Genjot
Pajak, Menekan Utang
Candra Fajri Ananda ; Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Brawijaya
|
KORAN
SINDO, 26 Februari 2018
ANEKDOT yang tengah tumbuh
di kalangan masyarakat bahwa sekarang ini pemerintah dianggap suka berburu
binatang di kebun binatang. Jika kita menengok sejenak bagaimana cara kerja
pemerintah di sektor perpajakan, mungkin kiasan ini dapat kita benarkan. Skema
kebijakan pemerintah cenderung tidak berimbang antara effort untuk melakukan
intensifikasi dan ekstentifikasi pajak.
Pemerintah dinilai
pragmatis karena dianggap hanya mengeksploitasi para wajib pajak (WP) yang
tergolong tertib. Sedangkan dari sisi ekstentifikasi belum ada kabar yang
menunjukkan bagaimana realisasi kinerja praktisnya.
Beban pendapatan pajak
pemerintah memang sangat besar untuk menutupi kebutuhan satu tahun anggaran.
Selain untuk mengakselerasi pembangunan melalui belanja pemerintah pusat dan
dana transfer ke daerah dan desa (TKDD), pemerintah juga terbebani untuk
melunasi jatuh tempo utang-utangnya.
Target pembangunan yang
cukup tinggi menuntut adanya pendanaan yang cukup besar, sehingga penerbitan
obligasi dilakukan secara rutin. Per 31 Januari 2018 kemarin posisi utang
pemerintah sudah mencapai Rp3.958,66 triliun atau sekitar 29,1% terhadap PDB.
Tahun ini profil jatuh
tempo utang pemerintah sudah mencapai Rp390 triliun. Jika dirasiokan terhadap
belanja APBN 2018 yang ditargetkan sebesar Rp2.220,7 triliun, beban pelunasan
kita sudah sekitar 17,56% dari total belanja.
Jatuh tempo utang sudah
turut menggorogoti kemampuan belanja kita. Bahkan jumlahnya di tahun depan
lebih membengkak lagi hingga menjadi Rp410 triliun.
Memang utang dalam jangka
pendek telah menyelamatkan wajah pemerintah pusat atas potensi kegagalan
pembiayaan. Akan tetapi bisa kita lihat bagaimana potensi negatifnya terhadap
kesehatan keuangan negara.
Apalagi belum ada
tanda-tanda bahwa kebijakan utang betul-betul telah menyelamatkan kita dari
ancaman kegagalan pembangunan. Karena dari sisi pertumbuhan ekonomi dan
penerimaan pajak tidak mengalami perkembangan seperti yang diharapkan.
Kualitas
Penganggaran
Jumlah utang tahun ini
diperkirakan masih akan terus meningkat seiring dengan target pembiayaan atas
defisit APBN sekitar Rp325,9 triliun atau 2,19% dari PDB. Seyogyanya sudah
saatnya pemerintah betul-betul meninjau sudah sejauh mana manfaat dari
kebijakan utang.
Jangan sampai pemerintah
hanya sekadar gali lubang tutup lubang melalui utang. Sebab utang akan
semakin membuat lubang kian menganga karena adanya tambahan beban bunga dari
utang yang didapat.
Solusinya, tingkat
kemandirian pembiayaan pemerintah melalui kantong-kantong pendapatan negara
harus terus digenjot. Hingga detik ini instrumen pendapatan terbesarnya masih
berasal dari penerimaan pajak.
Tren realisasi penerimaan
pajak setiap tahunnya memang terus meningkat. Akan tetapi proses pengelolaannya
belum sepadan dengan potensi yang seharusnya diterima.
Rasio penerimaan pajak
kita di tahun 2017 masih tertahan di kisaran 9,85% terhadap PDB 2017.
Pemerintah tampaknya seperti biasa masih cenderung optimistis bahwa tahun ini
kinerja perpajakan akan lebih baik.
Kinerja perpajakan di
Januari 2018 dianggap sebagai gejala positifnya. Memang realisasi pajak di
awal tahun ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, yakni Rp78,94
triliun berbanding Rp70,56 triliun.
Angka pertumbuhannya juga
disebut-sebut sebagai yang tertinggi dibandingkan periode yang sama di
tahun-tahun sebelumnya yakni sebesar 11,17%. Akan tetapi perlu diingat ini
baru di awal tahun. Masih banyak tantangan hingga penghujung tahun sehingga
tidak ada waktu lagi untuk lengah.
Pemerintah juga jangan
sampai lengah untuk menjaga kualitas belanjanya. Perlu dipertimbangkan lagi
bagaimana manajemen belanja yang efektif agar keberhasilannya bisa kian
dioptimalkan. Keberhasilan belanja dapat diukur minimal dari sisi pertumbuhan
ekonomi dan kenaikan penerimaan pajak.
Nah kendala struktural
dalam perencanaan dan penganggaran sendiri masih sering menggelayuti. Tahun
kemarin Menteri Keuangan mencatat sedikitnya terjadi sekitar 52.400 revisi
daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) di level pemerintah pusat.
Hal ini mengindikasikan
bahwa masih banyak unsur pemerintah yang belum cakap dalam perencanaan
anggaran. Ada indikasi bahwa yang penting anggaran dialokasikan dulu baru
nanti dipikirkan bagaimana realisasinya. Persoalan penganggaran seperti ini
yang bisa menjadi bumerang sehingga melimpahnya dana pembangunan belum tentu
selaras dengan target yang diinginkan.
Ada baiknya juga jika
pemerintah bisa betul-betul tegas pada prioritas pembangunan. Karena dengan
anggaran yang begitu terbatas, tidak semua persoalan bisa dituntaskan secara
sekaligus. Jika masih saja dipaksakan maka konsekuensinya akan terus menambah
jumlah utang.
Pemerintah diharapkan
tidak terjebak untuk semata-mata mengejar kenaikan tingkat elektabilitasnya
menjelang rentetan Pilkada, Pileg, dan Pilpres di tahun 2018 dan 2019. Karena
demi menjaga kualitas pembangunan tidak bisa prosesnya dibiarkan secara
serampangan.
Misalnya yang terkait
pembangunan infrastruktur. Dalam dua tahun terakhir Kementerian PUPR
menyebutkan telah terjadi 14 kecelakaan kerja infrastruktur pemerintah.
Peristiwa yang terbaru terjadi dalam pembangunan tol Bekasi-Cawang-Kampung
Melayu (Becakayu). Kecelakaan ini bisa jadi disebabkan karena ada prosedur
yang lalai di dalam proses kontruksinya.
Bisa karena perhitungan
waktu yang dipaksakan, atau karena ada komponen teknis yang coba-coba
diabaikan. Padahal kecelakaan ini bisa merugikan banyak hal. Selain telah
memakan korban jiwa, anggaran yang sudah digunakan akan juga ikut menjadi
sia-sia.
Proses yang sama juga
dibutuhkan di dalam pengelolaan anggaran di tingkat daerah. Kita berharap
penggunaan dana pembangunan bisa kian diawasi untuk menghindari penyelewangan
dan berkurangnya sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA). Mekanismenya juga
sama.
Daerah perlu didorong
untuk memperkuat prioritas pembangunan khususnya yang betul-betul urgent dan
menghasilkan manfaat, serta perlu sinkronisasi kebijakan dengan pemerintah di
level atasnya untuk meningkatkan efektivitas pembangunan. Sehingga anggaran
yang diharapkan terus mengalami peningkatan tidak menjadi sesuatu hal yang
mubazir.
Perhatikan
Dinamika
Kembali pada fokus
perpajakan. Tahun ini disinyalir tantangan realisasinya akan bersumber pada
kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana cara pemerintah menjaga
ritme reformasi perpajakan agar tetap on the track. Realisasi kinerja ekspor
kita belum menunjukkan angka-angka yang memuaskan meskipun Presiden sudah
mewanti-wanti berulang kali terkait hal ini.
Mungkin satu-satunya yang
sedikit melegakan kita adalah kenaikan harga minyak dunia seiring membaiknya
kondisi perekonomian global. Harga-harga komoditas ekspor kita yang masih
didominasi barang-barang mentah (termasuk minyak bumi dan gas/migas) akan
ikut terkerek dan mendongkrak kinerja ekspor.
Kenaikan harga minyak juga
bagaikan buah simalakama bagi perekonomian Indonesia. Harga bahan bakar
minyak (BBM) sudah mengalami kenaikan per 24 Februari 2018 kemarin untuk
mengimbangi kenaikan harga minyak dunia.
Pemerintah mungkin tidak
terlalu khawatir kenaikan ini akan mengganggu stabilitas fiskal, mengingat
besaran subsidi BBM sudah banyak dialihkan untuk kepentingan yang lain. Hal
yang perlu diperhatikan dalam waktu dekat justru kemungkinan akan segera
terjadi inflasi akibat kenaikan harga BBM.
Pemerintah perlu gerak
cepat mengkondisikan agar dampaknya tidak liar hingga pada akhirnya mereduksi
daya beli masyarakat. Karena menurunnya tingkat daya beli sama saja dengan
memperlambat pertumbuhan ekonomi, sebab struktur terbesarnya berasal dari
konsumsi rumah tangga.
Fokus
Perluasan Tax Base
Terkait ide reformasi
perpajakan, dalam pandangan penulis ihwal penerimaan pajak yang lebih tinggi
di 2017 ternyata tidak didukung oleh adanya perluasan tax base yang baru.
Justru yang lebih tampak dari itu semua adalah semakin kuatnya intensifikasi
dan kenaikan tarif pajak terhadap objek pajak yang sudah ada.
Justru sekarang ini
pemerintah perlu memberikan insentif pada objek pajak, agar produktivitasnya
tidak terganggu karena besarnya tarif pajak. Sebaikya pemerintah tidak
sekadar mengeksploitasi objek pajak yang sudah tertib dalam melaksanakan
kewajibannya, tetapi sebaliknya perlu memberikan kualitas layanan dan jaminan
kemanan yang lebih kepada masyarakat.
Kita juga perlu
berhati-hati dalam menyikapi kebijakan keterbukaan akses data perpajakan saat
diberlakukannya Automatic Exchange of Information (AEoI). Jangan sampai
kebijakan yang strategis ini, malah menjadikan pelaku investasi yang semakin
tidak nyaman dan menunda realisasi investasinya.
Cara-cara untuk memperkuat
ekstentifikasi dan intensifikasi sudah berulang kali penulis sampaikan dengan
sumber yang paling realistis adalah memperkuat modal sosial (trust). Karena
dalam pandangan penulis, meskipun kita sudah melakukan perombakan
besar-besaran secara administratif dari sisi layanan perpajakan, jika tidak
diiringi dengan penguatan modal sosial maka semuanya akan menjadi sia-sia.
Langkah strategisnya bisa
diawali terkait dengan reformasi administrasi perpajakan, yang lebih mudah,
lebih transparan bagi masyarakat sebagai objek pajak. Semakin masyarakat
turut dilibatkan dalam pengelolaan keuangan negara, semakin besar pula
potensi kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat dalam perpajakan.
Masyarakat tidak cukup
hanya diingatkan saat periode-periode pembayaran pajak, melainkan juga perlu
digugah betapa pentingnya peran mereka dalam ikut serta mendanai pembangunan.
Tinggal nanti pemerintah menjaga amanah rakyat tersebut dengan menjamin
kualitas pembangunan yang setinggi-tingginya. ●
|
Saya sangat bersyukur kepada Ibu Fraanca Smith karena telah memberi saya
BalasHapuspinjaman sebesar Rp900.000.000,00 saya telah berhutang selama
bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan
saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua
menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah
yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan
belajar tentang Franca Smith di salah satu blog saya menghubungi franca
smith konsultan kredit via email:(francasmithloancompany@gmail.com) dengan
keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun ini tahun dan
harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan
pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hautang finansial saya
telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan
usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk
diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan
hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu franca Smith via email:(
francasmithloancompany@gmail.com)