Hari
Bumi adalah Hari Tentang Indonesia
Robert O Blake ; Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia
|
KORAN
SINDO, 22 April 2014
Pemilu
legislatif yang barubaru ini digelar di Indonesia menunjukkan bagaimana
rakyat menghargai partisipasi individu dan menghormati keharmonisan
masyarakat. Dengan berpartisipasi dalam pemilu, mereka telah mengambil
pilihan untuk masa depan.
Untuk
itu, sepertinya sangat cocok bahwa hari pemilihan umum dilaksanakan
berdekatan dengan Hari Bumi atau dikenal dengan ”Earth Day”. Ada banyak
persamaan antara keduanya seperti pilihan untuk ikut berpartisipasi dan
pilihan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita
sendiri. Apa pun pilihan yang diambil, apakah untuk ikut atau tidak ikut
berpartisipasi, kita semua akan merasakan hasilnya. Jadi bagaimanakah caranya
agar kita bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik? Apa saja yang telah kita
lakukan untuk mencapainya? Hari Bumi adalah hari tentang kita semua dan dunia
yang kita tempati.
Dunia
adalah rumah kita, tempat kita mendapatkan perlindungan dan makanan, udara
untuk bernafas dan air untuk diminum. Dunia juga memberikan keindahan di alam
sekitar kita. Walau memang sulit untuk merasakannya jika kita tinggal di
kota-kota besar, keindahan itu tetap ada. Di dunia ini kita semua terancam
oleh dampak perubahan iklim. Pada 31 Maret 2014 Intergovernmental Panel on Climate Change mengeluarkan laporan
kajian kelimanya yang menunjukkan kerugian-kerugian potensial yang harus
ditanggung Indonesia dari dampak perubahan iklim.
Analisis
ini memperkirakan kemungkinan penurunan produk domestik bruto (PDB) Indonesia
sebesar 2,2% per tahun hingga akhir abad ini yang berarti juga dampak negatif
yang sangat besar bagi para buruh tani dan rakyat miskin perkotaan. Ketahanan
pangan Indonesia juga terancam, di mana perubahan iklim telah menyebabkan
penurunantajampada potensi-potensi perikanan di Indonesia. Suhu rata-rata
juga terus meningkat hingga angka kritis pada akhir musim tanam padi.
Kebakarankebakaran juga mengancam pertanian, hutan-hutan, serta
permukiman-permukiman.
Ancaman
ini akan terus meningkat jika kita tidak membuat perubahan. Indonesia telah
berkomitmen untuk mengurangi 26% emisi gas rumah kaca yang menyebabkan
perubahan iklim dari tingkatan biasanya sebelum 2020. Namun, kita sadari
bahwa solusi dari perubahan iklim tidak bisa berasal dari satu negara saja.
Presiden AS Barack Obama juga berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca
sebesar 17% dari tingkatannya pada 2005 sebelum 2020.
Menteri
Luar Negeri AS John Kerry pada Februari lalu berkunjung ke Jakarta untuk
membagi pengalaman tentang apa yang sudah dilakukan Amerika Serikat serta
mengajak seluruh dunia untuk ikut menjadi bagian aksi global terkait masalah
ini. Apa yang dilakukan Amerika Serikat untuk memenuhi janji dan tanggung
jawabnya kepada dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca? Di bawah
kepemimpinan Presiden Obama, kami telah melipatgandakan jumlah pembangkit
listrik tenaga angin dan surya. Kami juga menerapkan standar tertinggi dalam
sejarah AS dalam penghematan bahan bakar minyak untuk kendaraan pribadi.
Kami
juga mengutamakan standar lingkungan hidup dengan mempercepat transisi ke
arah penggunaan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih hemat untuk
pembangkit listrik; Kami juga meningkatkan penghematan energi dalam rumah
tangga, industri, dan bisnis. Semua tindakan ini sudah menampakkan hasilnya.
Selama satu dekade terakhir ini Amerika Serikat berhasil mengurangi jumlah
total polusi karbon lebih besar dibandingkan negaranegara lain di dunia.
Secara khusus sejak 2005 hingga 2011 jumlah emisi kami turun sebanyak 6,9%.
Berkat
teknologi yang lebih baik dalam mengekstraksi gas alam, kami banyak mencapai
kemajuan dalam pengurangan emisi CO2 di sektor energi yang menjadi penyumbang
tunggal emisi terbesar di AS. Pada 2013 jumlah emisi dari sektor energi turun
sebanyak 10% sejak 2005. Amerika sedang menjalankan tugasnya dan telah membuat
banyak kemajuan yang nyata dalam memenuhi komitmennya. Kami sadar bahwa kami
harus berbuat lebih banyak, termasuk bekerja sama secara erat dengan mitra
utama kami seperti Indonesia.
Salah
satu fokus kerja sama adalah mengenai lahan gambut karena menyimpan karbon
dalam jumlah yang signifikan dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca
dan terbesar di Indonesia. Kerjasamainiterusdiperluas meliputi upaya-upaya
memperbaiki pengelolaan hutan, mengembangkan energi terbarukan, dan membantu
masyarakat pesisir beradaptasi dengan kenyataan yang terjadi akibat perubahan
iklim. Amerika Serikat telah menunjukkan komitmen bantuan sekitar USD500 juta
untuk mengatasi masalah perubahan iklim di Indonesia.
Untuk
meraih masa depan yang kita inginkan, kita harus melakukan apa yang menjadi
bagian kita. Termasuk juga pihak swasta. Perusahaan kelapa sawit, perusahaan
kertas dan bubur kertas, pengusaha kayu sudah seharusnya mencegah kebakaran
ladang, menghindari pembabatan hutan, dan mengampanyekan kepatuhan Indonesia
terhadap legalitas standar Indonesian
Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
(SVLK).
Sejumlah
perusahaan Amerika Serikat telah menunjukkan komitmen untuk masa depan dengan
memperkenalkan praktik-praktik manajemen terbaik di sektor pertanian dan
pengembangan energi panas bumi, hidro, biomasa, dan tenaga surya dengan
menggunakan teknologi terkini. Indonesia menghadapi pilihan yang sulit
terkait subsidi bahan bakar, penggunaan lahan, serta dalam menarik investor
luar. Investasi teknologi baru sangat diperlukan untuk mengembangkan energi
terbarukan di seluruh Indonesia – investasi yang akan lebih murah jika
dibandingkan dengan bahan bakar karbon yang dapat berdampak pada perubahan
iklim.
Indonesia
dan Amerika Serikat bekerja sama dalam menghadapi perubahan iklim. Seperti
yang pernah diutarakan Menteri Luar Negeri John Kerry, ”Dengan Indonesia dan bagian dunia lainnya yang mempunyai tujuan
sama, kita bisa menghadapi tantangan ini.” Hari
Bumi ini saya mengajak semua pihak untuk berpikir mengenai masa depan yang
kita inginkan. Membuat setiap hari menjadi Hari Bumi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar