Kamis, 17 Juli 2014

Palestina Adalah Kita

                                               Palestina Adalah Kita

Kasra Scorpi  ;   Wartawan Haluan 
HALUAN,  15 Juli 2014
                                                


Dengan dalih untuk menghentikan se­rangan roket yang intensif dilancarkan Hamas ke Tel Aviv, Israel membabi buta melakukan serangan ke Gaza Palestina sejak Selasa pekan lalu, lebih seratus warga setempat ter­masuk anak-anak tewas.
“Teroris di Gaza telah membuat kesalahan besar menyerang orang Israel. Mereka yang mengundang bencana sendiri,” ujar Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Benny Gantz, seperti dikutip Al-Arabiya, Sabtu (12/7).

Militer Israel juga me­nuduh banyak rumah di Gaza yang digunakan untuk kepentingan persenjataan Hamas, sehingga menurut mereka sah-sah saja jika lokasi tersebut menjadi target se­rangan berdasarkan hukum inter­nasional.
Dengan angkuh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menambahkan, meski telah didesak pihak internasional, tak akan ada yang bisa menghentikan invasi negaranya.

Dikatakannya, Israel telah  menyerang lebih dari 1.000 sasaran di Gaza sejak Selasa 8 Juli lalu menggunakan kekuatan dengan skala 2 kali lebih besar dari operasi serupa yang dilancarkan pada 2012.

“Tidak akan ada tekanan internasional yang bisa mence­gah Israel menggunakan kekuatan,” kata Netanyahu setelah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel, seperti dilansir BBC.
Memang bagi Israel, se­rangan biadab terhadap warga Paletina merupakan hal biasa dan sudah kerap mereka lakukan yang mengakibatkan warga Palestina tidak putus dirundung malang.

Sementara betapapun ke­rasnya reaksi dunia termasuk kita bangsa Indonesia terhadap serangan itu tidak diacuhkan Israel, bahkan reaksi badan dunia sebesar PBB sekalipun dianggapnya sebagai angin lalu saja.

Mengapa negara sekecil itu terlalu sombong dan percaya diri menyerang terus-terusan tetangganya Palestina?

Karena Israel tahu persis bahwa Palestina lemah di bidang militer dan ekonomi dan saudara-saudara Palestina di sekitarnya yakni negara-negara Arab tidak kompak mem­berikan pembelaan, bah­kan solidaritas antarnegara Arab itu sangat rapuh, mereka lebih suka saling bertengkar sesa­manya ketimbang mem­bangun persatuan membela Palestina.

Kerapuhan solidaritas Arab itulah yang dimanfaatkan Israel dengan sekutunya Amerika Serikat dan negara barat lainnya untuk mengatur peta perpolitikan dan melakukan apa yang diinginkannya di Timur Tengah.

Padahal kalau negara Arab seperti Iran, Irak, Arab Saudi, Syria, Lebanon, Kuwait, Mesir dan lainnya bersatu membela Palestina, jangankan berperang “kencing” saja warga Arab ramai-ramai ke Israel akan jadi lautan negara yahudi itu.
Tetapi yang dilakukan Arab setiap kali terjadi serangan Israel ke Palestina  hanyalah menggiring opini masyarakat dunia untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan  untuk mempercayai PBB sebagai penengah untuk penyelesaian konflik.

Padahal lembaga dunia itu tidak pernah mampu mela­kukan penyelesian konflik secara permanen dan selalu  berpihak kepada Palestina, pasalnya PBB di bawah ba­yang-bayang Amerika Serikat Cs yang pro Israel.

Belakangan banyak orang berharap kepada presiden Amerika Serikat berkulit hitam yang ayahnya seorang Islam dari Afrika Barack Husein Obama agar bersikap netral dalam kasus kronis di tanah Palestina itu, tetapi nyatanya Obama sama saja dengan pendahulunya Bush maupun Clinton, sama-sama mem­benarkan invasi Israel.

Seharusnya bagi saudara-saudara Palestina jalan yang harus ditempuh untuk meng­hadapi kebiadaban Israel adalah menjadikan Palestina adalah kita, duka Palestina adalah duka kita, denyut nadi warga Palestina adalah denyut nadi kita bersama, perjuangan Palestina adalah perjuangan kita.

Untuk itu strategi yang dijalankan tidak cukup lagi gerakan movement dengan mengutuk-ngutuk melalui demonstrasi,  pernyataan untuk menggalang opini dan bantuan kemanusiaan lainnya, hal itu hanya untuk penyelesaian sementara,
Masalah Palestina terkini adalah soal perang, soal militer, karena itu Palestina juga butuh bantuan militer, minimal untuk membentengi diri, tanpa kekuatan militer, Israel akan terus leluasa mengobrak-abrik Palestina. Berperang untuk menegakkan kebenaran  juga salah satu cara penyelesaian konflik.  ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar