Kamis, 31 Juli 2014

“Mudahnya” Menulis di Media

                                  “Mudahnya” Menulis di Media

Th Rosid Ahmad  ;   Mantan Ketua MGMP Bahasa Inggris SMK Kota (dan Eks Karesidenan) Semarang, Aktif menulis di media massa
SUARA MERDEKA, 26 Juli 2014
                                                


“Sejatinya, menulis untuk media massa tidaklah sulit, dan bahkan bisa kita lakukan sebagai aktivitas keseharian”

Banyak orang mengeluh betapa sulit menuangkan ide, pikiran, dan perasaan ke dalam satu tulisan yang baik. Padahal, disadari sepenuhnya bahwa lewat tulisan, orang bisa memperoleh beragam manfaat, baik secara moral maupun finansial. Menjadi pertanyaan mendasar, benarkah menulis itu sulit?

Memang tak sedikit yang mengaku kesulitan untuk menemukan ide. Sebenarnya ide itu bisa datang kapan dan di mana saja. Semisal tatkala menonton televisi, berangkat atau pulang kerja, saat menunggu antrean di bank, dan sebagainya. Simpanlah ide-ide itu berikut butir-butir pembahasannya, lalu buat kerangka tulisan.

Jadi sejatinya menulis itu tidaklah sulit, dan bisa kita lakukan dalam aktivitas keseharian. Bahkan ada yang dengan enteng berkata, menulis itu keterampilan tingkat sekolah dasar (SD). Artinya, mereka yang tamat sekolah dasar selayaknya mampu mengekspresikan diri lewat tulisan.

Berbeda dari mengarang yang menuntut bakat dan kemampuan berimajinasi, menulis bisa dilakukan siapa pun tanpa mempertimbangkan berbakat atau tidak. Yang penting mau berlatih dengan tekun. Keterampilan apa pun hanya dapat dikuasai bila orang mau berlatih secara teratur dan terukur.

Secara realistis, orang akan melakukan sesuatu dengan penuh semangat bila yakin hal itu membawa manfaat bagi dirinya.

Faktanya, berbagai manfaat yang amat berguna dalam hidup ini bisa dipetik dari kegiatan menulis. Di perguruan tinggi, keterampilan yang satu ini banyak dibutuhkan ketika harus membuat paper, menyusun makalah, resume, proposal, dan skripsi. Wajar jika mahasiswa yang terampil menulis umumnya mampu menyelesaikan studi dalam waktu lebih singkat.

Kemampuan menulis juga diperlukan ketika seseorang sudah bekerja, apalagi menduduki jabatan tertentu dalam organisasi. Setidak-tidaknya dia harus mampu menyusun pidato, laporan pertanggungjawaban, membuat proposal untuk proyek, dan sebagainya.

Menyadari begitu pentingnya keterampilan ini, banyak lembaga pendidikan mengadakan kegiatan guna memotivasi anggota untuk meningkatkan keterampilan menulis. Tiap Ramadan misalnya, sejumlah pondok pesantren di Jateng menyelenggarakan program santri menulis dengan mengundang praktisi dari media massa. Termasuk sebagaimana Suara Merdeka yang telah 20 tahun menggelar program ’’Gerakan Santri Menulis’’ di ponpes.

Peneliti di Universitas Negeri Semarang (Unnes) pun antusias mengikuti Pelatihan Penulisan Artikel Hasil Penelitian Menjadi Karya Artikel Popuiler yang digelar di kampus Sekaran baru-baru ini.

“Semangat belajar dan mau mempraktikkan hal yang didapat dari bacaan menjadi bekal berharga meraih kesuksesan,” kata Syukron Abu Ishaq Alafarozi, mahasiswa Teknik Elektro dan Teknik Informasi UGM. Bersama rekan setim Lathifah Fatharani, dia menjuarai kompetisi netrider (jaringan komputer) yang diadakan perusahaan AS, Cisco. (SM, 1/7/14)

Bagi mahasiswa, honor tulisan dari media sangat berarti dalam menambah uang saku. Tapi yang jauh lebih bermakna, pemuatan tulisan itu memberi kepuasan batin tiada tara. Motivasi kuat hadir demi menyadari bahwa aktivitas itu mendukung keberhasilan seseorang dalam berbagai hal. Bagi pegawai, guru, apalagi dosen, itu dapat memperlancar kenaikan pangkat dan golongan.

Pramoedya Ananta Toer (1925-2006), pengarang produktif dalam sejarah sastra Indonesia yang sekitar 50 karyanya diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing pun menyatakan, ’’Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” (Rumah Kaca, h. 352).

Banyak hal penting wajib dipahami bagi mereka yang ingin menulis untuk media massa. Beberapa di antaranya  adalah isi tulisan harus aktual, bahasanya runtut, dan menggunakan kalimat efektif, tidak mengulang-ulang. Mengingat begitu besar manfaat yang bisa diperoleh, kenapa kita tidak mencobanya mulai sekarang? ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar