Menikmati
Masa Lansia
Haryono Suyono, Ketua
Yayasan Damandiri
SUMBER : SUARA KARYA, 09 April 2012
Hari Lanjut Usia Nasional masih sekitar dua bulan lagi, tepatnya
jatuh pada tanggal 29 Mei 2012. Tetapi, persiapan untuk memperingati Hari
Lansia Nasional ini sudah mulai marak di mana-mana. Para ahli gerontologi dan
geriatri mengadakan berbagai pertemuan, simposium dan musyawarah di Semarang.
Para lansia dari berbagai kalangan dengan dukungan Wakil Presiden Boediono
menggelar Gerakan Lansia Peduli yang insya Allah akan dikukuhkan menjadi motto
peringatan hari lansia nasional tahun ini, yakni "Peduli Pemberdayaan Tiga Generasi".
Dari teori demografi
dapat diketahui bahwa lansia terjadi karena usia bertambah tua dan tidak dapat
direm atau dihentikan untuk istirahat atau tidak bertambah. Melalui teori yang
sama diketahui bahwa usia harapan hidup penduduk di dunia bertambah panjang,
tetapi kesenjangan antar-bangsa masih sangat variatif. Ada bangsa-bangsa yang
usia harapan hidupnya melebihi angka 80 tahun, ada pula bangsa-bangsa yang usia
harapan hidupnya jauh di bawah angka 50 tahun.
Bangsa-bangsa dengan
usia harapan hidup di atas 80 tahun dipenuhi penduduk lanjut usia dalam usia
tua yang hidup lama. Usia 60 tahun masih tergolong muda dan sangat bisa tetap
bekerja seperti biasa. Usia di atas 70 tahun masih segar dan tidak jarang menjadi
pemimpin politik atau perdana menteri.
Pada bangsa-bangsa yang
usia harapan hidupnya di bawah 50 tahun, usia 60 tahun sudah tergolong tua dan
tidak sedikit yang sakit-sakitan, dan tidak aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Menurut teori tersebut, usia harapan hidup sangat diperngaruhi
oleh tingkat kematian bayi, anak-anak dan ibu hamil dan melahirkan.
Di samping teori
demografi ada banyak teori ilmu-ilmu sosial yang mengaitkan usia lansia dengan
kondisi sosial di sekitarnya. Tekanan sosial ekonomi mempengaruhi seseorang
bisa cepat menjadi penduduk lansia. Tekanan sosial yang bertubi-tubi akan
menyebabkan stres dan kondisi fisik yang berubah dengan cepat. Seseorang yang
mendapat tekanan sosial kuat akan tampak sudah tua secara fisik atau kelihatan
seperti lansia meskipun usianya masih berada jauh di bawah 50 tahun.
Oleh karena itu, para
ahli ilmu sosial menganjurkan agar setiap penduduk yang berumur panjang dan
tidak cepat menjadi lansia perlu berpikir positif dan tidak terlalu
teroerangkap stres. Dianjurkan pula agar manusia menjauhi berpikir atau
berprasangka negatif terhadap berbagai hal termasuk sesamanya. Dengan cara itu,
tidak saja stres menjauh tetapi juga kita lebih banyak ceria dan ketawa atau
senang.
Karena, seseorang tidak
bisa menghindarkan diri untuk tidak hidup dalam kondisi sosial psikhologis yang
inten, maka ada pula teori sosial psychology yang mengharuskan seseorang untuk
hidup dalam keseimbangan. Teori ini berpendapat bahwa keseimbangan yang wajar
dapat memberi peluang untuk hidup terasa muda dalam waktu yang lebih lama.
Ada pula ahli-ahli yang
beranggapan bahwa apabila tidak bisa hidup sejahtera dalam usia muda atau
merasa muda, teori keseimbangan memberi petunjuk untuk hidup dalam usia lansia
dengan lebih rileks, lebih santai agar bisa berumur lebih lama dalam keadaan
lansia.
Teori lain yang
dikaitkan dengan lingkungan berpendapat agar penduduk lebih banyak hidup dalam
suasana lingkungan yang hijau, sejuk dan penuh kedamaian bersama segala makluk
hidup di sekitarnya. Oleh karena itu, sekarang banyak anjuran untuk hidup
kembali di desa bersama lingkungan hijau asli alami agar tetap muda dan, atau
setidaknya merasa muda dalam waktu yang lama.
Teori yang paling laku
adalah tanpa persiapan dan kerja keras di waktu muda. Setelah menjadi lansia dan
sudah cukup kaya bisa meminta nasihat dokter dan melakukan rehabilitasi untuk
tetap sehat sebagai lansia. Para dokter dengan segala peralatan dan obat-obatan
modern dapat mencegah seseorang yang sudah lansia tetap lansia dan segar.
Gerontologi dan geriatri makin lama makin laris karena menawarkan banyak sekali
treatment yang bervariasi. Ada treatment hormonal, ada pula treatment terbaru
dengan sistem STEM yang mengandalkan ilmu pengetahuan yang sangat canggih.
Kombinasi berbagai teori
itu mendorong kemauan politik pencegahan yang sederhana pada tingkat kerakyatan
yang relatif murah dan mudah dijangkau. Salah satunya adalah dalam, Gerakan 'Lansia Peduli Tiga Generasi' yang
mengajak rakyat untuk menaruh perhatian pada generasi di bawah usia 15 tahun,
usia 15 - 60 tahun dan peduli pada generasi usia 60 tahun ke atas.
Perhatian pada usia di
bawah 15 tahun dengan pandangan ke depan, visionary
life options mengharuskan pengenalan penyakit masa depan dalam riwayat
keluarga. Pengetahuan tentang riwayat keluarga dapat menjadi pedoman gizi bagi
anggota keluarga untuk mengurangi akibat riwayat penyakit yang bisa ditularkan
karena faktor keturunan.
Kombinasi pengetahuan
ini bisa dikombinasikan dengan pencegahan pada faktor lingkungan yang
mempengaruhi stres pada masa muda, pengaruh kebisingan, polusi udara atau
lingkungan yang tidak sehat. Kombinasi ini dapat diajarkan dengan menghindari
pertemanan yang menimbulkan stres atau menerapkan cara manajemen kelompok yang
bersifat kasar dan menimbulkan ketidak-tenangan jiwa. Semuanya dapat menjadi
dukungan dalam upaya memperpanjang usia harapan hidup dengan murah dan meriah.
Sementara itu, bagi yang
sudah telanjur menjadi lansia dapat bergabung dalam gerakan Peduli Tiga
Generasi yang berjiwa sosial karena membantu generasi sebelum tua dan generasi
tua agar bisa hidup dalam usia lansia dengan tetap tegar, segar dan ceria. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar