Mengatasi
Rumor Kerusuhan
Triyono Lukmantoro ;
Dosen Sosiologi
Komunikasi, FISIP,
Universitas
Diponegoro Semarang
|
KORAN
SINDO, 25 Juli 2014
Ada
kabar menakutkan saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil
rekapitulasi Pemilihan Presiden pada 22 Juli 2014. Kabar yang telanjur
merebak itu menyebutkan kerusuhan besar bakal meletus di negeri ini. Bayangan
mengenai kekerasan massa yang terjadi pada pertengahan Mei 1998 pun mencuat
dalam ingatan. Pusat-pusat perbelanjaan dibakar. Penjarahan terjadi di
mana-mana. Aparat keamanan negara lenyap bagai ditelan kekacauan yang
berjalan sistematis. Massa yang bertindak anarki menyerang kelompok etnis minoritas.
Ternyata kabar itu tidak terbukti. Jakarta, dan kota-kota lain, aman-aman
saja. Kabar tentang kerusuhan yang tidak jelas sumber informasinya itu
dinamakan rumor.
Dalam
bahasa sehari-hari disebut isu. Namun, rumor politik yang serba menyeramkan
sehingga publik dicengkeram kecemasan itu, tidak gampang diredakan. Meskipun
aparat negara telah menyiagakan ribuan pasukan dan pejabat pemerintah
melontarkan pernyataan yang berupaya memadamkan kobaran kabar keliru
tersebut, rumor itu justru menjalar semakin besar. Rumor bergerak sebagaimana
bola api salju yang siap menelan siapa pun yang diterjangnya. Semakin bola
api rumor itu berupaya dipadamkan, ironisnya, justru semakin berkobarkobar.
Merebaknya
rumor politik yang menciptakan ketakutan itu juga tidak terlepas dari hasil
hitung cepat (quick count) yang
dijalankan lembaga survei. Ada lembaga survei yang memenangkan pasangan
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Namun, ada pula lembaga survei yang
memenangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Itulah
peristiwa pertama dalam pemilihan presiden yang memperlihatkan hasil hitung
cepat berbagai lembaga survei terbelah menjadi dua kubu yang berlainan. Hasil
hitung cepat lembaga survei itu dijadikan klaim menyatakan kemenangan. Jika
rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU bertentangan dengan hasil hitung
cepat yang dijadikan dasar pernyataan, ada potensi konflik politik dan hukum
yang memang dapat meletup.
Situasi Kerumunan
Rumor
merupakan fenomena yang terjadi dalam suasana kolektivitas, yakni situasi
kerumunan manusia. Namun, kerumunan dalam konteks rumor bersifat sangat
menyebar, melampaui geografi yang demikian luas. Inilah perbedaan yang kuat
antara rumor dan demonstrasi yang berakhir anarki, misalnya. Demonstrasi
terjadi dalam ruang geografis yang spesifik. Sementara itu, rumor tidak bisa
dipastikan aspek jangkauan geografisnya. Terlebih lagi dengan kehadiran
teknologi komunikasi dan informasi, rumor justru tidak gampang dijinakkan.
Demonstrasi
yang rusuh dapat dikendalikan oleh ratusan atau ribuan polisi terlatih.
Namun, rumor yang mengabarkan tentang kerusuhan tidak dapat dikendalikan oleh
aparat negara yang sama. Rumor tidak mudah dijinakkan bukan saja karena
alasan geografis, melainkan juga karena aspek psikologis yang ada di
dalamnya. Seseorang akan mengingat dan menyebarkan rumor, demikian Paul B
Horton dan Chester L Hunt (Sociology,
1964), menguraikan, apabila rumor itu mampu melepaskan, membenarkan, dan
menjelaskan ketegangan-ketegangan yang dialaminya. Jadi, rumor memang terkait
demikian kuat dengan tensi sosial yang terjadi.
Semakin
tinggi ketegangan sosial yang menimpa masyarakat, maka merebaknya rumor bisa
diandaikan layaknya padang ilalang kering yang mulai terbakar pada sebuah
bagian kecil. Seiring angin bertiup kencang, dengan sendirinya bag ian-bag
ian yang lebih luas dari padang ilalang itu pun bakal hangus. Ketegangan
akibat suhu politik yang terus memanas memang tidaklah mudah diturunkan. Di
sinilah tensi dari individu-individu yang mengidentifikasi diri sebagai
kelompok- ke lompok sosial yang kemungkinan besar dijadikan sebagai objek
dalam kerusuhan semakin meningkat.
Merebak
pula rumor bahwa kalangan etnis minoritas yang biasa menjadi sasaran amuk
massa telah menyiapkan evakuasi ke Singapura. Berbagai aset bisnis yang
mereka miliki pun sudah diasuransikan. Ini semua adalah langkahlangkah
antisipasi yang sebenarnya rasional dilakukan. Pasalnya, harkat hidup manusia
tidak boleh dikorbankan oleh hasrat berkuasa segelintir oknum. Namun pada
sisi lain, kalau semua itu tersulut akibat rumor politik merupakan hal yang
irasional.
Suasana Ketidakpastian
Rumor,
sebagai informasi yang tidak dapat dipastikan kebenarannya, mampu merebak
dengan kuat akibat suasana ketidakpastian yang terus merebak. Hasil hitung
cepat yang berlainan menjadikan ketidakpastian politik meninggi. Penghitungan
suara yang ditingkahi perilaku kecurangan juga memperkeruh suasana yang telah
tidak pasti ini.
Terlebih
lagi pernyataan-pernyataan dari kalangan elite politik yang terlibat dalam
pemilihan presiden makin menajamkan ketidakpastian karena masing-masing pihak
telah menyatakan klaim kemenangan. Perbedaan seakanakan semakin ditajamkan.
Akan tetapi, rumor jelasjelas bisa diredakan jika dikenali sejumlah
karakteristiknya. Ada tiga sifat dasar rumor, ungkap John J Macionis (Sociology: 14th Edition , 2012).
Pertama, rumor merebak dalam iklim sosial yang mengalami ketidak-pastian.
Kedua, rumor bersifat tidak stabil. Dan ketiga, rumor sulit dihentikan.
Pada
sifat yang pertama ditunjukkan bahwa rumor terjadi karena masyarakat tidak
memiliki informasi yang jelas dan dijamin kebenarannya pada pokok persoalan
tertentu. Pada sifat kedua, rumor gampang sekali berganti-ganti karena setiap
individu yang menerima rumor akan melakukan pemelintiran sesuai dengan
kepentingannya sendiri-sendiri. Pada ciri ketiga, rumor sulit diredam
perluasannya karena setiap orang segera berkirim rumor dalam jejaring sosial
dengan menggunakan teknologi yang semakin canggih.
Rumor
tentang kerusuhan, ternyata, mampu diatasi dengan sejumlah langkah. Pertama,
negara memberi jaminan keamanan bagi setiap warga. Bukan hanya melalui
pernyataan, melainkan juga langkah-langkah nyata. Kedua, aparat keamanan
disiagakan dengan melakukan gelar pasukan secara kontinu.
Ketiga,
masing-masing calon presiden-wakil presiden selalu mengimbau kepada para
pendukungnya untuk tidak mengerahkan massa dan menerima keputusan politik apa
pun yang terjadi. Keempat, pihak media massa mampu menyajikan pemberitaan
yang benar-benar telah dikonfirmasi, sehingga masyarakat bisa mendapatkan
kepastian informasi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar