Kunci
Kepercayaan dalam Bisnis
Alberto
D Hanani ; Founder and Managing Partner BEDA &
Company
|
KORAN
SINDO, 25 Februari 2014
Hari demi hari pelaku bisnis selalu dihadapkan pada dilema
tawar-menawar dalam transaksi bisnis dengan pihak-pihak lain. Percaya begitu
saja membuat Anda rentan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang merugikan.
Namun, fokus pada detail bisa membuat kita kehilangan momentum
menguntungkan. Dari situasi tersebut timbul pertanyaan penting: ”Apakah Anda
dapat memberikan kepercayaan kepada rekan bisnis Anda?” Semisal Anto, manajer
dari suatu supplier, menjajaki kerja sama untuk menjadi penyuplai utama bagi
PT Berdaya. Dalam negosiasi, PT Berdaya meminta diskon sebesar Rp20 miliar
atas barang senilai Rp120 miliar karena keterbatasan cashflow jangka pendek.
Sebagai ganti, PT Berdaya menjanjikan kepastian perjanjian
jangka panjang pada tingkat harga normal. Haruskah Anto memercayai janji PT Berdaya
tersebut, dimana Anto mempertaruhkan diskon sebesar Rp20 miliar? Untuk
menjawab permasalahan mengenai kepercayaan ini, David De Steno
menggarisbawahi empat prinsip penting untuk dipertimbangkan dalam bekerja
sama dengan pihak lain. Pertama, integritas rekan bisnis. Sering kali pelaku
bisnis menggali reputasi atas integritas calon rekan bisnis kita dari
berbagai pihak. Namun, kita tidak bisa memperhatikan integritas masa lalu
sebagai dasar untuk mempercayai rekan bisnis kita.
Kita perlu memahami hal yang penting di balik integritas, bahwa
mereka yang jujur dan wajar di masa lalu belum tentu akan melakukan hal yang
sama di masa mendatang. Seseorang mengambil keputusan berdasarkan konteks
”jangka pendek” dan ”jangka panjang”. Keputusan yang diambil oleh seseorang
sangat terkait dengan pihak-pihak yang terlibat dan untung-rugi dari berbagai
pilihan yang tersedia sesuai konteks jangka pendek dan jangka panjang.
Hal tersebut membuat integritas dari seseorang akan sangat
bervariasi berdasarkan situasi yang dihadapinya. Apabila seorang manajer
dihadapkan pada tekanan untuk memotong biaya dan memenuhi target akhir tahun,
sangat dimungkinkan bahwa sang manajer akan memilih konteks jangka pendek dan
mungkin mengambil tindakan yang mencederai integritasnya. Memahami konteks jangka
pendek dan jangka panjang dari rekan bisnis dapat membantu kita memperkirakan
integritasnya pada waktu negosiasi.
Kedua, kekuasaan relatif para pihak. Memahami bagaimana para
pihak memiliki persepsi kekuasaan (power)
antara satu dengan yang lain menjadi prinsip berikutnya. Kejujuran seseorang
sangat terkait dengan persepsi mereka terhadap kekuasaan relatif yang mereka
miliki atas kita. Bila suatu pihak lebih tinggi kuasanya atau mereka merasa
demikian, pikiran mereka mengatakan, Anda memerlukan mereka lebih daripada
mereka membutuhkan Anda.
Sebagai konsekuensinya, mereka akan lebih fokus untuk memenuhi
kepentingan jangka pendek mereka dan mengabaikan konsekuensi jangka panjang
dari bertindak tidak jujur. Ketiga, kompetensi rekan bisnis. Selain integritas,
kompetensi rekan bisnis dalam memenuhi kebutuhan kita merupakan prinsip
penting ketiga. Kita tidak dapat begitu saja percaya dengan rekan bisnis yang
percaya diri dalam menawarkan diri mereka. Kita perlu melihat kompetensi
mereka. Reputasi memang bukan indikator yang baik atas integritas seperti
disampaikan sebelumnya.
Namun reputasi adalah indikator yang baik dari kompetensi suatu
pihak. Hal tersebut karena kompetensi merupakan suatu hal yang stabil dan
tidak terkait dengan untung-rugi dari pilihan-pilihan yang dihadapi suatu
pihak. Kumpulkan informasi mengenai reputasi suatu pihak, bukan untuk
memahami integritasnya, tetapi untuk memahami kompetensinya. Keempat, intuisi
Anda. Pelaku bisnis selalu tergoda untuk menyimpulkan motif seseorang melalui
gerak-gerik bahasa tubuhnya.
Eksperimen yang dilakukan Cornell dan MIT membantu kita memahami
bahasa tubuh dalam konteks negosiasi yang melibatkan transaksi ekonomi. Dalam
sebuah diskusi tatap muka, baik langsung maupun melalui media seperti skype,
terdapat bahasa tubuh yang menunjukkan motif untukmemerhatikan kepentingannya
sendiri. Apabila seorang menunjukkan keempat perilaku berikut secara simultan
(menyandarkan diri menjauhi rekannya, menyilangkan tangan, menyentuh tangan,
dan menyentuh muka), dapat diprediksi bahwa orang tersebut menunjukkan
tendensi untuk melindungi motif pribadi.
Semakin sering suatu pihak menunjukkan keempat sikap tersebut,
semakin dapat kita prediksi kecenderungan pihak tersebut melindungi motifnya
saja. Dari studi tersebut, pikiran manusia sering kali dapat mendeteksi pola
perilaku rekan bisnis yang menunjukkan motif negatif. Kita dapat menggunakan intuisi
kita sebagai salah satu indikator dalam melihat motif seseorang, terutama
dengan pemahaman mengenai empat perilaku di atas. Namun, perlu diketahui,
bahasa tubuh hanya menunjukkan intensi suatu pihak pada saat terjadinya tatap
muka saja. Memahami perkembangan situasi dengan melihat respons dan sikap
dari pihak lain akan membantu memahami motif dari rekan bisnis tersebut.
Kunci untuk Percaya
Setelah menilik keempat prinsip di atas, mari kita kembali
kepada pertanyaan utama: ”Apakah sebaiknya Anda memberikan kepercayaan kepada
rekan bisnis tertentu atau tidak?” Bila Anda tidak mengetahui situasi dari
calon rekan bisnis dan tidak dapat berinteraksi tatap muka, mungkin
jawabannya adalah iya.
Bias terkait kepercayaan cenderung berkurang bila kita tidak
memiliki informasi yang cukup terkait pihak lain. Tapi apabila Anda memahami
situasi dari calon rekan bisnis dan dapat berinteraksi tatap muka, Anda dapat
menggunakan empat prinsip yang disampaikan di sini sebelum sepenuhnya
memercayai rekan bisnis Anda. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar