Kamis, 24 Juli 2014

Pundi-Pundi Rupiah dari Bank Sampah

                    Pundi-Pundi Rupiah dari Bank Sampah

Haryati  ;   Alumnus Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
Kini Guru SMA Negeri 1 Kertek Wonosobo
SUARA MERDEKA, 22 Juli 2014
                                                


SAMPAH yang terserak di sembarang tempat selalu mendatangkan masalah. Onggokan sampah yang kurang terurus akan menimbulkan
pencemaran lingkungan dan memicu timbulnya berbagai penyakit.

Lingkungan yang buruk akibat tumpukan sampah, bahkan menjadi penyumbang meningkatnya penyakit diare, terutama pada anak-anak. Ini merupakan masalah serius yang harus sejak dini disikapi, biar kasus serupa tak terulang. Dari data yang didapat penulis, di Indonesia pada tahun 2011 terjadi 120 juta kasus penyakit dan menyebabkan 50.000 kematian dini akibat lingkungan yang kotor dan buruk karena sampah. Kita layak prihatin dengan kasus tersebut. Harus diakui, tak sedikit ibu rumah tangga dengan mudah membuang sampah begitu saja di pekarangan rumah. Plastik bekas pembungkus makanan dibuang seenaknya di kebun sekitar rumah. Akibatnya, kebun atau pekarangan rumah penuh sesak dengan tumpukan sampah plastik atau sampah-sampah dapur lain.

Selain menurunkan kesuburan tanah dan merusak struktur tanah, plastik sulit terurai dalam tanah. Sampah plastik yang berserakan di sembarang tempat merusak pemandangan dan menimbulkan kesan lingkungan menjadi kumuh, kotor dan jorok. Tak jarang pula, sampah menumpuk di saluran air di sekitar permukiman rumah penduduk ataupun di sungai-sungai umum. Bila musim kemarau, sampah plastik itu tampak menggunung dan bisa menimbulkan pemandangan yang tidak sedap. Sebaliknya, pada musim hujan, sampah plastik itu memampatkan saluran sehingga bisa memicu terjadinya banjir. Sampah yang berserakan di sungai tersebut merupakan bukti nyata rendahnya kesadaran kalangan ibuibu dalam memperlakukan sampah.

Tumpukan sampah sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga. Karena merupakan sampah rumah tangga, maka diakui atau tidak, kaum ibu menjadi aktor utama bagi terurus tidaknya sampah, sehingga tidak mencemari lingkungan. Apa susahnya ibu-ibu menjadi pioner untuk memperlakukan sampah secara bijak. Ajari, ajak dan beri contoh anak, suami, famili dan tetangga sekitar untuk tidak seenaknya membuang sampah di sembarang tempat. Sampah butuh diperlakukan secara khusus di tempat sampah. Diapresiasi Ikhtiar yang dilakukan ibu-ibu di berbagai tempat dalam memprakarsai bank sampah, rupanya patut menjadi contoh dan diapresiasi. Sebab, dengan model seperti itu, sampah rumah tangga bisa dikelola secara baik.

Sampah yang berasal dari limbah rumah tangga oleh ibu rumah tangga dipilah menjadi dua. Sampah kering dan basah. Sampah kering berupa plastik, kertas dan barang bekas lainnya dikumpulkan oleh masing-masing ibu rumah tangga. Adapun sampah basah, yang bisa membusuk, misalnya bekas sayur atau daun pembungkus makanan dipisah untuk dijadikan pupuk kompos atau dibuang pada tempat sampah yang telah disediakan. Sampah kering disimpan di rumah masing-masing. Sampah tersebut dikumpulkan pada waktu yang sudah ditentukan.

Agar tidak menimbulkan bau busuk bagi plastik bekas pembungkus makanan, sampah itu dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan. Sewaktu-waktu ada perempuan yang berjaga untuk mengumpulkan sampah kering guna dijual pada pemulung. Uang hasil penjualan dikumpulkan pada bendahara bank sampah.Setiap perempuan mendapat giliran sebagai petugas pengepul sampah. Uang hasil penjualan sampah bisa menjadi pundi-pundi rupiah. Ini adalah karya nyata dalam bentuk bank sampah, yang bisa memberi dua keuntungan sekaligus. Lingkungan perumahan bersih dari sampah plastik dan kertas, ibu-ibu juga bisa mengumpulkan uang dari hasil penjualan barang bekas tersebut. Gerakan perempuan sadar sampah dan lingkungan ini patut didukung demi amannya lingkungan dari pencemaran akibat sampah yang berserakan di sembarang tempat. Jika gerakan ini terlaksana secara massal di berbagai tempat, bukan tidak mungkin lingkungan kita akan bersih dan sehat tanpa sampah. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar