Sabtu, 28 April 2012

Bisakah Nirkekerasan Pulihkan Suriah?


Bisakah Nirkekerasan Pulihkan Suriah?
Michael Nagler, Guru Besar Emeritus University of California, Berkeley,
Pengarang The Search for a Nonviolent Future
SUMBER : SINAR HARAPAN, 28 April 2012


Ketika Musim Semi Arab dipicu oleh aksi bakar diri Mohammed Bouazizi tahun lalu di Tunisia, gelombang ini memantik kerinduan akan kebebasan di seluruh kawasan. Lebih dari itu, Musim Semi Arab menyalakan imajinasi kreatif para aktivis nirkekerasan dan jutaan orang yang tak puas di seluruh dunia. Apakah harapan ini telah berhenti dengan adanya kekerasan di Suriah? Belum tentu.
K
ita semestinya ingat bahwa nirkekerasan memiliki akar yang kuat dalam Islam, tak terkecuali di Suriah yang mayoritas muslim. Seperti semua agama besar, agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW itu didasarkan pada sebuah visi kesatuan manusia yang melarang kekerasan dan menekankan unsur-unsur nirkekerasan seperti yang kita ketahui.

Berbagai ungkapan Alquran mencerminkan ajaran-ajaran yang juga menginspirasi Gandhi dan Martin Luther King, Jr dari tradisi agama mereka masing-masing. Surah ke-103 dalam Alquran, Al Ashri, menyatakan bahwa orang-orang yang disenangi Tuhan “beriman dan beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran” (103:3), yang berarti ketahanan dan kesabaran, dan merupakan salah satu istilah Arab untuk nirkekerasan.

Dalam sebuah hadis yang terkenal, Nabi Muhammad menyatakan bahwa seorang muslim tidak saja harus membantu seorang korban, namun juga seorang penindas, sehingga ia pun ditanya oleh seorang sahabat yang kebingungan: bagaimana kita mesti membantu seorang penindas? Jawabnya, “dengan mencegahnya dari perbuatan menindas.”

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa kita tidak perlu keluar dari Alquran dan hadis untuk menemukan ajaran-ajaran pokok tentang nirkekerasan. Ajaran-ajaran ini terus muncul dalam sejarah negara-negara mayoritas muslim.

Buku Civilian Jihad: Nonviolent Struggle, Democratization and Governance in the Middle East (2010), yang disunting Maria Stephan, menyebut banyak contoh, bahkan dari masa sebelum Musim Semi Arab. Gerakan-gerakan perlawanan Palestina adalah di antara contoh terbaiknya.

Aktivis Suriah, Bsher Said baru-baru ini menyebutkan, oposisi yang tak menggunakan kekerasan tidak siap ketika pergolakan meletus sekitar setahun yang lalu. Namun, ada beberapa unsur nirkekerasan yang sudah hadir saat itu: ada anak-anak muda di banyak Kota Suriah yang melaksanakan kerja-kerja publik seperti membersihkan perkampungan, sekalipun kadang mendapat sambutan yang kurang baik.

Seperti banyak hal pada umumnya, nirkekerasan bisa berjalan sangat baik ketika Anda tahu apa yang sedang Anda lakukan, namun Anda juga membutuhkan sebuah kemauan untuk menderita tanpa merasa dendam, atau yang lebih buruk bila perlu. Ini juga berlaku di Suriah sekarang.

Said dan yang lainnya yang membentuk Freedom Days, sebuah organisasi payung pergolakan, telah berulang kali mengambil risiko terhadap nyawa mereka sendiri untuk mendorong perubahan politik tanpa kekerasan. Para aktivis pro-demokrasi di hampir setiap kota di Suriah tengah mementaskan drama, menyusun lagu dan menerbangkan balon-balon yang dipenuhi kertas kecil bertuliskan “kebebasan”, yang beterbangan ketika diletuskan.

Elemen-elemen nirkekerasan telah dan masih ada di sana untuk menggalang massa yang tak kalah kreatif dan bahkan lebih konkret, dan memperluas aksi serta mogok kerja yang telah merupakan tanda bahwa pemerintah dan oposisi harus berunding dan menemukan jalan keluar.

Dalam sejarahnya, pemberontakan-pemberontakan dengan menggunakan nirkekerasan bisa berhasil ketika komunitas internasional mengakui dan mendukung perjuangan berani para aktor di lapangan. Organisasi-organisasi seperti Peace Brigades International dan Nonviolent Peaceforce, hanya untuk menyebut dua, telah melakukan model pemeliharaan perdamaian sipil tak bersenjata ini dengan keberhasilan-keberhasilan dalam skala kecil di tempat-tempat seperti di Kolombia, Sudan Selatan dan Sri Lanka, yang memiliki situasi-situasi serupa dengan yang terjadi di Suriah.

Kita, yang dari luar melihat ke Suriah, harus menjadikan informasi tentang nirkekerasan diketahui banyak orang, dan mendukung institusi-institusi yang mempraktikkannya, seperti penjagaan perdamaian sipil tanpa senjata. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar