Minggu, 28 September 2014

Nama-nama yang Baik

Nama-nama yang Baik

EH Kartanegara  ;   Wartawan
KORAN TEMPO, 26 September 2014

                                                                                                                       
                                                      

Betapa terkejut Annemarie Schimmel ketika, suatu pagi, ketika membaca judul berita koran Pakistan Times, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berbunyi: "Pertolongan Allah Tewas Kecelakaan di Jalan." Muncul bisikan dalam hati: bagaimana mungkin "Pertolongan Allah" mengalami kecelakaan?

Dalam buku tentang nama-nama yang baik, Islamic Names: An Introduction-Islamic Surveys (Edinburgh University Press, England, 1995), profesor bahasa Arab dan studi-studi Islam itu menulis: "Pertolongan dari Allah" ternyata nama seorang lelaki yang rupanya dicomot secara acak oleh orang tuanya dari sebaris ayat Al-Quran.

Teks aslinya diambil dari potongan surat Ash-Shaff ( 61 ): 13 berbunyi nashrun min Allah (pertolongan dari Allah), yang jika dilafalkan menjadi nashrum minallah. Ya, Nashrun itulah yang mati akibat kecelakaan.

Tentang nama-nama yang baik, menurut riset mendalam Schimmel di sepanjang Jazirah Islam, menunjukkan keunikan yang sangat khas Islam, sekaligus menunjukkan ketaatan dan keyakinan kaum terhadap Al-Quran dan hadis. Lewat kitab suci itu Tuhan menyediakan ribuan nama yang bukan hanya sangat indah, tapi juga bermakna, filosofis, bermuatan doa, harapan, dan ajaran kebaikan bagi manusia.

Tuhan sendiri menyebut diri-Nya dengan nama-nama yang mencerminkan sifat-sifat-Nya yang serba baik; Asma' Al-Husna. Nama-nama itu-Rahman, Rahim, 'Aziz, Ghaffar, dan seterusnya-sekaligus bisa dijadikan himpunan doa Al-Asma' Al-Husna. M. Quraish Shihab menyusun doa-doa itu dalam sebuah buku yang laris, Doa Al-Asma' Al-Husna (Doa yang Disukai Allah).

Dengan meminjam nama-nama itu, nama seorang anak keluarga Islam yang terlebih dulu disematkan melalui upacara akikah-lengkap dengan menyembelih kambing segala-merupakan ibadah sakral sebagaimana dituntunkan Rasulullah. Nama-nama yang baik, nama-nama sakral dari langit, menggemakan keagungan dan kemuliaan Sang Pencipta bagi peradaban luhur manusia di bumi.

Dalam pandangan Schimmel, selalu ada makna besar, agung, dan mulia di balik nama-nama yang baik itu. Alasan itu pula yang sering menggetarkan hatinya saat menelaah sekian ribu nama islami, yang dalam rentetan sejarahnya telah bercampur-baur dengan berbagai kata dan dialek lokal, dari Mesir, Turki, Pakistan, India, Maroko, Arab Saudi, Yaman, Iran, hingga Afganistan. Dari sini bisa diketahui manusia pada hakikatnya bersaudara bukan hanya karena hubungan darah-bukankah sama-sama keturunan Adam-tapi juga kesamaan nama.

Makna besar, agung, dan mulia itu pula rupanya yang luput (atau dilalaikan?) dari pemahaman banyak orang. Seseorang bernama 'Ali atau sering ditulis Ali, misalnya, boleh jadi tak paham bahwa nama itu sesungguhnya sematan keagungan Tuhan. Nama ini berasal dari kata dasar 'Ala ("Yang Maha Tinggi" ), yang semestinya diucapkan dengan bibir gemetar dalam sujud saat seseorang khusyuk salat. Bagaimana mungkin "Yang Maha Tinggi" ternyata justru terlibat tindak pidana korupsi?

Annemarie Schimmel akan terkejut berkali-kali membaca koran di Indonesia yang memuat sederet panjang nama koruptor yang semuanya tak ada nama yang buruk. Pemberian nama yang baik, menurut Schimmel, adalah sebentuk anugerah Tuhan. Segala tindakan buruk yang dilakukannya itu mau disebut apa kalau bukan pengingkaran terhadap anugerah Tuhan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar