Nama-nama
yang Baik
EH Kartanegara ; Wartawan
|
KORAN
TEMPO, 26 September 2014
Betapa
terkejut Annemarie Schimmel ketika, suatu pagi, ketika membaca judul berita
koran Pakistan Times, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
berbunyi: "Pertolongan Allah Tewas Kecelakaan di Jalan." Muncul
bisikan dalam hati: bagaimana mungkin "Pertolongan Allah" mengalami
kecelakaan?
Dalam buku
tentang nama-nama yang baik, Islamic
Names: An Introduction-Islamic Surveys (Edinburgh University Press, England, 1995), profesor bahasa Arab
dan studi-studi Islam itu menulis: "Pertolongan dari Allah"
ternyata nama seorang lelaki yang rupanya dicomot secara acak oleh orang
tuanya dari sebaris ayat Al-Quran.
Teks aslinya
diambil dari potongan surat Ash-Shaff ( 61 ): 13 berbunyi nashrun min Allah (pertolongan dari
Allah), yang jika dilafalkan menjadi nashrum
minallah. Ya, Nashrun itulah yang mati akibat kecelakaan.
Tentang
nama-nama yang baik, menurut riset mendalam Schimmel di sepanjang Jazirah
Islam, menunjukkan keunikan yang sangat khas Islam, sekaligus menunjukkan
ketaatan dan keyakinan kaum terhadap Al-Quran dan hadis. Lewat kitab suci itu
Tuhan menyediakan ribuan nama yang bukan hanya sangat indah, tapi juga
bermakna, filosofis, bermuatan doa, harapan, dan ajaran kebaikan bagi
manusia.
Tuhan
sendiri menyebut diri-Nya dengan nama-nama yang mencerminkan sifat-sifat-Nya
yang serba baik; Asma' Al-Husna. Nama-nama itu-Rahman, Rahim, 'Aziz, Ghaffar, dan seterusnya-sekaligus
bisa dijadikan himpunan doa Al-Asma' Al-Husna. M. Quraish Shihab menyusun
doa-doa itu dalam sebuah buku yang laris, Doa Al-Asma' Al-Husna (Doa yang
Disukai Allah).
Dengan
meminjam nama-nama itu, nama seorang anak keluarga Islam yang terlebih dulu
disematkan melalui upacara akikah-lengkap dengan menyembelih kambing
segala-merupakan ibadah sakral sebagaimana dituntunkan Rasulullah. Nama-nama yang baik, nama-nama sakral dari
langit, menggemakan keagungan dan kemuliaan Sang Pencipta bagi peradaban
luhur manusia di bumi.
Dalam
pandangan Schimmel, selalu ada makna besar, agung, dan mulia di balik
nama-nama yang baik itu. Alasan itu pula yang sering menggetarkan hatinya
saat menelaah sekian ribu nama islami, yang dalam rentetan sejarahnya telah
bercampur-baur dengan berbagai kata dan dialek lokal, dari Mesir, Turki,
Pakistan, India, Maroko, Arab Saudi, Yaman, Iran, hingga Afganistan. Dari
sini bisa diketahui manusia pada hakikatnya bersaudara bukan hanya karena
hubungan darah-bukankah sama-sama keturunan Adam-tapi juga kesamaan nama.
Makna besar,
agung, dan mulia itu pula rupanya yang luput (atau dilalaikan?) dari
pemahaman banyak orang. Seseorang
bernama 'Ali atau sering ditulis Ali, misalnya, boleh jadi tak paham bahwa
nama itu sesungguhnya sematan keagungan Tuhan. Nama ini berasal dari kata
dasar 'Ala ("Yang Maha Tinggi" ), yang semestinya diucapkan dengan
bibir gemetar dalam sujud saat seseorang khusyuk salat. Bagaimana mungkin "Yang
Maha Tinggi" ternyata justru terlibat tindak pidana korupsi?
Annemarie
Schimmel akan terkejut berkali-kali membaca koran di Indonesia yang memuat
sederet panjang nama koruptor yang semuanya tak ada nama yang buruk. Pemberian nama yang baik, menurut Schimmel, adalah
sebentuk anugerah Tuhan. Segala tindakan buruk yang dilakukannya itu mau
disebut apa kalau bukan pengingkaran terhadap anugerah Tuhan? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar