Catatan
Bamsoet,
12
Jam Bersama Panglima TNI Zaman Now
Bambang Soesatyo ; Ketua DPR RI
|
REPUBLIKA,
22 Februari
2018
Tertangkapnya kembali kapal penyelundup
Narkoba jenis Shabu dan Ekstesi sebanyak 1,6 Ton, mengingatkan saya pada
perjalanan yang sangat berkesan beberapa minggu lalu bersama Panglima TNI
Marsekal Hadi Tjahjanto ke Batam untuk melihat langsung tangkapan anak
buahnya yang bekerja sama dengan BNN, Polri dan Bea Cukai.
Jenderal bintang empat yang satu ini tidak
hanya cerdas dan humble. Dia juga cepat beradaptasi dengan perubahan situasi
sehingga membuatnya mudah berbaur dan langsung komunikatif dengan siapa saja.
Saya tak tahan untuk menuliskan pengalaman dan kesan mendalam ketika
melakukan perjalanan kerja bersamanya selama 12 jam sepanjang hari Minggu, 11
Februari 2018 yang lalu.
Segala sesuatunya tidak direncanakan. Hingga
Sabtu, 10 Februari 2018 siang, saya masih melaksanakan kegiatan
menandatangani prasasti Green Campus di Pesantren Jagat Arasy, bersama Abah
Gaos Pesantren Manaqib Peradaban Dunia di BSD, Tangerang. Usai kegiatan itu,
saya masih menghadiri pertemuan dengan beberapa kolega dan senior saya
seperti Hariman Siregar, Aryadi Achmad, A Yani, Djoko Edhi meresmikan kantor
baru media online milik Aryadi Achmad di kawasan Harmoni.
Jelang petang, saya menerima pesan dari
ajudan Panglima TNI bahwa jika berkenan panglima TNI akan mengundang ketua
DPR RI untuk melakukan kunjungan kerja bersama dengan kepala BNN Komjen Pol
Budi Waseso, Kapolri Jend Tito Karnavian besera jajaran utamanya ke Batam.
Dengan santun, sang ajudan mengaku
diperintah Panglima TNI untuk menjajaki ketersediaan waktu saya sepanjang
hari Ahad besoknya, dan kemungkinan untuk melakukan perjalanan kerja. Ajudan
tersebut juga menjelaskan bahwa Panglima akan melihat langsung hasil
penyergapan anak buahnya atas Kapal MV Sunrise Glory yang membawa satu ton
narkotika jenis Sabu.
Setelah coba memahami tujuan undangan
mendadak itu, saya memastikan ikut rombongan Panglima TNI. Bagi DPR ini
Kehormatan besar untuk secara bersama-sama melihat langsung kinerjasitas atau
kerjasama TNI, Polri, BNN dan Bea Cukai dalam memerangi para penyeludup
narkoba yang membahayakan masa depan anak-anak bangsa.
Saya pun memastikan datang menerima tawaran
tersebut di Landasan Udara Militer AU Halim Perdana Kusumah pukul 07.00 WIB
minggu pagi.
Seperti diketahui, kapal MV Sunrise Glory di
sergap KRI Sigurot-864 pada Rabu 7 Februari 2018 di Perairan Selat Philips.
KRI Sigurot-864 yang sedang melakukan operasi pengamanan perbatasan
RI-Singapura 2018 BKO Guskamlabar melihat Kapal Sunrise Glory melintas di
luar Traffic Separation Scheme (TSS) dan masuk perairan Indonesia. Pergerakan
kapal berbendera Singapura ini mencurigakan sehingga disergap pada koordinat
01.08.722 U/103.48.022 T.
Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui
bahwa kapal Sunrise Glory merupakan target operasi TNI AL yang diberikan ke
Armabar di Guskamlabar. Tak hanya itu, dari pemeriksaan muatan kapal,
Prajurit TNI AL menemukan narkotika jenis sabu yang diperkirakan mencapai
satu ton.
Dari catatan kasus ini, semakin mahfumlah
saya bahwa Panglima TNI mengundang Ketua DPR karena ingin menunjukan hasil
sinergitas TNI, Polri, BNN (Badan Narkotika Nasional) dan Ditjen Bea Cukai
Kementerian Keuangan. Selain itu, Panglima TNI juga ingin memberi pesan
kepada segenap masyarakat kalau TNI tidak pernah tinggal diam ketika
Indonesia sudah dijadikan ‘pasar tujuan’ penyelundupan sabu oleh sindikat
narkotika internasional.
Saya juga menangkap ajakan Panglima TNI
kepada DPR untuk membangun sinergi. Pada jabatan masing-masing, kami berdua
bisa disebut orang baru. Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dilantik sebagai
Panglima TNI oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada 8 Desember 2017.
Sedangkan saya baru dilantik sebagai ketua DPR pada 15 Februari 2018. Namun,
Marsekal TNI Hadi bukan orang baru di Kantor Presiden mengingat dia pernah
menjabat Sekretaris Militer Presiden sejak Juli 2015. Setahun lebih pada
jabatan itu, dia kemudian dilantik menjadi Irjen Kementerian Pertahanan pada
November 2016. Hanya tiga bulan pada jabatan Irjen Kemenhan, presiden
kemudian menugaskan Hadi pada jabatan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).
Minggu pagi itu, saya datang lebih awal
ditemani Syahroni Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Nasdem bersama Kepala
BNN Budi Waseso (Buwas), Kabarekrim Komjen Pol Ari Dono dan Kabais TNI dan
beberapa jajaran petinggi Angkatan Laut di ruang tunggu VVIP. Rupanya Kapolri
Jenderal Pol Tito Karnavian berhalangan ikut.
Tak lama kemudian Panglima TNI muncul dari
kediaman dinasnya yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari ruang tunggu
Lanud. Setelah menerima penjelasan singkat dari Kepala BNN Buwas yang
bercerita hampir saja tangkapan tersebut lepas karena petugas lapangan yang
dipimpin Panglima Armada Barat TNI AL dan Deputi Pemberantasan BNN Mayjen Pol
Arman Depari terkecoh dengan kepiawaian para penyelundup menyembunyikan
puluhan karus berisi kristal Sabu tersebut.
Tepat pukul 08.00 WIB rombongan pun bertolak
dari Landasan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusuma Jakarta bersama sejumlah
wartawan cetak, elektronik dan televisi.
Sebelum memasuki kabin pesawat, saya sempat
berseloroh dengan memuji pesawat TNI AU yang akan menerbangkan rombongan.
“Ternyata, yang bagus bukan hanya pesawat Kepresidenan. Pesawat TNI AU ini
pun sangat layak melayani perjalanan Kepala Negara.” Pujian ini pun diiyakan
Panglima TNI. Sebagai tambahan informasi kepada DPR, Panglima TNI menjelaskan
bahwa TNI AU selalu menyiagakan beberapa pesawat yang bisa digunakan kepala
negara setiap saat manakala dibutuhkan.
Diselingi percakapan ringan selama
penerbangan itu, Panglima TNI dan Kepala BNN memberi penjelasan kepada saya
tentang daerah rawan penyelundupan narkoba, dan bagaimana Polri serta TNI
mengantisipasi ancaman itu.
Buwas bercerita bahwa lembaganya mendapat
informasi dari intelejen Cina bahwa sedikitnya ada 5 ton narkoba jenis sabu
yang memasuki perairan Indonesia. Jadi, kalau hari ini tertangkap 1,6 ton dan
sebelumnya 1 ton, berarti masih ada sekitar 2,4 ton yang belum terdektesi dan
tertangkap.
Pada moment saling bercerita santai itu,
saya merasakan betapa Panglima TNI berusaha meyakinkan DPR dan masyarakat
bahwa pimpinan TNI sangat prihatin dengan tingginya arus penyelundupan,
peredaran serta penggunaan narkoba di dalam negeri. Jenderal Hadi menegaskan
bahwa negara harus //all out memerangi kecenderungan ini. Sebab, pada
gilirannya, ketahanan nasional-lah yang akan menjadi taruhannya. Karena itu,
militansi generasi muda jangan sampai digerus oleh narkoba.
Di tengah percakapan, kru kabin tiba-tiba
meminta kami mengencangkan sabuk pengaman karena pesawat akan mendarat.
Rombongan tiba di Bandara Hang Nadim Internasional Batam sekitar pukul 09.40
WIB. Setelah upacara penyambutan secara militer yang singkat di Bandara,
rombongan langsung menuju Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IV,
Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, untuk menjumpai para prajurit TNI AL yang
berhasil menyergap kapal pembawa satu ton sabu itu.
Kepada semua Prajurit TNI AL yang mengawaki
KRI Sigurot-864, Panglima TNI membalas sikap hormat mereka dengan wajah
sumringah. Dia ingin agar para Prajurit itu tahu dan paham bahwa negara
mengapresiasi hasil kerja mereka. Bahkan, untuk menunjukan apresiasi itu,
Panglima TNI tidak datang sendirian untuk menjumpai para prajurit, melainkan
bersama Ketua DPR dan Kepala BNN. Cara yang dipilih Panglima TNI untuk
menunjukan apresiasi negara atas pengabdian para Prajurit TNI AL itu terkesan
begitu sederhana tetapi sangat menyentuh.
Setelah dialog dan tanya jawab singkat
dengan semua prajurit, Panglima TNI kemudian berucap, “”Saya ucapkan terima
kasih dan apresiasi kepada semua awak KRI Sigurot atas prestasi terbaiknya.”
Memang, keberhasilan KRI Sigurot-864 menyergap kapal Sunrise Glory dengan
muatannya itu adalah tangkapan besar. Sulit dibayangkan eksesnya jika satu
ton sabu selundupan bernilai Rp.2 triliun itu lolos dan diedarkan di dalam
negeri; entah berapa banyak lagi korban akan berjatuhan. Berdasarkan
perhitungan BNN, daya rusak sabu sebanyak 1 ton itu akan bisa melanda 5 juta
jiwa.
Jangan lupa bahwa menindak sepak terjang
sindikat narkotika internasional di wilayah perairan bukanlah pekerjaan
gampang. Saya diingatkan lagi oleh Kepala BNN bahwa “wilayah perairan selatan
dan bagian timur Indonesia rawan penyelundupan narkoba karena banyaknya
pelabuhan kecil. Karena faktor itulah BNN meminta dukungan TNI AL yang
memiliki peralatan canggih untuk mendektesi kapal laut, Polri serta Ditjen
Bea Cukai, untuk mengawasi wilayah perairan itu. “Saya minta kerja sama erat
terus ditingkatkan. Khusus kepada TNI AL agar terus berkoordinasi dengan
instansi terkait, terutama Polri, BNN, dan Bea Cukai,” tegas Panglima TNI.
Panglima TNI kemudian menyerahkan cendera
mata dan piagam penghargaan kepada Komandan KRI Mayor Laut Arizzona Bintara
beserta 12 awak kapal lainnya. Penghargaan juga diberikan kepada tim Western
Fleet Quick Response (WFQR) Lantamal IV, BNN Batam, Kepolisian Daerah Batam,
dan serta Bea Cukai Batam. Prajurit TNI AL juga mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti pendidikan kenaikan pangkat. Tak ketinggalan, Kepala BNN Budi
Waseso juga memberikan penghargaan.
Berita dari Sleman
Perjalanan menuju bandara untuk kembali ke
Jakarta bertepatan dengan waktunya makan siang. Lokasi restoran tampaknya
sudah diatur para ajudan Panglima TNI. Kami berhenti di sebuah restoran untuk
santap siang. Terlihat sangat jelas kalau Panglima TNI berusaha menjadi tuan
rumah yang mumpuni. Dia sendiri yang mempersilahkan anggota rombongan
mengambil posisi duduk, kemudian menawarkan ragam menu makanan yang tersedia
di restoran itu.
Tak lupa, dia juga memastikan bahwa aneka
menu yang dipesan anggota rombongan telah dilayani.
Seperti biasa, santap siang itu juga
diselingi obrolan ringan dan iringan lagu oleh penyanyi cantik dari atas panggung.
Namun, tampak bahwa Panglima TNI berusaha menghabiskan hidangan di depannya
lebih dulu. Ternyata, ada yang ingin dilakukan sang jenderal, yakni menghibur
anggota rombongan yang masih asyik menyantap makan siang itu.
Setelah Kapolda Kepri tampil, sang panglima
pemilik kumis yang simpatik itupun naik kepanggung menyanyikan dua buah lagu
kekinian yang sangat menghibur.
Namun, suasana ceria itu tak berlangsung
lama. Seorang ajudan mendekat dan melaporkan sesuatu. Rupanya, laporan
tentang situasi pasca peristiwa penyerangan gereja St Lidwina Bedog, Sleman,
Yogyakarta. Setelah itu, giliran Panglima TNI yang memberi tahu saya tentang
situasi terkini di lokasi peristiwa. Tampak bahwa saat itu juga Panglima TNI
telah membuat keputusan untuk membelokan arah penerbangan kami; tidak
langsung ke Jakarta, melainkan mampir ke Yogyakarta untuk kemudian
mengunjungi gereja St Lidwina di Sleman itu. Panglima terlihat sigap namun
tetap humble.
Saya pun teringat akan berita tentang
kesigapan Jenderal Hadi merespons isyarat Presiden Joko Widodo semasa masih
menjabat KSAU. Ketika meresmikan pesawat N219 sebagai pesawat Nurtanio di
Landasan Udara Halim Perdanakusuma, pada pekan kedua November 2017, acara itu
dihadiri puluhan siswa sekolah dasar. Di tengah jalannya upacara, seorang
siswa yang masuk angin muntah. Presiden yang melihat langsung kejadian itu
memberi isyarat agar para ajudan segera memberi pertolongan.
Namun, isyarat Presiden itu tak segera
direspons para ajudan. Justru KSAU Hadi Tjahjanto yang langsung menangkap
isyarat dari Presiden. Dia langsung bergerak mendekati barisan siswa,
menggendong pelajar yang sakit itu dan membawanya ke bagian belakang pesawat
untuk diobati.
Maka, sebagai anggota rombongan Panglima TNI
saat itu, kami pun harus sigap. Panglima TNI lagi-lagi meminta kesediaan saya
dan Kepala BNN dan Kabareskrim Polri untuk bersama-sama menuju Sleman saat
itu juga. Kami langsung sepakat, karena persoalannya bukan lagi bersedia atau
tidak bersedia, tetapi itu sudah menjadi kewajiban kami. Bahkan, Kami merasa
beruntung berada dalam pesawat TNI bersama di Panglimanya yang bisa diarahkan
kemana saja sesuai keperluan. Jelang pukul 13.30, pesawat Take off menuju
Yogyakarta.
Kami tiba di halaman Gereja St Lidwina pukul
16.10 WIB. Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Ari Dono saya lihat juga
tampak sibuk melakukan koordinasi dengan petugas lapangan dan Kapolda
Jogyakarta. Setelah mendapatkan penjelasan singkat tentang peristiwa
penyerangan dan penanganan perkaranya, kami masuk ke dalam gereja.
Panglima TNI kemudian memberi semangat
kepada Polri untuk menuntaskan kasus ini. Dengan dorongan seperti itu,
Panglima TNI pun kembali memberi pesan bahwa TNI mendukung Polri memberantas
terorisme, bahkan siap membantu manakala diperlukan dalam menghadapi para pihak
yang hendak mencoba memecah belah bangsa dan merusak kerukunan umat beragama
di Indonesia.
Begitulah, setelah bertemu para pastor dan
pendeta serta memberikan keterangan pers kamipun balik kanan menuju ke
Lapangan Udara. Sebelum bertolak ke Jakarta, lagi-lagi kami dijamu makan
petang di bandara dengan menu sayur lodeh dan satai kambing yang maknyus.
Pesawat akhirnya mendarat pukul 07.12 WIB
dengan mulus di lapangan udara Halim perdana Kusuma diiringi hujan gerimis
dan gelapnya malam.
Kamipun berpisah sambil berjanji akan
melakukan kunjungan kerja bersama lagi ke beberapa titik rawan perbatasan
Indonesia dengan beberapa negara tetangga.
Di dalam mobil yang membawa saya ke rumah,
Saya tersenyum kecil mengingat betapa panglima sangat antusias menjelaskan
soliditas dan kinerja TNI yang kini dipimpinnya itu terus meningkat dengan
bahasa dan pilihan kata yang mudah dicerna di atas pesawat sepanjang
perjalanan kembali ke Jakarta. Tentu, dengan terus menerus melemparkan
senyum. Baik ke arah saya maupun ke arah Buwas, Ari Dono dan Syahroni yang
duduk bersebelahan. Sesekali sambil menyeruput teh dan mengunyah kacang
rebus, Panglima TNI Jaman Now ini menyelipkan candaan-candaan anak muda yang
membuat kita terus menerus tersenyum. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar