Inovasi
Teknologi
Maizar
Rahman ; Ketua Dewan Keilmuan Litbang Energi dan
Mineral
|
SUARA
KARYA, 24 Februari 2014
Penelitian dan pengembangan
(litbang) atau riset teknologi bertujuan menghasilkan metode, produk atau
proses, baik yang baru maupun untuk peningkatan yang sudah ada. Kegiatan itu
timbul karena kebutuhan pasar, atau adanya penemuan ilmu pengetahuan yang
berpotensi menghasilkan teknologi yang bermanfaat.
Tiga puluh tahun lalu, telepon
seluler masih sangat langka dan mahal. Namun, atas dorongan pasar, teknologi
elektronika dan teknologi informasi dihasilkan telepon dengan harga
terjangkau oleh hampir seluruh masyarakat dunia. Industri komunikasi kemudian
menjadi bisnis raksasa yang menciptakan jutaan tenaga kerja dan ikut
mendorong pertumbuhan perekonomian dunia.
Ilmu dan teknologi telah
menggeser perekonomian negara-negara maju ke arah industri yang berbasis
sangat padat pengetahuan. Kalau dulu mereka mengandalkan ekspor mobil,
elektronika, dan komputer, sekarang pabrikasinya dipindahkan ke negara-negara
konsumen sehingga mereka bebas dari limbah industrinya.
Sedangkan teknologinya tetap
mereka kuasai. Di negara mereka sendiri berkembang industri berbasis
"otak" dengan berbagai pusat riset yang menghasilkan teknologi,
juga untuk ekspor.
Contohnya, peranti lunak sistem
operasi Windows dijual dengan harga ratusan dolar dalam keping cakram yang
nilainya satu dolar. Sebanyak 20 keping cakram sudah senilai satu mobil atau
10 ton beras atau 100 barel minyak.
Sampai tahun 2013, hampir satu
miliar perangkat itu terjual ke seluruh dunia dan tertanam di miliaran
komputer pribadi. Belum lagi, produk-produk Microsoft lainnya maupun
produk-produk Apple yang seakan-akan berlomba dengan Microsoft.
Amerika Serikat (AS), Eropa,
Jepang, Korea, Taiwan menghasilkan ratusan ribu jenis peranti lunak di bidang
manufaktur, transportasi, militer, energi, dan banyak yang lainnya.
Belum lagi untuk penggunaan
yang bersifat global seperti internet, e-mail, aplikasi-aplikasi teknis,
bisnis, permainan dan multimedia yang oleh Bill Gates disebut sebagai
landasan revolusi dunia mendatang. Bayangkan, betapa besar nilai tambah yang
mereka hasilkan dari industri "otak" tersebut dan hampir tanpa limbah
sama sekali.
Perekonomian Indonesia saat ini
utamanya masih berbasis ekspor bahan mentah pertanian dan pertambangan dengan
harga rendah. Di negara pembeli, bahan itu diolah menjadi bernilai tinggi dan
diekspor kembali ke Indonesia. Di situlah kita kehilangan banyak peluang,
baik pajak, multiplier effect, lapangan kerja, maupun peluang kemampuan
teknologi. Sebagai contoh, bijih nikel mentah bernilai 60 dolar per ton.
Sedangkan kalau diolah menjadi 20.000 dolar per ton atau lebih dari 300
kalinya dan dalam rantai produksinya dapat membuka ribuan lapangan kerja.
Jadi, bahan mentah itu harus
ditingkatkan nilainya dengan memberikan input teknologi atau mengolahnya
sebelum diekspor, sehingga akan berkontribusi sangat besar ke perekonomian
dan kesejahteraan Indonesia.
Perekonomian Indonesia harus
diubah menjadi knowledge based economy.
Knowledge atau pengetahuan tersebut
harus diperoleh sendiri melalui penelitian dan pengembangan yang menghasilkan
inovasi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar