Warren
Buffet versus Singkong Emas
Burhan
Sholihin ; Wartawan Tempo
|
TEMPO.CO,
26 Februari 2014
Siapa
yang tak ingin kaya mendadak? Bahkan konglomerat-konglomerat dunia, syekh-syekh
asal Timur Tengah, atau taipan dari Cina pun masih bermimpi bisa
melipatgandakan kekayaannya dalam tempo singkat. Cara mereka macam-macam. Ada
yang menyerbu lantai bursa Wall Street, ada juga yang menyuntikkan modal ke
perusahaan baru seperti Facebook.
Zhao
Danyang, seorang pemilik perusahaan investasi dari Hong Kong, punya cara lain
lagi. Pada 2010, dia rela merogoh kocek dalam-dalam dan membayar US$ 2,6 juta
(Rp 31,2 miliar) untuk mencari ilmu kaya lewat acara Dinner with Warren
Buffettt. Zhao ingin makan malam sambil berguru kepada Buffettt, yang sering
disebut manusia setengah dewa di dunia investasi. Bertahun-tahun Buffett
memang selalu menempati posisi teratas sebagai orang terkaya sejagat.
Mimpi
menjadi kaya instan itu meracuni hampir semua kalangan di seluruh kolong
jagat, tak terkecuali di Indonesia. Dulu, orang berbondong-bondong ke Gunung
Kawi untuk mencari pesugihan. Namun kini, orang menyerbu pelatihan-pelatihan
untuk kaya secara kilat. "Kaya adalah hak setiap orang," begitu
kata mereka. Jangan heran, pelatihan-pelatihan seperti "Beli properti
tanpa modal, tanpa DP (down payment)" selalu laris-manis. Ada lagi
tawaran pelatihan yang sedang ramai: "Berkebun Emas".
Demam
berinvestasi itu menjadi makanan empuk para penipu ulung. Tahun lalu,
misalnya, ada investasi bodong PT Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) dan
investasi emas Raihan Jewellery. GTIS membawa kabur Rp 2 triliun duit
masyarakat.
Kini,
dugaan penipuan investasi bodong juga muncul lagi. Kali ini modusnya adalah
titip modal untuk budi daya singkong, ayam super, dan budi daya lainnya.
Menjadi heboh ripuh karena kasus ini melibatkan sebuah perusahaan perencana
keuangan yang sedang ngetren. Dugaan investasi bodong itu dilakukan CV Panen
Mas asal Sukabumi. Tawarannya sangat menggoda. Titip modal Rp 47 juta untuk
tanam singkong, pada bulan ke-11 akan menghasilkan Rp 99 juta. Investasi ini
menghasilkan 110,6 persen dalam sebelas bulan. Dahsyat!
Para
insinyur pertanian pasti ternganga melihat tawaran yang musykil itu.
"Itu singkong emas?" Hanya orang yang terhipnotis yang percaya
investasi di singkong, atau produk pertanian lain, bisa menghasilkan duit
sebanyak itu. "Hukum rimba" di Indonesia membuat margin laba petani
nyaris tak pernah di atas angka 15-20 persen dari harga produk. Dengan harga
singkong cuma Rp 700 per kilogram, sungguh mustahil investasi itu bisa
menghasilkan laba 110 persen dalam 11 bulan.
Sudah
banyak contoh investasi bodong, tapi masyarakat tak jera juga. Bahkan Stephen
Spielberg dan perusahaan raksasa di Wall Street pun pernah dibodohi oleh
Bernard Madoff. Madoff meraup keuntungan US$ 65 miliar (Rp 78 triliun) lewat
skema Ponzi. Skema yang berasal dari nama mafia Italia itu menjanjikan imbal
hasil yang tinggi, yang duitnya dibayar dari investor yang datang belakangan.
Investasi bodong model Panen Mas memakai cara seperti itu.
Tawaran
laba yang luar biasa kerap membuat mata investor hijau dan lupa akan logika
sederhana: masuk akal tidak tawarannya?
Apa
pun yang instan-kopi, bubur, apalagi investasi-terasa kurang sedap. Jika
ingin kaya, kata Warren Buffett, pahami bisnisnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar