Komitmen
Jaga Stabilitas Harga
Damin Hartono R ;
Kadivre Perum Bulog
Jateng,
Pemerhati
Masalah Pangan dan Pertanian
|
SUARA
MERDEKA, 25 Juli 2014
"Ke depan perlu ada komitmen menjaga
koordinasi yang baik antara pemerintah dan pihak-pihak terkait"
MENJELANG
Ramadan, dan terutama mendekati Lebaran, selalu terjadi gejolak kenaikan
harga kebutuhan pokok masyarakat. Realitas itu dipicu oleh meningkatnya
permintaan masyarakat berkait Idul Fitri. Kenaikan harga kebutuhan pokok
masyarakat kadang bukan disebabkan tidak tersedianya pasokan melainkan bisa
jadi karena ulah spekulan. Pemburu rente tersebut menimbun komoditas
kebutuhan pokok masyarakat supaya bisa mengeruk sebesar-besarnya keuntungan.
Mencermati
yang terjadi akhir-akhir ini, publik bisa melihat ada yang berbeda dari
Ramadan dan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, kendati hampir
mendekati Lebaran, tidak terjadi lonjakan harga-harga seperti tahun-tahun
sebelumnya. Kalaupun ada, angkanya tidak signifikan, dalam arti tak ada
lonjakan harga yang terlalu tinggi untuk sejumlah bahan pangan yang biasa
dikonsumsi masyarakat. Sebut saja harga komoditas seperti beras, gula pasir,
minyak goreng, daging ayam, daging sapi, hingga bumbu, yang hingga mendekati
Lebaran masih terkendali dan cukup stabil. Bila ada kenaikan harga, itu masih
dalam batas wajar sehingga tetap membuat masyarakat tenang menjalankan ibadah
pada bulan suci. Lalu, sebenarnya fenomena apa ini? Semua itu tidak terlepas
dari hukum permintaan dan penawaran.
Fenomena
yang terjadi sekarang dipengaruhi oleh beberapa faktor pengendali, yakni
pemerintah dan sejumlah pihak sudah merencanakan jauh-jauh hari. Mereka
mengamankan pasokan pangan dan kebutuhan pokok masyarakat sehingga tidak
terjadi lonjakan harga yang terlalu tinggi berkait momen Hari Raya. Terlebih,
semua pihak rupanya menghayati 2014 adalah tahun politik. Jadi penjabarannya,
supaya tak menambah persoalan, apalagi menimbulkan konflik maka persediaan
dan keterjangkauan pangan diamankan dan diinformasikan jauh-jauh hari.
Berbagai rencana mengamankan harga dan pasokan ketersediaan pangan pun sudah
dijalankan sekarang, semisal menggelar pasar murah atau operasi pasar pada
Ramadan hingga menjelang Lebaran.
Dengan
aksi tersebut, secara otomatis spekulan tak berani menimbun stok bahan
pangan. Perum Bulog, sebagai penyedia bahan pangan masyarakat di antaranya
beras, gula pasir, minyak, hingga daging sapi pun berperan aktif
mengendalikan harga jauh-jauh hari dengan membuka outlet di seluruh kantor
dan gudang. Hasilnya, bisa kita nikmati sekarang, yakni tak terjadi lonjakan
harga tinggi sebagaimana umumnya Ramadan, apalagi menjelang Lebaran. Perum
Bulog Divre Jateng, berkait momen itu atas permintaan pemda mempercepat penyaluran
beras untuk warga miskin (raskin) pada bulan Juli, untuk dua alokasi
Juli-Agustus. Kebijakan itu membuat warga yang kurang mampu tercukupi pasokan
bahan pangan pokoknya dalam menghadapi Lebaran. Ketercukupan warga kurang
mampu akan kebutuhannya secara otomatis meminimalisasi pengeluaran anggaran
untuk membeli beras. Stok Cukup Faktor lain sebagai pendukung kestabilan
harga pangan pada Ramadan dan Lebaran kali ini adalah bersamaannya dengan
musim panen.
Panen
dalam konteks ini bukanlah panen raya serentak di seluruh daerah melainkan
secara sporadis, lumintu atau terus-menerus sepanjang tahun. Kendati kemarau
tahun ini diperkirakan disertai gejala El Nino, kondisi cuaca basah sangat
mendukung untuk mencukupi kebutuhan beras bagi masyarakat. Begitu pun produksi
gula, yang saat ini bertepatan dengan musim giling sehingga produksi dan
pasokan sangat terjamin guna mencukupi kebutuhan masyarakat. Karena itu,
masyarakat perlu bersyukur mengingat mereka menyambut Idul Fitri bersamaan
dengan musim panen. Harga beras premium super jenis C4 yang umumnya
dikonsumsi masyarakat, pada awal Juni sebelum Ramadan Rp 8.000/kg. Saat ini,
setelah memasuki akhir Ramadan bahkan mendekati Lebaran, masih terkendali
pada kisaran harga Rp 8.500/kg, yang berarti terjadi kenaikan ’’hanya’’Rp
500. Perum Bulog Divre Jateng mencatat stok raskin atau beras medium masih
mencukupi hingga 9 bulan ke depan sampai panen tahun 2015. Saat ini, stok di
gudang Bulog tersedia 318 ribu ton, dari pengadaan selama semester I tahun
2014 sebesar 342 ribu ton. Adapun beras yang sudah disalurkan 343 ribu ton,
sedangkan penyaluran tiap bulan 37.232 ton untuk dibagikan kepada 2.482.157
rumah tangga sasaran (RTS), dan tiap rumah tangga mendapat jatah 15 kg/bulan.
Sementara untuk beras premium, stok per bulan 75 ton hingga 100 ton,
sementara 1.000 ton stok gula pasir tersimpan di gudang Bulog se-Jateng.
Supaya fenomena harga stabil dan terkendali pada Ramadan dan Lebaran bisa
kembali dinikmati oleh masyarakat pada tahun-tahun mendatang, ke depan perlu
ada komitmen untuk menjaga koordinasi yang baik antara pemerintah dan
pihak-pihak terkait.
Selain
itu, meningkatkan pemantauan rutin oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID),
dan pemda pun diharapkan merencanakan sedini mungkin program-program, seperti
ketersedian, keterjangkauan, kelancaran, dan terinformasikannya masalah
pangan. Yang tak kalah penting adalah memfasilitasi dan memperluas operasi
pasar dan pasar murah untuk masyarakat. Bahkan percepatan penyaluran raskin
pada hari-hari besar keagamaan seperti sekarang ini harus kembali
dilaksanakan pada tahun-tahun depan. Aksi nyata di lapangan dan koordinasi
yang baik sesuai kewenangan masing-masing akan membuat spekulan tidak bisa
bergerak. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar