Kamis, 27 Februari 2014

Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN

Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN

Ryan Kiryanto  ;   Pengamat Ekonomi
SUARA KARYA,  26 Februari 2014

                                                                                                                       
                                                                                         
                                                                                                                       
Indonesia dengan potensi 247 juta penduduk merupakan pangsa pasar paling besar di ASEAN. Untuk itu, upaya penguatan sumber daya manusia (SDM) dan penguatan sistem pemerintahan (government system) menjadi kunci untuk menghadapi persaingan global, termasuk dalam menghadapi implementasi kesepakatan perdagangan bebas di lingkungan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN Economy Community) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2016.

Menyongsong pasar bebas ASEAN, bonus demografi Indonesia yang besar harus diiringi dengan tingkat pendidikan yang baik. Apalagi, selama ini jumlah lulusan S-1, S-2, dan S-3 di dalam negeri masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga. Jadi, sektor pendidikan harus memperoleh perhatian untuk menyiapkan SDM yang andal, tangguh, dan kapabel.

Di sisi ekspor, kondisinya masih memprihatinkan karena 62 persen produk ekspor Indonesia berupa barang primer atau bahan mentah dan hanya 38 persen barang sekunder bernilai tambah. Ke depan, pemerintah harus berupaya memperbaiki komposisi menjadi 50:50 untuk barang primer dan sekunder produk ekspor nasional.
Investasi langsung dalam tiga tahun terakhir yang naik 25-30 persen per tahun menjadi kabar baik bagi pemerataan distribusi modal. Secara khusus, kenaikan investasi sebesar 46 persen tahun 2012 di luar Pulau Jawa juga menjadi modal pemerataan agar bisa bersaing secara kolektif.

Pelaku usaha menyadari, pemberlakuan MEA akan meletakkan ekonomi Indonesia dalam dua sisi. Di sisi pertama, terkait kekhawatiran usaha kecil dan menengah (UKM) bertahan di pasar dalam negeri. Namun, di sisi lain, peluang yang lebih besar terbuka bagi produk Indonesia untuk menguasai pasar ASEAN.
Jika pengusaha Indonesia mampu memproduksi barang berkualitas dan berdaya saing tinggi, maka MEA menawarkan peluang berharga untuk menjadikan ekonomi Indonesia berjaya. Di sinilah diperlukan strategi jitu terkait dengan market positioning, branding, market penetration strategy, dan customer focus strategy.

Prospek usaha kerajinan terbuka--sebagai ikon produk ekonomi kreatif--makin terbuka, apalagi saat ini makin banyak masyarakat yang menghargai produk-produk kreatif. Setelah menghasilkan produk kreatif, pelaku usaha juga harus mengatur manajemen yang baik.

Dalam rangka mengintegrasikan ekonomi dan keuangan ASEAN dalam koridor MEA 2015, aliran modal merupakan salah satu pilar yang secara bertahap diliberalisasi untuk mendukung kebebasan arus pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga terdidik, dan modal. Di sinilah menariknya mencermati kesiapan Indonesia menyongsong MEA 2015.

Meski pelaksanaan MEA masih sekitar dua tahun lagi, waktu yang tersedia itu hendaknya dioptimalkan oleh produsen nasional, baik skala besar, menengah maupun kecil, untuk menyiapkan diri.

MEA 2015 bertujuan mencapai integrasi ekonomi dengan menciptakan kestabilan, kemakmuran, dan daya saing yang tinggi di kawasan ASEAN melalui pembangunan ekonomi yang merata, pengurangan kemiskinan serta ketimpangan sosial ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar