PELABUHAN
TELUK BAYUR
Dulu
Ditinggalkan, Kini Jadi Sandaran
Afrianita ; Redaktur
Haluan
|
HALUAN,
05 September 2014
Dulu,
para pengusaha ekspor di Sumatera Barat lebih banyak mengekspor komoditi
melalui Pelabuhan Belawan Medan ketimbang melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Pelabuhan Teluk Bayur di
Kota Padang Sumatera Barat ternyata tak mampu menjadi raja di negeri
sendiri. Terbukti, pengusaha ekspornya banyak yang pindah ke lain hati.
Minimnya fasilitas pelabuhan
memicu biaya tinggi sehingga pengusaha ekspor di Sumbar sungkan untuk merapat
di pelabuhan sendiri.
Namun sejak dua tahun
belakangan, kondisinya mulai banyak berubah. Kini hampir semua pengiriman
komoditas ekspor sudah melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Dengan peralatan yang
memadai, membuat arus bongkar muat lebih cepat sehingga tidak ada lagi
kapal-kapal di Pelabuhan Teluk Bayur bersandar lama.
Setiap pemilik barang,
tidak perlu lagi kecewa karena harus mengeluarkan cost besar. Pasalnya,
karena zero antre, ongkos laut semakin murah.
“Sekarang pengiriman komoditas
ekspor sudah hampir semuanya atau sekitar 80 persen sudah melalui Pelabuhan
Teluk Bayur,” ujar Eksportir Sumatera Barat Ramal Saleh, Kamis (4/9/14).
Dikatakan Ramal Saleh,
setiap bulannya rata-rata dirinya mengekspor komoditi sebanyak 20-30
kontainer dengan 4-5 kali pengiriman.
Namun demikian, dulunya
tak semua melalui Teluk Bayur, namun lebih banyak melalui Pelabuhan Belawan
Medan. Namun kini hampir semuanya sudah melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Hanya untuk beberapa
komoditi yang kapalnya tidak ada di Pelabuhan Teluk Bayur, barulah pengiriman
dialihkan ke Pelabuhan Belawan Medan.
Menurut eksportir yang
pernah meraih penghargaan eksportir berprestasi nasional tersebut, kondisi
menggembirakan ini sudah terjadi sejak dua tahun terakhir.
Pelabuhan Teluk Bayur kini
menurutnya sudah bisa diandalkan. Sudah banyak perubahan yang terjadi di
Pelabuhan Teluk Bayur yang dulunya bernama “Emmahaven” ini.
Dikatakannya, kini Teluk
Bayur sebagai pelabuhan internasional, sudah sangat mampu memberikan
pelayanan yang sesuai dengan standarnya.
Penambahan dermaga dan
peningkatan fasilitas alat berat di Pelabuhan Teluk Bayur kini sudah mampu
menjamin kelancaran pengiriman barang ekspor ke luar negeri agar lebih tepat
waktu. Dulu, proses bongkar-muat di pelabuhan masih kurang optimal karena
seluruh proses bongkar-muat masih dikerjakan secara konvensional.
Proses bongkar muat di
satu unit kapal bisa makan waktu seharian sehingga waktu sandar kapal juga
lebih lama dan biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk sandar kapal juga
lebih tinggi.
Apalagi dengan crane
kapal, proses bongkar muat juga sangat tergantung kondisi alam. Kalau hari
hujan, aktifitas bongkar muat tidak bisa dilakukan. Pengiriman barang
yang dijanjikan pada pembeli di luar negeri, juga menjadi terlambat. Kondisi
masa lalu itu membuat eksportir banyak gigit jari. Sebab terlanjut sudah
berjanji, tapi tak bisa menepati.
Sebab karena kondisi
cuaca, aktifitas bongkar muat jadi terganggu, akibatnya sampainya barang ke
luar negeri juga jadi tak tepat waktu, dan tentu mengganggu hubungan dengan
pembeli.
Ya, dulu crane atau peralatan
bongkar muat masih bergantung pada musim dalam operasionalnya. Jika musim
hujan, crane tidak bisa difungsikan sehingga aktivitas pelabuhan juga
terhenti.
Lainnya, dermaga juga
belum memungkinkan. Fasilitas dermaga dulu hanya untuk sekitar 4-5 unit
kapal saja, masih belum maksimal dalam menampung jumlah kapal yang masuk.
Kondisi demikian menyebabkan
terjadinya antrian yang panjang dan waktu tunggu kapal yang lama yang mengakibatkan
penambahan cost bagi pemilik barang.
Bayangkan saja, jika kapal
berbobot mati 30.000 ton tertunda sandar dan tak melakukan aktivitas apa pun
dalam sehari maka sama saja dengan membuang uang Rp175 juta. Namun
demikian setelah renovasi dan pemugaran besar-besaran, saat ini tercatat
pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan tersibuk di tanah air. Dikelola
oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC Cabang Teluk Bayur,
sekaligus menjadi terminal peti kemas pertama di Sumatera Barat. Berdiri di
areal seluas 46.886 meter persegi, yang mampu menampung lebih empat ribu boks
peti kemas.
“Dengan
diresmikannya pelabuhan Teluk Bayur, Sumbar akan kebanjiran investor. Satu-satunya
pelabuhan saat ini yang zero antre,” kata Menteri Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, Senin (29/4/2013) seperti dikutip dari
liputan 6.com.
Berbicara Teluk Bayur,
sebelumnya adalah berbicara kapal tunggu sekitar 20 kapal. Tapi Kini tidak
ada lagi kapal yang antre untuk sandar.
Bandingkan dengan kondisi
sebelumnya, waktu tunggu kapal rata-rata bisa 15-20 hari, maka saat ini
sandar langsung bisa bongkar atau zero
waiting time. Tahun 2011 lalu sudah dilakukan investasi untuk
pembenahan Teluk Bayur dengan nilai Rp675 miyiar yang mampu menangani
Terminal Peti Kemas Teluk Bayur.
Sebagai pelabuhan
internasional, kapasitas Teluk Bayur kian diperbesar. Dilengkapi dengan
peralatan modern, pelabuhan samudera ini mampu menangani berbagai jenis
barang. Antara lain batu bara, minyak kelapa sawit, dan semen. Termasuk
terminal petikemas untuk hasil bumi seperti kayu manis, teh, moulding
furniture serta karet yang menjadi komoditas unggulan ekspor ke Amerika
Serikat, Eropa, Asia, Australia dan Afrika.
Teluk Bayur sekarang
adalah pelabuhan terbesar di Pulau Sumatera, bahkan bisa disebut sebagai The
Giant Port. Kini terus berbenah, menuju pelabuhan internasional pada tahun
2015. Sejak dibenahi, aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur setiap
tahun semakin meningkat. Berdasarkan data dari Pelindo II, bongkar muat
tahun 2013 mencapai 800.400 ton volume meningkat bila dibandingkan periode
yang sama pada 2012.
Kenaikan volume bongkar
muat tersebut juga didukung dengan keberadaan bagian dermaga umum yang
menjadi bagian lain dari pendapatan pelabuhan.
Pelabuhan Teluk Bayur
diyakini banyak pihak menjadi kunci utama untuk mewujudkan Sumbar menjadi
pintu gerbang Indonesia barat. Faktor historis dan kenyataan yang berkembang
kini, tak mustahil harapan dan gagasan Sumbar menuju gerbang barat Indonesia,
bisa semakin mendekati kenyataan.
Dalam sejarah, Sumbar
pernah menjadi pusat pertumbuhan dan kebudayaan di pantai barat Sumatera,
sejalan dengan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.
Di samping itu, Sumbar
juga pernah menjadi pusat pendidikan di kawasan barat Indonesia, serta
sekarang juga berkembang sebagai daerah tujuan wisata utama di kawasan ini.
Pelabuhan Teluk Bayur kini
sudah berbenah. Sudah semakin bisa diandalkan untuk menunjang roda pergerakan
ekonomi pembangunan daerah ini.
Pelabuhan Teluk Bayur yang
tua dan bersejarah, telah kembali mampu mengukir sejarah baru. Sejarah baru,
karena sempat ditinggalkan, tapi kini kembali jadi tempat bersandar. Sandaran
kapal, sandaran pengusaha dan sandaran kehidupan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar