Selasa, 25 Februari 2014

Inovasi Teknologi

Inovasi Teknologi

Maizar Rahman  ;   Ketua Dewan Keilmuan Litbang Energi dan Mineral
SUARA KARYA,  24 Februari 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                                                                                       
Penelitian dan pengembangan (litbang) atau riset teknologi bertujuan menghasilkan metode, produk atau proses, baik yang baru maupun untuk peningkatan yang sudah ada. Kegiatan itu timbul karena kebutuhan pasar, atau adanya penemuan ilmu pengetahuan yang berpotensi menghasilkan teknologi yang bermanfaat.

Tiga puluh tahun lalu, telepon seluler masih sangat langka dan mahal. Namun, atas dorongan pasar, teknologi elektronika dan teknologi informasi dihasilkan telepon dengan harga terjangkau oleh hampir seluruh masyarakat dunia. Industri komunikasi kemudian menjadi bisnis raksasa yang menciptakan jutaan tenaga kerja dan ikut mendorong pertumbuhan perekonomian dunia.

Ilmu dan teknologi telah menggeser perekonomian negara-negara maju ke arah industri yang berbasis sangat padat pengetahuan. Kalau dulu mereka mengandalkan ekspor mobil, elektronika, dan komputer, sekarang pabrikasinya dipindahkan ke negara-negara konsumen sehingga mereka bebas dari limbah industrinya.
Sedangkan teknologinya tetap mereka kuasai. Di negara mereka sendiri berkembang industri berbasis "otak" dengan berbagai pusat riset yang menghasilkan teknologi, juga untuk ekspor.

Contohnya, peranti lunak sistem operasi Windows dijual dengan harga ratusan dolar dalam keping cakram yang nilainya satu dolar. Sebanyak 20 keping cakram sudah senilai satu mobil atau 10 ton beras atau 100 barel minyak.

Sampai tahun 2013, hampir satu miliar perangkat itu terjual ke seluruh dunia dan tertanam di miliaran komputer pribadi. Belum lagi, produk-produk Microsoft lainnya maupun produk-produk Apple yang seakan-akan berlomba dengan Microsoft.
Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang, Korea, Taiwan menghasilkan ratusan ribu jenis peranti lunak di bidang manufaktur, transportasi, militer, energi, dan banyak yang lainnya.

Belum lagi untuk penggunaan yang bersifat global seperti internet, e-mail, aplikasi-aplikasi teknis, bisnis, permainan dan multimedia yang oleh Bill Gates disebut sebagai landasan revolusi dunia mendatang. Bayangkan, betapa besar nilai tambah yang mereka hasilkan dari industri "otak" tersebut dan hampir tanpa limbah sama sekali.

Perekonomian Indonesia saat ini utamanya masih berbasis ekspor bahan mentah pertanian dan pertambangan dengan harga rendah. Di negara pembeli, bahan itu diolah menjadi bernilai tinggi dan diekspor kembali ke Indonesia. Di situlah kita kehilangan banyak peluang, baik pajak, multiplier effect, lapangan kerja, maupun peluang kemampuan teknologi. Sebagai contoh, bijih nikel mentah bernilai 60 dolar per ton. Sedangkan kalau diolah menjadi 20.000 dolar per ton atau lebih dari 300 kalinya dan dalam rantai produksinya dapat membuka ribuan lapangan kerja.

Jadi, bahan mentah itu harus ditingkatkan nilainya dengan memberikan input teknologi atau mengolahnya sebelum diekspor, sehingga akan berkontribusi sangat besar ke perekonomian dan kesejahteraan Indonesia.

Perekonomian Indonesia harus diubah menjadi knowledge based economy. Knowledge atau pengetahuan tersebut harus diperoleh sendiri melalui penelitian dan pengembangan yang menghasilkan inovasi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar