Peran
ASEAN dalam Melawan Ebola
Maria Guevara ;
Regional Humanitarian
Representative Medecins Sans Frontieres/Dokter Lintas Batas (MSF) untuk Asia
di Hongkong
|
KOMPAS,
26 September 2014
SEPULUH tahun
berlalu sejak pertama saya ikut misi Medecins
Sans Frontieres/Dokter Lintas Batas (MSF) ke Monrovia, Liberia. Saat itu
perang saudara Liberia kedua baru saja selesai, perang yang dianggap
masyarakat lokal sebagai perang dunia ketiga. Pertempuran masih kerap
terjadi, PBB melakukan perlucutan senjata dan demobilisasi.
MSF adalah
salah satu dari lembaga kesehatan yang menyediakan bantuan perawatan
kesehatan primer dan sekunder, mengisi kekosongan sistem kesehatan umum yang
lumpuh.
Kini, apa pun
yang telah Liberia capai setelah luluh lantak akibat perang kembali di ambang
kehancuran akibat wabah ebola. Konflik lain pun menghadang Liberia:
pertempuran hidup dan mati melawan virus.
Sejak awal
wabah Maret silam, MSF telah menyalakan alarm tanda bahaya. Namun , tanggapan
sangat lambat. Tujuh bulan kemudian, situasi tak terkendali ketika ribuan
orang tewas, kasus ebola terus meningkat, pusat isolasi kewalahan, dan
rekan-rekan kami di lapangan kelelahan.
Infrastruktur
kesehatan umum lumpuh dengan banyaknya petugas kesehatan di garda depan yang
terinfeksi dan meninggal. Lainnya melarikan diri karena takut, meninggalkan masyarakat tanpa
perawatan, bahkan untuk penyakit paling umum seperti malaria atau infeksi
saluran pernapasan. Seluruh sistem kesehatan runtuh.
Persediaan
makanan mulai berkurang karena terhentinya perdagangan dan roda ekonomi.
Di negara
tetangga, Sierra Leone, situasinya sama saja. Jumlah kasus mulai meningkat di
ibu kota Sierra Leone, Freetown, dan tanpa kecepatan tanggap. Risiko
terdampaknya kota berpenduduk padat lain cukup besar.
Di Guinea,
walau sistem kesehatannya belum separah Liberia, situasinya rentan. Meski
pemerintah telah memiliki rencana ambisius melawan wabah ini, mereka
membutuhkan dukungan logistik dan sumber daya manusia yang signifikan.
Sehari tanpa
aksi berarti lebih banyak kematian dan kehancuran masyarakat. Joanne Liu,
Presiden Internasional MSF, pada pengarahan khusus PBB di New York, Amerika
Serikat, 2 September 2014, mengimbau Amerika Serikat untuk segera mengirim
bantuan terkait ebola.
Kami meminta
bantuan dalam peningkatan pusat isolasi, pengiriman laboratorium keliling
untuk memperbaiki kemampuan diagnosis, adanya ”jembatan udara” khusus untuk
memindahkan personel dan peralatan ke dan di Afrika Barat, serta membangun
jaringan regional rumah sakit lapangan untuk mengobati tenaga medis yang
terinfeksi ataupun yang dicurigai terinfeksi.
Kontribusi ASEAN?
Presiden AS
Barack Obama telah berjanji untuk mengirim 3.000 tentara dan aset lain ke
Liberia, tetapi kesenjangan masih terdapat di daerah lain. Apa yang bisa
dilakukan ASEAN?
Dengan
pengalaman SARS di Asia serta sepanjang satu dekade merencanakan
Kesiapsiagaan Pandemi di ASEAN yang menggunakan pendekatan multisektoral;
ASEAN dan negara anggotanya mampu memainkan peran dalam kepemimpinan,
menunjukkan solidaritas regional dan berbagi pengalaman dalam mengoordinasi
pelbagai sektor. Pengetahuan yang diperoleh ASEAN dalam 10 tahun terakhir
dapat menjadi aset penting sekaligus mendukung bagi negara-negara Afrika
Barat yang terkena dampak.
Kesempatan
untuk membendung bencana ini kian mengecil. Dibutuhkan lebih banyak negara
lagi untuk mengambil bagian. Respons besar-besaran ini harus terkoordinasi,
terorganisasi, dan dieksekusi dengan rantai komando yang jelas.
Ini adalah
krisis transnasional, yang memiliki implikasi kesehatan, sosial, ekonomi, dan
keamanan bagi semua benua. Untuk itu, Asia Tenggara dapat membuat perubahan
pada hasilnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar