Kamis, 13 Februari 2014

Menyambut Calon Pemimpin Baru

                Menyambut Calon Pemimpin Baru

 Aman Supendi  ;   Fungsionaris Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam
(PB HMI) Periode 2013-2015
OKEZONENEWS,  13 Februari 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                      
Belakangan ini ada beberapa nama-nama calon presiden yang sempat dijaring oleh berbagai media televisi, cetak dan Eeektronik seperti: Hary Tanoesoedibjo, Akbar Tandjung, Abu Rizal Bakrrie, Agum Gumelar, Agus Martowardojo, Anies Baswedan, Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, Din Syamsuddin, Djoko Suyanto, Endriartono sutarto, Gita Irawan Wirjawan, Hatta Rajasa, Hidayat Nur Wahid, Irman Gusman, Joko Widodo, M. Jusuf Kalla, Kristiani Herrawati, Mahfud MD, Marzuki Alie, Megawati Soekarnoputri, Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto, Pramono Edhie Wibowo, Puan Maharani, Rhoma Irama, Rizal Ramli, Soekarwo, Sri Mulyani, Sultan Hamengku Buwono X, Surya Dharma Paloh, Suryadharma Ali, Letjen TNI (PURN.) Sutiyoso, Wiranto, dan Yusril Ihza Mahendra. 

Tentunya dari nama-nama capres di atas berasal dari kalangan Identitas yang berbeda-beda, ada yang dari Militer, Sipil, Pengusaha dan kaum Agamawan. Hal seperti ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat semakin dewasanya bangsa Indonesia dalam menata sistem Demokrasi.

Justru semakin banyaknya pilihan calon pemimpin, itu akan mempermudah bagi rakyat Indonesia dalam melakukan penilaian terhadap pilihannya secara kritis guna menghasilkan pemimpin Bangsa yang amanah untuk menghantarkan rakyat Indonesia pada gerbang kemerdekaan yang sebenarnya. 

Merdeka di sini dapat kita artikan sebagai Gerakan Nasional yang mengarah pada kesejahteraan rakyat, tanpa adanya ikatan-ikatan terhadap rakyat secara komprehensif dari pihak asing, sehingga praktek-praktek monopoli perekonomian, tambang, dll dapat di kuasai kembali oleh Bangsa Indonesia. Tentu ini menjadi harapan bersama bagi rakyat Indonesia, dalam memberikan mandataris pada calon pemimpin Bangsa, yang di nilai layak untuk meneruskan estafet kepemimpinan Bangsa pada saat Pemilu mendatang.

Menyambut calon pemimpin baru merupakan agenda 5 (lima) tahunan yang dalam prakteknya sangat dinanti oleh rakyat Indonesia. Karena, ini menyangkut nasib hajat orang banyak, untuk menentukan harkat dan martabat rakyat Indonesia kearah yang lebih baik. 

Dalam menyambut calon pemimpin baru, tentu pemilihan umum merupakan hal yang terbaik sebagai jalur alternative untuk menuju pada perubahan. Namun berbeda dengan sebelumnya, karena pada tahun 2014 ini hanya di ikuti oleh beberapa partai politik, diantarannya; Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. 

Butuh Pemimpin Visioner

Melihat kondisi bangsa Indonesia yang semakin carut-marut, tentu rakyat Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian, bijaksana (arif), dan memiliki Spiritual keagamaan (religius) yang tinggi. Ke-3 kriteria tersebut akan saling menguatkan satu sama lainnya dalam pembentukan karakter pemimpin bangsa yang visioner. 
    
Kecarut-marutan bangsa dapat ditandai dengan banyaknya pejabat elit politik yang tersandung kasus korupsi kolusi dan nepotisme, sehingga berefek pada lambannya proses pembangunan Nasional dalam skala makro (besar). Tak hanya itu, yang ditakutkan oleh kalangan publik dalam hal ini civil society atau masyarakat yang berada di tingkatan grassroot (bawah) adalah korupsi berubah wujud menjadi cultur (budaya), karena walaupun banyaknya pejabat korup yang sudah divonis oleh komisi pemberantasan korupsi (KPK), namun putusan ini tidak memberikan efek jera bagi pejabat lainnya. Sungguh ironis, jika dalam moment yang akan menjadi catatan sejarah baru bagi Bangsa Indonesia di tahun 2014, tidak di kawal secara serius oleh semua pihak yang terkait di dalamnya untuk menghasilkan pemimpin bangsa yang baik dan benar, serta pemimpin bangsa yang bisa membawa rakyatnya pada kemanusiaan yang adil dan beradab, pemimpin yang bisa mempersatukan rakyatnya dari berbagai golongan, pemimpin yang bisa membawa rakyatnya untuk senantiasa bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan permasalahan, pemimpin yang bisa berlaku adil dalam ranah sosial, demi terwujudnya kesejahteraan rakyat Indonesia yang selama ini di nilai masih banyaknya Rakyat Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan. 

Solusi yang Ditawarkan

Dari uraian tersebut di atas, sudah dapat kita garis bawahi bahwa, permasalahan yang selama ini terjadi di tubuh bangsa Indonesia kembali pada aspek kepemimpinan. Pemimpin yang ragu dan lemah dalam memutuskan suatu kebijakan, maka akan melahirkan kebijakan yang kontraproduktif, sehingga banyak rakyat Indonesia yang dirugikan oleh putusan tersebut. 

Oleh karenanya, untuk menjaga putusan-putusan pemimpin bangsa yang bersebrangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, maka perlu adanya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang selama ini hilang ditelan oleh oknum politisi busuk di dalam sistem pemerintahan. Ke-2, Indonesia butuh aturan dalam rekruitment kepemimpinan secara Integral (mendalam). ini artinya tidak ada kompromistik dalam seleksi calon pemimpin Bangsa. Dan ke-3, Indonesia butuh gerakan yang massif dalam wilayah pencerdasan peserta pemiliu, guna membangun paradigma baru akan pentingnya pemimpin yang memiliki Integritas untuk kemajuan Bangsa dan Negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar