Senin, 21 April 2014

Langkah Lanjut PKB

Langkah Lanjut PKB

Anton Prasetyo  ;   Pengurus Lajnah Ta'lif wa Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama,
Tinggal di Yogyakarta
REPUBLIKA, 17 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Kesuksesan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tak selamanya menjadi berkah. Bisa saja meroketnya suara partai besutan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini menjadi petaka. Petaka pada pemilihan umum presiden (pilpres) dan tahun ini dan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Petaka ini bisa terjadi ketika jajaran pengurus DPP PKB terus ngotot mengajukan Muhaimin Iskandar maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) dengan alasan sebagai kader terbaik partai tanpa menghiraukan suara pemilihnya.

Perolehan suara partai bola dunia pada pemilihan umum legislatif (pileg) yang cukup memuaskan dianggap sebagai keberhasilan Cak Imim (panggilan akrab Muhaimin Iskandar) sebagai ketua umum DPP PKB. Dengan begitu, dia layak untuk diajukan sebagai cawapres pada percaturan politik kali ini.

Sekilas, argumen tersebut bisa diterima. Terlebih, partai berbasis massa kaum nahdliyin ini mengalami keterpurukan suara pada pemilu tahun 2009. Saat itu, PKB hanya mendapatkan suara 5.146.122 setara dengan 4,94 persen. Sementara, pada pilpres lalu, PKB mendapatkan suara dua kali lipat dari tahun 2009 (lebih dari 9 persen versi penghitungan cepat).

Meskipun demikian, yang perlu diingat, perolehan suara besar ini tidak mutlak karena keberhasilan Cak Imin. Banyak kemungkinan perolehan suara PKB dapat meroket. Faktor tersebut bukan hanya dari internal partai, melainkan juga dari luar.
Faktor internal

Dari internal partai, keberadaan Mahfud MD, Rhoma, Jusuf Kalla (JK), Ahmad Dhani, dan tokoh-tokoh lain tidak dapat diremehkan. Terlebih, Mahfud MD, Rhoma, dan JK adalah tiga orang yang telah dikenal masyarakat akan diajukan PKB menjadi presiden. Masyarakat Indonesia banyak yang mengidolakan salah satu dari ketiganya.

Keberhasilan Mahfud MD sebagai staf pengajar dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Hakim Konstitusi, Menteri Pertahanan RI, Menteri Kehakiman dan HAM, Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rektor Universitas Islam Kadiri, Anggota DPR-RI, dan sejumlah jabatan lainnya menjadikannya diharapkan banyak masyarakat bisa memperbaiki bangsa. Terlebih, bagi kaum nahdliyin, sosok Mahfud MD banyak dinilai sebagai sosok negarawan yang tetap konsisten pada kenahdliyinannya. Dengan begitu, warga nahdliyin pun banyak yang memilih PKB karena keberadaannya.

Sama halnya dengan Rhoma Irama. Sebagai musisi, ia memiliki banyak fan yang tentu banyak menyumbangkan suara bagi PKB. Karenanya tidak heran, ketika quick count menunjukkan PKB mendapat suara tinggi, ada yang mengatakan bahwa kenyataan ini karena efek dari satria bergitar, Rhoma Irama Effect. Dan, sudah dapat dipastikan bahwa ketika para fan Rhoma memilih PKB adalah karena menginginkan si raja dangdut ini bertakhta menjadi presiden.

JK pun tak kalah berpengaruh. Sosok JK sudah sejak lama dianggap negarawan yang pantas menjadi presiden. Bahkan, mantan wakil presiden periode 2004-2009 ini oleh Syafii Maarif dijuluki sebagai the real president. Dengan begitu, hingga saat ini sosok yang kini sebagai ketua PMI ini banyak diharapkan untuk menjadi presiden. Dan, karena PKB akan mengusungnya sebagai presiden, tak heran jika banyak warga yang memilih PKB dengan harapan JK menjadi presiden pada 2014-2019.

Faktor eksternal

Kesuksesan PKB meraup suara besar pada pileg 9 April lalu tak lepas dari faktor eksternal. Setidaknya, ada dua faktor eksternal yang membuat partai hijau ini suaranya melangit. Faktor pertama adalah keberadaan partai-partai besar yang tidak lagi dipercaya untuk berkuasa. Dengan begitu, suara partai besar yang dianggap bermasalah ini bisa mengalir ke PKB.
Pada pemilu kali ini, Partai Demokrat (PD) yang periode lalu memiliki suara banyak dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengalami kemerosotan suara. Kenyataan ini dimungkinkan banyak suara yang lari ke PKB. Hal ini karena PD dan PKS terdapat orang-orang strategis partai terjerat berbagai kasus. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat menurut. Dan, bukan tidak mungkin suara tersebut melimpah ke PKB.

Faktor kedua, pada periode kali ini, parpol yang mengikuti pemilu tidak sebanyak tahun 2009. Jika pada 2009 ter dapat 34 parpol, sekarang jumlah parpol hanya 12. Artinya, suara sebanyak 22 partai (34-12) berlarian ke 12 partai, di antaranya PKB.

Cawapres

Uraian singkat di atas menunjukkan betapa keberhasilan PKB meraup suara lebih dari 9 persen bukanlah semata keberhasilan Cak Imin. Dengan begitu, betapa tidak bijaknya saat pengurus DPP PKB terus ngotot mencawapreskan Cak Imin. Terlebih, hingga tulisan ini dibuat, wacana pencawapresan Cak Imin sudah banyak menuai protes.

Keberhasilan PKB pada pilpres 9 April lalu meskinya menjadi berkah. Caranya, partai berbasis massa warga nahdliyin ini menjajaki keinginan massanya dan berupaya merealisasikan. Terkait dengan cawapres, PKB meski menurut pada keinginan warganya. Dengan begitu, PKB semakin dicintai massanya.
Berbeda jika PKB hanya menurutkan ego pengurusnya. Jika ini yang dilakukan, petaka PKB pun tak bisa dihindarkan. Bisa jadi pada pilpres mendatang, PKB tidak menang. Dan, kondisi ini belum seberapa. Lebih parah pada pesta demokrasi periode-periode mendatang, masanya sudah tidak lagi hinggap pada partai ini. Mereka kecewa dan memilih partai yang lain untuk selama-lamanya.
Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar