Memotivasi
Anggota Polisi
Arman Asmara ;
Perwira
Siswa Sekolah Staf
dan Pimpinan Pendidikan Reguler (Sespim Dikreg) 54
|
SUARA
MERDEKA, 06 September 2014
Motivasi
kepemimpinan merupakan seni yang lahir karena kebutuhan yang ingin dipenuhi,
namun pelaksanaan masing-masing individu berbeda-beda. Ada yang benar-benar
menjiwai, dan ada pemimpin yang tidak paham cara memotivasi anggota atau
bawahan. Padahal kesuksesan sebuah organisasi, semisal Polri, salah satunya
ditentukan oleh pemimpin yang pandai menyemangati anggota.
Dalam
memberikan motivasi, kadang pemimpin tidak melihat kondisi bawahan. Padahal
hal itu sangat penting, semisal memahami latar belakang, tempat tinggal atau
keluarga dari bawahan tersebut. Perhatian seorang pemimpin akan menjadi
”obat” penyemangat seorang bawahan. Cobalah berikan tepukan ke punggung
anggota jika ia berprestasi, berilah catatan tangan dan komentar singkat.
Cara-cara sepele tersebut bisa membuat bawahan atau anggota termotivasi untuk
bekerja lebih baik lagi.
Prajurit
polisi yang bertugas di satuan wilayah, sering mengalami hal-hal tidak
sepantasnya, seperti tunjangan yang dirasa kurang, beban berat pekerjaan,
suasana kerja yang kurang mendukung, tidak ada pengakuan prestasi, dan tak
ada kesempatan untuk mengembangkan diri. Kemudian, tidak ada pelatihan
berkelanjutan, atau pekerjaan yang membosankan karena tidak sesuai
kejuruan/spesifikasi personel. Sumber daya manusia (SDM) atau personel
merupakan salah satu poin penting. Berbagai pekerjaan operasional ataupun
pembinaan terasa ringan bila didukung personel andal. Karena itu, sudah
seharusnya atasan membangun hubungan baik dengan bawahan yang keberadaannya
berkontribusi cukup besar terhadap kesuksesan pemimpin.
Ada
berbagai metode atau sistem yang bisa digunakan pemimpin untuk meningkatkan
motivasi SDM, antara lainmelalui pelatihan. Pekerjaan rutin kerap menyebabkan
kejenuhan dan bisa berdampak pada menurunnya motivasi kerja. Andai hal itu
dibiarkan, anggota tidak bisa melaksanakan tugas secara maksimal. Untuk
mengembalikan motivasi, perlu pelatihan khusus seperti peningkatan
keterampilan fungsi, atau pelatihan untuk kembali membangun motivasi, semisal
lewat kerja sama antarsatuan wilayah, neuro
associative conditioning (NAC,) atau emotional spiritual quotient(ESQ).
Hal yang tak kalah penting adalah pemberian penghargaan kepada personel yang
berprestasi, bisa berupa bonus, insentif, atau hadiah. Berdasarkan pengalaman
empiris, cara seperti itu terbukti cukup efektif untuk meningkatkan motivasi
seseorang.
Pendekatan
Kekeluargaan
Seorang
komandan juga harus bisa melakukan pendekatan secara kekeluargaan kepada tiap
anggota sehingga mereka merasakan kehadiran pemimpin juga sebagai anutan,
orang tua, atau kakak. Pendekatan cara itu bisa untuk mengetahui kelebihan
dan kekurangan anggota. Dengan demikian, memudahkan evaluasi untuk memetakan
personel yang memiliki kemampuan, dan membutuhkan bimbingan guna mencapai
keberhasilan. Pendekatan tersebut memberikan win-win solution kepada personel
yang kesulitan melaksanakan tugas atau ada masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Penyiapan kegiatan khusus untuk membangun rasa kekeluargaan
antara pimpinan dan anggota menjadi langkah tepat untuk meningkatkan motivasi
kerja. Hal itu bisa meningkatkan loyalitas anggota untuk membesarkan
kesatuan.
Seorang
pemimpin wilayah yang baik harus bisa memotivasi anggotanya untuk lebih
berprestasi sehingga mereka pun tidak akan melanggar kode etik korps dalam
bertugas. Jika hal itu belum tercapai, berarti metode atau sistem yang
digunakan dalam memotivasi personel belum maksimal atau kurang tepat. Dalam
kondisi itu, dibutuhkan metode seperti meningkatkan motivasi kerja melalui
pelatihan, memberikan penghargaan sekaligus pendekatan secara kekeluargaan
untuk lebih memaksimalkan kinerja anggota. Nantinya semua bisa termotivasi
untuk lebih memahami peran dan tanggung jawab serta dengan senang hati dan
ikhlas melaksanakan tugas. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar