah jabatan lainnya menjadikannya diharapkan banyak masyarakat bisa
memperbaiki bangsa. Terlebih, bagi kaum nahdliyin, sosok Mahfud MD banyak
dinilai sebagai sosok negarawan yang tetap konsisten pada kenahdliyinannya.
Dengan begitu, warga nahdliyin pun banyak yang memilih PKB karena keberadaannya.
Sama
halnya dengan Rhoma Irama. Sebagai musisi, ia memiliki banyak fan yang tentu
banyak menyumbangkan suara bagi PKB. Karenanya tidak heran, ketika quick count menunjukkan PKB mendapat
suara tinggi, ada yang mengatakan bahwa kenyataan ini karena efek dari satria
bergitar, Rhoma Irama Effect. Dan, sudah dapat dipastikan bahwa ketika para
fan Rhoma memilih PKB adalah karena menginginkan si raja dangdut ini
bertakhta menjadi presiden.
JK pun
tak kalah berpengaruh. Sosok JK sudah sejak lama dianggap negarawan yang
pantas menjadi presiden. Bahkan, mantan wakil presiden periode 2004-2009 ini
oleh Syafii Maarif dijuluki sebagai the
real president. Dengan begitu, hingga saat ini sosok yang kini sebagai
ketua PMI ini banyak diharapkan untuk menjadi presiden. Dan, karena PKB akan
mengusungnya sebagai presiden, tak heran jika banyak warga yang memilih PKB
dengan harapan JK menjadi presiden pada 2014-2019.
Faktor eksternal
Kesuksesan
PKB meraup suara besar pada pileg 9 April lalu tak lepas dari faktor
eksternal. Setidaknya, ada dua faktor eksternal yang membuat partai hijau ini
suaranya melangit. Faktor pertama adalah keberadaan partai-partai besar yang
tidak lagi dipercaya untuk berkuasa. Dengan begitu, suara partai besar yang
dianggap bermasalah ini bisa mengalir ke PKB.
Pada pemilu
kali ini, Partai Demokrat (PD) yang periode lalu memiliki suara banyak dan
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengalami kemerosotan suara. Kenyataan ini
dimungkinkan banyak suara yang lari ke PKB. Hal ini karena PD dan PKS
terdapat orang-orang strategis partai terjerat berbagai kasus. Dengan begitu,
kepercayaan masyarakat menurut. Dan, bukan
tidak mungkin suara tersebut melimpah ke PKB.
Faktor
kedua, pada periode kali ini, parpol yang mengikuti pemilu tidak sebanyak
tahun 2009. Jika pada 2009 ter dapat 34 parpol, sekarang jumlah parpol hanya
12. Artinya, suara sebanyak 22 partai (34-12) berlarian ke 12 partai, di
antaranya PKB.
Cawapres
Uraian
singkat di atas menunjukkan betapa keberhasilan PKB meraup suara lebih dari 9
persen bukanlah semata keberhasilan Cak Imin. Dengan begitu, betapa tidak
bijaknya saat pengurus DPP PKB terus ngotot mencawapreskan Cak Imin.
Terlebih, hingga tulisan ini dibuat, wacana pencawapresan Cak Imin sudah
banyak menuai protes.
Keberhasilan
PKB pada pilpres 9 April lalu meskinya menjadi berkah. Caranya, partai
berbasis massa warga nahdliyin ini menjajaki keinginan massanya dan berupaya
merealisasikan. Terkait dengan cawapres, PKB meski menurut pada keinginan
warganya. Dengan begitu, PKB semakin dicintai massanya.
Berbeda
jika PKB hanya menurutkan ego pengurusnya. Jika ini yang dilakukan, petaka
PKB pun tak bisa dihindarkan. Bisa jadi pada pilpres mendatang, PKB tidak
menang. Dan, kondisi ini belum seberapa. Lebih parah pada pesta demokrasi
periode-periode mendatang, masanya sudah tidak lagi hinggap pada partai ini.
Mereka kecewa dan memilih partai yang lain untuk selama-lamanya.
Wallahu a'lam. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar