Jumat, 14 Februari 2014

Antara Pengajaran dan Pembelajaran

             Antara Pengajaran dan Pembelajaran

 Cahyo Yusuf   ;   Rektor Universitas Tidar Magelang (UTM)
SUARA MERDEKA,  13 Februari 2014
                                                                                                                       
                                                                                         
                                                      
“Penggunaan kata pembelajaran, dalam konstruksi frasa atau kalimat sering tidak benar”

KATA pengajaran dan pembelajaran bisa dibahas lewat ilustrasi berikut. Para pendidik (guru/do­sen) dalam konteks kelas-sekolah melaksanakan kegiatan yang disebut proses mengajar. Imple­mentasi proses mengajar, guru berceramah kepada siswa, sedangkan siswa mendengarkan ceramah guru. Dalam perkembangan pendidikan, proses mengajar ini dikatakan, ìguru aktif, siswa pasifî.

Guru berceramah, kadang disisipi keaktifan siswa, yaitu siswa bertanya kepada guru, siswa me­nanggapi isi ceramah guru, atau siswa menjawab per­tanyaan guru. Guru aktif, siswa kurang aktif. Cara (metode dan teknik) yang dilakukan guru ini dikata­kan mengajar satu arah. Cara mengajar seperti itu tidak tepat.

Perihal proses mengajar ìberdampakî pada kata pengajaran yang sudah digunakan oleh pendidik. Kata pengajaran dikatakan pula mengajar satu arah. ìDiyakiniî bahwa kata pengajaran tersebut salah.

Secara proposional, dalam kegiatan mengajar tentu terjadi kegiatan belajar. Implementasi kata pengajaran terdapat kegiatan mengajar dan kegiatan belajar, terjadi proses (interaksi). Dilihat dari guru, guru berkegiatan mengajar/mengelola/memfasilitasi siswa, sedangkan dilihat dari siswa, siswa berkegiatan belajar. Cara mengajar ini terjadi dua arah. Cara ini dikatakan belajar siswa-aktif.

Dari segi bentuk, kata pengajaran benar, pem­ben­tukannya sesuai dengan sistem Bahasa Indone­sia. Berdasarkan teori Hockett kita bisa menguraikan, pertama; model penataan (item and arrangement), kata pengajaran dijabarkan (diuraikan)  berupa peng—an dan ajar, kata pengajaran bermakna ”proses ajar”.

Kedua; model proses (item and process), kata pengajaran dijabarkan berupa peng—an  dan mengajar, kata pengajaran bermakna ”proses mengajar”. Kekeliruan implementasi perihal proses mengajar, para pendidik membentuk dan menggunakan kata pembelajaran (interaction). Kata pengajaran “diganti” dengan kata pembelajaran.
Pembentukan kata pembelajaran sesuai dengan sistem Bahasa Indonesia. 

Penggunaan kata pembelajaran, dalam konstruksi frasa/kalimat sering tidak benar disebabkan oleh pemaknaan yang tidak tepat. Ketidaktepatan pemaknaan kata pembelajaran terlihat pada penggunaan, misal dalam judul Suara Merdeka (1) ”Guru Kunci Perubahan Budaya”, ”Pembelajaran Satu Arah Ketinggalan Zaman”, dan (2) ”Guru Belum Paham Konsep Pembelajaran Tematik”, dan (3) ”Pembelajaran matematika”.

Pembaca yang tahu makna kata pembelajaran terasa terganggu ketika membaca frasa (judul) itu. Kata pembelajaran bermakna proses membelajarkan’ Kata pembelajaran mengandung  pengertian arah. Kata pembelajaran diikuti nomina persona secara opsional. Analisis berikut menjawab pernyataan ini.

Kata pembelajaran ditelaah dari bentuk dan makna berdasarkan teori Hockett, (1) kata pembelajaran terdiri atas pem—an + bel- + ajar (kata dasar pri­mer), belajar kata dasar (sekunder), maka kata pem­belajaran bermakna ”proses belajar”, atau (2) kata pembelajaran terdiri atas pem—an dan membelajarkan, kata dasarnya membelajarkan maka kata pembelajaran bermakna proses membelajarkan atau proses menjadikan... belajar.

Kata (proses) membelajarkan bermakna ”mela­kukan kegiatan yang menjadikan/menyebabkan... belajar”. Dalam konteks kelas-sekolah, kata (proses) mem­be­lajarkan bermakna ”(guru) melakukan/me­nge­lola serangkaian kegiatan yang menjadi­kan/menyebabkan (siswa) belajar”.

Penjelasan Makna

Logika atas pertanyaan berikut dapat memberikan penjelasan makna membelajarkan. Siapa yang mengajar? Jawabnya guru. Siapa yang belajar? Jawabnya siswa. Pertanyaan dan jawaban ini dapat dirangkum bahwa kegiatan guru mengajar dan kegiatan siswa belajar menggunakan kata membelajarkan. Kata membelajarkan (verba/kata kerja) dibentuk dengan pengafiksan pem—an menjadi kata turunan pembelajaran (nomina/kata benda).

Kata pembelajaran digunakan secara tepat, contoh sebagai judul pada Suara Merdeka (1) ”Guru Kunci Perubahan Budaya”, ”Pembelajaran Sesuai Zaman”. Penggunaan kata pembelajaran pada frasa ini tidak diikuti nomina persona, dan (2) ”Guru Kunci Perubahan Budaya”, ”Pembelajaran Siswa-Aktif Sesuai Zaman”. Penggunaan kata pembelajaran pada frasa ini diikuti nomina siswa-aktif. Artinya, nomina persona setelah kata pembelajaran bersifat pilihan (opsional).

Dalam konstruksi frasa lain, kata pembelajaran wajib diikuti nomina persona, misalnya pembelajaran siswa tentang matematika bermakna ”proses membelajarkan siswa tentang matematika”. Kemiripan bentuk dan karaktesistik dengan kata pembelajaran adalah kata bentukan pemberdayaan.

Dengan teori Hockett tersebut, kata pemberdayaan terdiri atas (1) pem—an + berdaya, kata pemberdayaan bermakna ”proses berdaya”, (2) pem—an dan memberdayakan, kata pemberdayaan bermakna ”proses memberdayakan” atau ”(orang) melakukan serangkaian kegiatan yang menjadikan/menyebabkan...  berdaya”.

Jika kata wanita dipasangkan setelah pemberdayakan, frasa pemberdayaan wanita bermakna ”proses memberdayakan wanita”, ”proses yang dilakukan (orang) agar wanita berdaya”  atau ”(orang) melakukan serangkaian kegiatan yang menjadikan/menyebabkan wanita berdaya”.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar