Menjaga
Kemurnian Khitah NU
M Saifuddin Alia ; Mantan Pemred Majalah
Edukasi IAIN Walisongo,
Kontributor tulisan dalam buku “Mengendalikan Syahwat
Politik Kiai NU”
|
SUARA
MERDEKA, 09 April 2014
“Khitah juga merupakan landasan berpikir, bersikap
dan bertindak warga nahdliyin”
Pelaksanaan
pemilihan umum (pemilu) legislatif, ibarat tinggal menghitung jam. Pesta
demokrasi tiap lima tahun tersebut merupakan salah satu ujian terberat dan
bersifat permanen bagi Khitah Nahdlatul Ulama (NU). Khusus di Jateng, hal itu
mengingat provinsi ini merupakan salah satu basis warga nahdliyin.
Apabila
dalam pemilu legislatif kemurnian khitah bisa terjaga, niscaya pada
pelaksanaan pilpres mendatang khitah juga selamat. Konsekuensinya, pada pileg
9 April 2014 warga nahdliyin, baik yang berada dalam ranah struktural maupun
kultural, wajib hukumnya untuk menjaga kemurnian.
Hal itu
mengingat khitah adalah garis pendirian, perjuangan, dan kepribadian NU, baik
yang berhubungan dengan urusan keagamaan maupun kemasyarakatan, atau baik
secara perorangan maupun organisasi (PBNU, Khittah Nahdlatul Ulama, Lajnah
Taílif Wan Nasyr; 1983).
Khitah
juga merupakan landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga nahdliyin yang
harus tercermin dalam tingkah laku perseorangan ataupun organisasi, serta
dalam setiap proses pengambilan keputusan (3 Pedoman Warga NU, Yayasan Mata
Air; 2009).
Persoalannya,
menjaga kemurnian khitah seperti digariskan organisasi tidaklah mudah.
Terbukti dalam perjalanannya, kondisi itu senantiasa mendapat berbagai cobaan
yang tidak ringan. Organisasi jamiyyah Islamiyyah yang semata-mata mengurusi
masalah sosial, ekonomi, pendidikan, dan dakwah, acap masih tergiur urusan
politik praktis dan jabatan.
Sangat
wajar dalam pileg, NU berharap banyak warga nahdliyin terpilih menjadi
anggota DPRD, DPR, dan DPD. Namun keberhasilan itu hendaknya tanpa menodai
dan mengorbankan khitah, sebagai adalah amanat dasar organisasi yang berharga
mati dan wajib dijaga hingga kapan pun. Terlalu mahal bila mengorbankan hanya
demi meraih kursi.
Untuk
itu, warga nahdliyin hendaknya mampu memahami, menghayati, dan melaksanakan
garis organisasi. Terutama bagi kiai, pengurus NU, dan caleg. Perlu beberapa
konsistensi komitmen dari tiga komponen itu, yang akan ikut menjaga kemurnian
khitah. Kiranya terlalu mahal apabila hanya demi meraih kursi di DPRD, DPR
dan DPD, warga nahdliyin harus mengorbankan khitah.
Terpecah-belah
Pertama;
komitmen kiai. Dalam konteks itu, seluruh kiai NU hendaknya mempunyai tekad
sama, yaitu menjaga dan menyelamatkan khitah. Jangan sampai ada yang
melanggar dengan masuk ke area politik praktis. Andai hal itu terjadi,
akibatnya bisa fatal, yakini warga nahdliyin bingung, bahkan bisa terpecah-belah.
Belum
lagi andai antara kiai satu dan yang lain terperangkap dalam persaingan
terbuka yang tidak sehat, semisal sesama kiai saling menjelek-jelekkan atau
menyalahkan. Hal itu secara otomatis memengaruhi pengikut masing-masing.
Implikasinya, mereka terpecah-belah dan bermusuhan seperti pada Pemilu 2004.
Untuk
itu, kiai harus memelopori istikamah menjaga khitah. Hal itu juga mendasarkan
pemahaman bahwa kiai milik semua umat, bukan hanya satu golongan, apalagi
penguasa.
Kedua;
komitmen pengurus NU. Seluruh pengurus, dari tingkat ranting (tingkat desa),
majlis wakil cabang (tingkat kecamatan), pengurus cabang (tingkat kabupaten),
hingga pengurus wilayah (tingkat provinsi) perlu punya tekad sama. Jangan
sampai ada satu pun pengurus terlibat dalam tim sukses, baik tim resmi maupun
bayangan.
Ketiga;
komitmen parpol dan caleg. Segenap parpol dan caleg hendaknya ikut berperan,
terutama yang mengandalkan perolehan suara dari warga nahdliyin. Silakan
memperebutkan dukungan warga nahdliyin, namun jangan sampai menodai khitah.
Ibarat memancing, berhasil mendapatkan ikannya tapi air tetap jernih.
Komitmen
dan kesadaran seperti itu yang harus tertanam kuat dalam hati sanubari
seluruh kader parpol dan caleg. Bila tiga komponen vital tersebut memiliki
komitmen yang kuat dalam menjaga khitah, kemurnian tujuan NU di Jateng akan
selamat dalam pelaksanaan pileg dan pilpres nanti. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar