Restorasi
Ekonomi dan Politik
Edi Setiawan ;
Direktur
Lingkei, Jakarta;
Dosen
FEB Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta
|
SINAR
HARAPAN, 19 September 2014
Perekonomian merupakan pilar penting yang
menentukan kemajuan suatu negara. Bahkan, para pakar pembangunan meyakini
bangsa yang besar adalah bangsa yang perekonomiannya stabil.
Untuk menguasai dunia, hal pertama yang
harus dilakukan adalah menguasai sektor perekonomian. Ungkapan ini sangat
benar adanya Tiongkok, Jepang, India, Singapura, bahkan Malaysia mampu
menjadi magnet bagi kemajuan ekonomi dunia.
Pemerintah memiliki potensi cukup besar
untuk menggali potensi penerimaan negara menjadi lebih optimal. Dalam
struktur RAPBN 2015, pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp 1.762,29
triliun atau naik 7,8 persen dibanding APBNP 2014.
Kontribusi terbesar masih disumbang
perpajakan Rp 1.370,827 triliun, naik 10 persen dari APBNP 2014. Penerimaan
negara bukan pajak berkontribusi Rp 388 triliun atau 0,3 persen dari APBNP
2014. Potensi penerimaan masih bisa ditingkatkan karena tax ratio dalam RAPBN
2015 masih sekitar 12,32 persen.
Artinya, pemerintah dapat menggali potensi
penerimaan untuk pembiayaan pembangunan tanpa mengganggu kelancaran roda
ekonomi. Pemerintah bisa saja mengalokasikan pembiayaan modal untuk
infrastruktur dengan mengurangi subsidi BBM, namun akan menghadapi tekanan
inflasi dan publik. Pemerintah memiliki ruang guna meningkatkan pergerakan ekonomi
melalui perbaikan kondisi investasi.
APBN harus selalu didesain agar tidak
selalu defisit, sehingga mampu berpijak pada optimalisasi penerimaan dan
inefisiensi belanja. Upaya menyelamatkan APBN yang gencar dilakukan Komisi
Pemberantasan Korupsi, adalah salah satu cara optimal penyelamatan penerimaan
negara.
Hal terpenting adalah bagaimana cara
meningkatkan potensi penerimaan negara dari sumber-sumber kekayaan alam,
seperti minyak dan gas bumi, barang tambang dan mineral, perkebunan,
perikanan, serta kehutanan yang melimpah ruah.
“Recovery”
Ekonomi
Di antara pemakaian energi yang terbarukan,
konsumsi minyak menyumbang paling besar, khususnya di sektor transportasi.
Pada 2015, diperkirakan kebutuhan BBM mencapai 62 juta kl per tahun dan
minyak mentah sekitar 1,9 juta barel per hari. Tanpa dibantu energi
alternatif, Indonesia pasti akan berada dalam kesulitan besar.
Problem lain yang tidak kalah pelik adalah
soal manajemen pengelolaan sumber daya alam/energi. Sampai saat ini,
Pertamina hanya memproduksi kurang lebih 122.000 barel per hari dari total
lifting minyak nasional sebesar 905 barel per hari.
Untuk itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) perlu melakukan cost recovery hingga Juni 2014 mencapai US$ 9,32 miliar. SKK
Migas menargetkan 23 proyek mulai berproduksi pada 2015. Tahun depan, SKK
Migas menargetkan 23 proyek baru mulai berproduksi.
Semua proyek tersebut memberikan kontribusi
produksi minyak 140.086 barel per hari pada 2015. Produksi Cepu dengan
operator Mobil Cepu Limited ditargetkan menyumbang produksi minyak pada 2015
sebesar 118.980 barel per hari. Itu mencakup 85 persen dari keseluruhan
proyek baru.
Proyek onstream
berikutnya yang menyumbang produksi terbesar pada 2015, yaitu Bunyu dengan
operator PT Pertamina EP sebesar 5.711 barel per hari. Disusul Proyek Bukit
Tua dengan operator Petronas sebesar 5.000 barel per hari.
Lapangan YY dengan operator PT Pertamina
Hulu Energi Offshore North West Java sebesar
1.015 barel per hari dan PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore 1.000
barel per hari. Selain itu, 17 proyek onstream lainnya pada 2015
menyumbangkan produksi minyak di bawah 1.000 barel per hari.
Selain minyak, enam proyek di antaranya
menghasilkan gas 132,7 mmscfd. SKK Migas menargetkan produksi minyak pada
2015 mencapai 845.000 barel per hari.
Proyeksi cost recovery akan mampu memberikan dampak pada peningkatan
kapasitas energi terbarukan yang akan diterima rakyat. Proyek perbaikan dan
penambahan sumber energi segera digalakkan guna menopang kebutuhan perusahaan
dan rumah tangga. Penambahan proyek ini akan memudahkan pemberian insentif
energi yang belum dikelola optimal. Kelak akan ada penemuan-penemuan
energi-energi baru.
Banyaknya pembangunan proyek energi,
mengecilkan kondisi perdagangan nasional. Terjadinya segregasi dan distorsi
yang mengakibatkan membeludaknya jumlah pengangguran, kian terpuruknya
industri (produksi) nasional akibat liberalisasi perdagangan, menyebabkan
surplus perdagangan Indonesia semakin tergerus.
Angka pengangguran dan kemiskinan yang
tinggi serta kesenjangan kaya versus miskin, diyakini telah mengakibatkan
tekanan hidup yang sangat berat bagi kebanyakan saudara sebangsa kita. Ini
membuat banyak dari mereka mengalami kecemburuan sosial (social jelousy).
Kondisi sosio-antropologis semacam inilah
yang mengakibatkan kian marak dan masifnya premanisme, perampokan,
perkelahian antarkelompok masyarakat, konsumsi narkoba, dan beragam penyakit
sosial (social pathology) lainnya.
Muara (resultante) dari segenap
permasalahan sosial-ekonomi riil di atas adalah rendahnya Indeks Pembangunan
Manusia (Human Development Index). Pada 2013, berdasarkan data UNDP, angka
harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 70,8 tahun. Artinya, pada 2013,
setiap penduduk Indonesia berpeluang untuk hidup selama 70,8 tahun saat
lahir.
Mencermati komponen IPM tersebut, titik
lemah pembangunan manusia Indonesia yang harus menjadi fokus perhatian
pemerintah mendatang adalah peningkatan akses terhadap pendidikan dan
kesehatan. Antarkelompok pendapatan ketimpangan akses tercermin dari Gini
Rasio—indikator ketimpangan sebaran pendapatan—yang telah mencapai 0,41 pada
2013. Angka ini menunjukkan hasil-hasil pembangunan tidak dinikmati merata
oleh seluruh lapisan masyarakat.
Penguatan
Sangat mendesak untuk dilakukan gerakan
restorasi di bidang ekonomi. Pasalnya, bangsa ini telah mengalami ketimpangan
sosial akibat gejala deindustrialisasi yang ditandai pengangguran massal,
krisis kepemimpinan, dan instabilitas politik akibat konflik antarpartai.
Restorasi di bidang ekonomi dihadirkan agar
Indonesia mampu mandiri di bidang ekonomi. Melakukan penataan kembali
perekonomian nasional dengan mengacu kepada Pasal 33 UUD 1945, dengan
mengutamakan kepentingan rakyat banyak. Membangkitkan industri berbasis
pertanian dan kelautan sebagai prime mover dalam pembangunan nasional.
Restorasi ekonomi tidak bisa ditawar lagi.
Hal ini menengarai berdatangannya perusahaan-perusahaan asing akibat
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan upaya
untuk lepas dari ketergantungan finansial/modal asing, dengan menghimpun dana
domestik dari sektor swasta, negara, dan koperasi. Kita butuh nasionalisme
ekonomi untuk membebaskan imperialisme ekonomi akibat ekonomi neoliberal dan
globalisasi. Hanya dengan restorasi kita akan mencapai kebangkitan
nasionalisme.
Bentuk gerakan restorasi yang dilakukan
dapat menyerupai Restorasi Meiji di Jepang. Kegiatan pembangunan di Indonesia
harus dikembalikan ke tangan anak bangsa. Hal itu dapat diwujudkan dengan
membebaskan ketergantungan teknologi, yakni melakukan industrialisasi dan
modernisasi berbasis teknologi yang dihasilkan usaha anak bangsa sendiri.
Restorasi yang dilakukan harus menuju pola
pembangunan yang berkepribadian dan mandiri. Hal yang tidak kalah penting
ialah menghidupkan kembali program pengembangan ekonomi kerakyatan yang
didukung pengembangan ekonomi kreatif.
Selain itu, di bidang politik mendesak
dilakukan restorasi untuk mencapai kestabilan politik, negara yang kuat, dan
kepemimpinan yang efektif dalam demokratisasi. Ini sehubungan banyaknya kasus
korupsi oleh anggota DPR.
Ada harapan baru, Buya Syafii Maarif (2014)
optimistis pemerintahan di bawah Joko Widodo dan Jusuf Kalla mampu
memperbaiki segala sumber masalah bangsa. Pasalnya, pemerintahan pemenang
Pilpres 2014 itu berbasis semangat restorasi dan revolusi mental yang
merupakan bagian cita-cita kemerdekaan.
Indonesia harus berdaulat di bidang politik
dengan menghindari dan menolak intervensi asing dalam mengelola kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Membangun sistem politik yang demokratis,
namun mengutamakan musyawarah dan mufakat. Memperkuat sistem presidensial
dengan membentuk zaken cabinet (kabinet kerja) yang diisi orang-orang yang
profesional di bidangnya dan the right
man on the right place. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar