Arti
Kepuasan bagi Pelanggan
Priatna Agus Setiawan ; Konsultan
senior
Manajemen Organisasi dan SDM First
Doctor
|
INILAH.COM, 24 September 2014
PADA suatu
acara kuliah umum di MM Eksekutif, Sekolah Tinggi Manajemen PPM, beberapa
tahun yang lalu, mengundang seorang pemilik Jawa Pos, Dahlan Iskan, jauh
sebelum diangkat menjadi Dirut Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan tentunya
sebelum berkiprah sebagai Meneg BUMN.
Seorang
mahasiswa berargumen bahwa merk produk itu harus mudah diingat, dibaca, dan
memberikan kesan positif bagi konsumen atau calon pembeli. Dengan gaya yang
khas, Dahlan Iskan menjawab pertanyaan mahasiswa dengan enteng dan senyum
khasnya. “Apalah arti sebuah nama!” menirukan ungkapan klasik dan fenomenal
William Shakespeare. Mahasiswa, yang nota bene adalah para eksekutif
perusahaan, pun terperangah dengan jawaban Dahlan Iskan.
Sangatlah
wajar jika mahasiswa eksekutif tersebut terkaget-kaget, karena selama
mengenyam perkuliahan dan pengalaman praktik langsung di lapangan selalu
memposisikan bahwa kajian terhadap suatu merk itu sangat penting bagi
kemajuan bisnis, seperti yang diperkenalkan oleh ahli merk dari negeri Paman
Sam, Profesor Kevin Lane Keller.
Dahlan Iskan selanjutnya
menuturkan bahwa produk atau jasa yang kita jual harus berkualitas dan
memenuhi kebutuhan pembelinya. Jika produk tersebut tidak berkualitas,
apalagi tidak memenuhi kebutuhan pembeli, maka cara apapun yang kita lakukan
untuk menjualnya tidak akan menghasilkan apa-apa. Walaupun terjual, karena
promosinya besar-besaran, penjualan tersebut hanya bersifat jangka pendek.
Selanjutnya, konsumen tidak akan membeli produk itu lagi.
Jadi, beliau
melanjutkan, merk dan logo yang bagus serta kemasan-kemasan lainnya memang
akan menarik menarik minat pembeli, tetapi jika akhirnya kualitas produk
tersebut tidak bagus, maka tunggulah saat kehancurannya. Pernyataan Dahlan
Iskan tentunya merupakan hasil pengalaman beliau membangun bisnisnya.
Sebagai bukti
nyata, sesuai hasil survei pada 2004 yang dilakukan SurveyOne, salah satu
perusahaan riset pemasaran, membuktikan bahwa kualitas produk adalah faktor
yang paling dianggap penting oleh sebagian besar konsumen. Hasil survei ini
dilakukan di dua kota yakni Jakarta dan Surabaya.
Untuk kedua
kota tersebut, kebutuhan menjadi alasan penting kedua dalam alasan konsumen
memilih produk atau merek. Hasil yang penting pula dari survei tersebut
adalah 84,5% responden berpendapat bahwa kemudahan dalam mendapatkan sebuah
produk menjadi alasan yang cukup penting dalam memilih merek. Hal ini semakin
menunjukkan pula bahwa kekuatan distribusi menjadi salah satu kekuatan yang
semakin penting dalam strategi pemasaran.
Beberapa hari
yang lalu, salah satu konsultan pemasaran datang ke salah satu kliennya dan
memberikan presentasi tentang rencana strategi pemasaran yang harus dilakukan
agar penjualan produk kliennya bisa meningkat dan persepsi perusahaan menjadi
lebih baik di mata konsumennya. Perusahaan ini masih terbilang baru, karena sedang
menata persiapan dan pembenahan kualitas produk yang akan dijualnya.
Sementara itu,
sang konsultan dengan sangat meyakinkan melakukan presentasi dan menyarankan
agar kliennya memperbaiki packaging bidang pemasaran, di antaranya tentang
logo, nama merk, company profile,
dan dengan perbaikan tersebut berdampak pada perubahan yang ada di website
perusahaan, yang dinilai oleh konsultan tampilannya masih kurang menjual.
Dari
perdebatan yang cukup panjang, akhirnya pihak perusahaan berkesimpulan bahwa pembenahan
perusahaan lebih difokuskan pada persiapan dan perbaikan kualitas produk
serta melakukan penetrasi pasar untuk menjangkau wilayah yang belum digarap
secara intens oleh para pesaingnya.
Pemilik
perusahaan begitu yakin bahwa kepuasan pelanggan semuanya berawal dari
produk. Jika produk itu kurang berkualitas, maka usaha-usaha lainnya akan
musprah untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan mengungkit keberhasilan
penjualan produk. Walaupun berhasil merebut hati konsumen, bukan membuat
konsumen puas, keberhasilan itu hanya terjadi sekali saja karena untuk
berikutnya konsumen tidak akan membeli produk tersebut untuk kedua kalinya.
Percayalah, konsumen tersebut akan menjadi pelanggan yang pertama dan
terakhir.
Dewasa ini
perhatian terhadap kepuasan maupun ketidakpuasan pelanggan telah semakin
besar karena pada dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk
menciptakan rasa puas pada pelanggan. Kepuasan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan dibandingkan
dengan harapannya (Kotler, 2000).
Sementara itu,
menurut pendapat Tse dan Wilton (1988) dalam Lupiyoadi (2004: 349) kepuasan
atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian (disconfirmation)
yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah pemakaiannya. Kepuasan pelanggan merupakan respons
pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan
kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian (Rangkuti, 2002).
Marilah kita
menengok ulang produk/jasa yang kita hasilkan, apakah produk/jasa kita telah
memberikan kepuasan kepada pelanggannya? Kenali dan tanyalah mereka, para
pelanggan Anda, sejauh mana kepuasan mereka terhadap produk yang pernah
dibelinya? Semoga hasil pengamatannya menunjukkan bahwa rpoduk/jasa yang
dijual merupakan produk/jasa yang memberikan kepuasan bagi pelanggannya, dan
sekaligus membuktikan pernyataannya Dahlan Iskan.
Selamat bersahabat dengan para pelanggan! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar