Mencurigai
Umat Kristen
Hasanudin Abdurakhman ; Cendekiawan; Penulis;
Kini menjadi seorang profesional di
perusahaan Jepang di Indonesia
|
DETIKNEWS,
05 Februari
2018
Sebagai muslim saya malu
melihat banyaknya perlakuan tidak adil yang dilakukan oleh sebagian orang
Islam kepada umat Kristen. Mereka hendak beribadah, diganggu. Mau membangun
gereja dipersulit. Hendak memberikan pelayanan sosial kepada sesama manusia,
dihalangi. Kenapa kita ini?
Mereka melakukan
kristenisasi, begitu tuduhannya. Apa itu kristenisasi? Mengajak orang masuk
Kristen. Dalam bahasa Islam disebut berdakwah. Apa hukumnya berdakwah dalam
ajaran Islam? Wajib. Sama halnya, umat Kristen juga punya kewajiban yang
sama. Kenapa kita gusar dengan umat lain yang menjalankan kewajiban agamanya?
Tapi mereka menggunakan
materi untuk mengiming-imingi orang. Lalu, apa bedanya dengan kita? Ajaran
Islam mengajarkan bahwa muallaf adalah satu dari 8 golongan yang berhak
menerima zakat. Muallaf itu tidak selalu berarti orang yang sudah masuk
Islam. Ia dapat pula bermakna orang yang sudah condong kepada Islam.
Seberapa sahih tuduhan
kristenisasi itu? Entahlah. Saya sendiri punya pengalaman yang berbeda. Di
tahun 70-an tidak ada rumah sakit di Pontianak selain RS St. Antonius. Bahkan
pemerintah pun seingat saya belum menyediakan RS. RSUD Sudarso baru dibuka
tahun 1980.
Selama berpuluh tahun ini
RS St. Antonius melayani warga, dari segala macam agama dan suku. Dengan adanya
RSUD pun tetap banyak yang mereka layani, karena pengguna jasanya semakin
banyak, seiring pertambahan penduduk. Ketika saya tinggal di Pontianak tahun
2004-2005, anak-anak saya juga dirawat di situ ketika sakit.
Kristenisasi? Sejauh yang
bersinggungan dengan keluarga kami, tidak ada. Tidak ada yang pernah
ditawari, diajak, terlibat dengan peribadatan Katolik. Murni mereka
memberikan layanan kesehatan. Bahkan terhadap pasien yang menerima layanan
gratis karena tidak mampu, juga tidak ada tawaran seperti itu.
Demikian pula halnya
dengan layanan sekolah. Entah ada berapa ribu sekolah Katholik dan Protestan
di Indonesia. Entah berapa juta anak-anak muslim sekolah di situ. Adakah yang
punya data, berapa persen dari mereka yang masuk Kristen?
Ada sepupu saya yang waktu
sekolah menumpang di rumah kami. Ayah saya, karena masih harus menyekolahkan
banyak anaknya sendiri, tidak sanggup membiayai secara penuh untuk
kemanakannya itu. Dia hanya menumpang tinggal dan makan saja. Sedangkan biaya
sekolah, ia harus cari sendiri. Kepala SMA Santu Petrus Pontianak waktu itu
memberi dia kemudahan. Ia boleh sekolah gratis di situ. Padahal itu adalah
sekolah elite yang mahal.
Tak pernah ada ajakan
masuk Katholik kepada saudara saya itu. Selama sekolah ia menjadi muazin di
mesjid. Tak goyah sedikit pun imannya.
Karena itu saya tidak
pernah mencurigai apapun pelayanan umat Katolik. Dalam keadaan masih banyak
umat yang membutuhkan bantuan, tak pantas kita mencurigai layanan yang mereka
berikan. Ketimbang mencurigai dan menghalangi, alangkah baiknya kalau umat
Islam juga memperbanyak aktivitas pelayanan, melalui rumah sakit, sekolah,
perpustakaan, dan lain-lain. Semakin banyak kita sediakan, makin banyak pula
manusia yang terbantu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar