Kamis, 13 Februari 2014

Masa Depan Amerika Latin

                      Masa Depan Amerika Latin

 M Siradj Parwito  ;   Fungsi Politik KBRI Caracas,
Alumnus Fletcher School of Law & Diplomacy
KORAN JAKARTA,  13 Februari 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                      
Sejak awal abad ke-21 terjadi pergeseran bentuk integrasi kawasan (regionalisme) di Amerika Latin (AL). Ini ditandai peningkatan nasionalisme. Mereka "mengecualikan" Amerika Serikat (AS) karena kekecewaan sebagian negara AL akan Pan-America, khususnya model ekonomi liberalnya. Namun, tidak semua negara AL berseberangan secara ideologis dan prinsip ekonomi dengan AS. 

Pembentukan Alianza Bolivarianapara los Pueblos de Nuestra America (Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika/ALBA, 2004), Union de Naciones Suramericanas (Uni Bangsa-bangsa Amerika Selatan/Unasur 2008), dan Comunidad de Estados Latino Americanos Caribenos (Komunitas Negara-negara AL dan Karibia/CELAC 2011) didorong kemunculan kepala pemerintahan yang berhaluan sosialis/nasionalis yang ingin mewujudkan impian Simon Bolivar, yakni persatuan AL secara politis, ekonomi, dan ideologis. 

Meskipun tidak serta-merta memutuskan hubungan dengan AS, bentuk regionalisme baru ini lebih mengimbangi hubungan antara AL vis-à-vis tetangga adikuasa tersebut.
Integrasi kawasan AL dipelopori visi sang pembebas, Simon Bolivar, pasca kemerdekaan dari belenggu Spanyol, akhir abad ke-20. Namun, pelembagaan visi tersebut baru diwujudkan pada tahun 1948 melalui pembentukan Organization of American States (OAS) setelah melalui serangkaian Kongres Pan-American Union.
OAS dimotori AS, bertujuan memperkuat hubungan politik, ekonomi, dan sosial antarnegara berdaulat di belahan bumi barat (Western Hemisphere). Di samping itu, banyak negara AL menginginkan dukungan AS di bidang pertahanan.

Meski demikian, dalam perkembangannya, AS lebih tertarik menggunakan OAS untuk mendukung kampanye antikomunisnya ketimbang memajukan integrasi kawasan. Dikeluarkannya Kuba dari OAS pada tahun 1962 karena komunisme tidak sesuai dengan semangat Pan-America menunjukkan pengaruh kuat AS dalam organisasi tersebut. 

Meskipun Piagam OAS secara tegas memuat prinsip non-intervensi, OAS juga tidak berkutik saat AS mendukung kudeta militer Augusto Pinochet terhadap Salvador Allende di Cile (1973). Juga saat AS menangkap Presiden Manuel Noriega di Panama (1989).

OAS yang berkedudukan di Washington, setengahnya didanai AS. Ini secara nyata digunakan untuk memajukan kepentingan AS di AL. Di bidang ekonomi, ideologi neoliberal perdagangan bebas yang diusung AS mulai diterima AL sejak akhir 1980-an.

Melalui konsep-konsep yang dicetuskan badan di bawah PBB, Economic Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC) yang juga diciptakan oleh AS, berbagai blok ekonomi neoliberal dibentuk seperti Asociacion Latinoamericana de LibreComercio (ALAC, 1960), Mercado Comun Centro-Americano (MCCA, 1960) dan PactoAndino (1969). 

Secara nasional, negara-negara di AL mulai menerapkan kebijakan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip Washington Consensus (rangkaian kebijakan ekonomi yang dimotori IMF, Bank Dunia dan The Fed).

Blok Perdagangan yang memfokuskan pada liberalisasi ekonomi mulai bermunculan era 1990-an. Brasil bersama Argentina, Uruguay, dan Paraguay menciptakan Mercado Comun del Sur (Mercosur, 1991), NAFTA (1992) dan Pakta Andean berubah menjadi Andean Community of Nations (CAN, 1995).

Hal ini diperkuat melalui inisiatif AS untuk menciptakan Free Trade Area of the Americas (FTAAs). Dengan demikian, paro terakhir abad ke-20 diwarnai dominasi kuat AS, baik secara fisik maupun ideologi, dalam organisasi kawasan maupun pada tingkat nasional.

Namun demikian, fakta justru menunjukkan jumlah penduduk miskin semakin meningkat dan jurang kaya-miskin tambah melebar. Hal ini menyebabkan kekecewaan yang meningkat terhadap konsep liberal tersebut. Rakyat AL mulai bereksperimen dengan kebijakan yang lebih bernuansa lokal seperti memilih kepala pemerintahan berhaluan sosialis.

Contoh paling jelas dapat dilihat melalui pembentukan ALBA guna menandingi FTAAs. Bahkan, negara-negara seperti Argentina, Cile, dan Brasil menolak proyek neoliberal FTAAs tersebut. Mereka menginginkan pembangunan ekonomi yang lebih independen untuk kawasan.

Penolakan ini menunjukkan semakin berkurangnya pengaruh AS pasca-PD II. Sebagai alternatif, ALBA menawarkan paradigma integrasi kawasan yang tidak berorientasi kepada pasar, tapi lebih ke solidaritas, kerja sama saling melengkapi, dan kesetaraan sosial. Unasur dan CELAC mewakili keinginan lebih mendasar untuk menciptakan integrasi kawasan yang lebih mandiri.

Secara tegas, kedua organisasi menolak keanggotaan AS dan Kanada. Hal ini didorong pula fakta kelemahan Washington Consensus dan krisis keuangan AS dan Eropa.

ALBA dimotori mendiang Chavez, dan Unasur dimotori mantan Presiden Brasil Lula da Silva, yang diteruskan Dilma Roussef (yang lebih berhaluan marxisme).
Unasur yang melibatkan Guyana dan Suriname (secara tradisional memfokuskan hubungannya dengan Karibia), memberi peluang forum baru bagi negara-negara AL untuk membahas masalah tanpa campur tangan AS dan memasukkan Kuba. Unasur telah membantu krisis politik di Bolivia (2008), Ekuador (2010), dan Paraguay (2012) tanpa intervensi AS. 

CELAC juga menjadi wadah kerja sama politik, ekonomi, sosial, budaya antara kawasan AL dan Karibia. Salah satu visi utamanya menciptakan "arsitektur keuangan" yang mandiri di AL dan Karibia.

Pada KTT CELAC (2013) di Santiago, Cile, para kepala negara mera perlu membuat satu suara untuk isu-isu global. Meskipun didominasi para pemimpin berhaluan kiri, organisasi baru ini tidak serta-merta "menceraikan" AS. Lebih tepatnya, era baru hubungan AL dan AS ditandai kemitraan yang lebih sederajat.

Kurangi Dominasi

Pembentukan Aliansi Pasifik (AP/2011) oleh Cile, Peru, Kolumbia, dan Meksiko merupakan contoh nyata mengurangi dominasi AS. Meskipun paradigma di AL seolah menginginkan model blok ekonomi yang tidak berorientasi ke pasar, AP masih menganggap neoliberalisme merupakan instrumen penting mengurangi kemiskinan. 

Blok baru ini akan memengaruhi pula perimbangan kekuatan di AL, mengingat beberapa negara ingin bergabung seperti Kosta Rika yang bergabung tahun 2013.
Meskipun menganut paham neoliberalisme, kehadiran AS di AP hanya sebagai pengamat yang sekadar memberi perspektif, namun tidak memengaruhi keputusan yang diambil.

Anggota AP-pun tergabung dalam Unasur dan CELAC. Maka, meski secara ideologi ekonomi mereka berseberangan dengan ALBA, diakui keperluan suara bersama untuk isu-isu tertentu. Prinsip ini sangat penting untuk mengimbangi hubungan AS-AL. Contoh lain juga terlihat di OAS.

Meskipun Chavez dan Rafael Correa (Ekuador) menginginkan pembubaran OAS, namun Cile, Kolumbia, Brasil, Argentina, dan Meksiko menolak dengan alasan OAS telah memiliki institusi yang kuat, sementara CELAC dan Unasur masih dalam tahap awal.

Keseimbangan baru antara negara-negara AL dan AS, dekade terakhir, menunjukkan hubungan yang lebih sejajar. Beberapa tahun terakhir, kebijakan OAS semakin menjauh dari kepentingan AS. Ini karena tekanan para pemimpin AL dan menguatnya pertumbuhan ekonomi.

Bahkan, Sekjen OAS, Jose Insulza, mengakui bahwa masalah mendasar di OAS adalah ketidakpatuhan AS terhadap peraturan yang diciptakan sendiri. Terpilihnya Presiden Barack Obama juga mengubah lanskap politik kawasan. Obama berjanji memperbaiki kerja sama dengan AL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar