Senin, 26 Februari 2018

Mengajar Generasi Milenial

Mengajar Generasi Milenial
Nanang Haroni  ;   Pemerhati Pendidikan;
Pengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia
                                           MEDIA INDONESIA, 26 Februari 2018



                                                           
DALAM Teach like Finland atau Mengajar seperti Finlandia (2017), Timothy D Walker membukukan pengalamannya dalam menemukan dan mengembangkan hal-hal baru setelah pindah dari Amerika ke Finlandia. Walker mengisahkan bagaimana ia mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat digunakan pendidik untuk mempromosikan kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan. Walker tak hanya menemukan cara terbaik untuk menjadi guru sesungguhnya dan bagaimana seorang guru berkembang menjadi pendidik yang kreatif. Walker juga merasa bahagia sehingga ia selalu berada dalam kemungkinan untuk mampu mendorong siswa agar (juga) mengalami perkembangan kemampuan kognitif dan kreativitas.

Jangan lupa, tanpa kehendak mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitas, jangan berharap dunia pendidikan dapat mengurangi problem sosial kemasyarakatan. Terpaku dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) bukan pilihan. Karena dunia berkembang dengan cepat, sementara juklak/juknis butuh prosedur dan waktu khusus untuk disesuaikan (Baedowi, 2015). Di titik inilah, para guru, dosen, pendeknya pendidik, harus terus mengembangkan profesionalisme.

Guru pembimbing

Mengutip Phenix, Buchori (2011) merangkai tujuan pendidikan sebagai proses mengantarkan peserta didik kepada kemampuan menghidupi diri sendiri, hidup bermakna/memaknai kehidupan, dan kemampuan untuk hidup mulia serta memuliakan kehidupan. Profesionalisme dikembangkan di atas pijakan itu.

Juga dikatakan Buchori, dari aspek penekanannya ada dua jenis guru profesional. Pertama, guru yang menekankan penguasaan materi pembelajaran dan kedua, lebih memperhatikan cara atau metode belajar yang digunakan siswa. Yang pertama dapat dipandang sebagai transmitter of knowledge atau guru ‘penerus pengetahuan’, sedangkan yang kedua disebutnya sebagai guru ‘pembimbing’. Seorang ‘guru penerus pengetahuan’ selalu bersemangat mengotak-atik materi pembelajaran, mencoba hal-hal baru, mengembangkan kombinasi baru berbagai jenis materi hingga mungkin menghasilkan kemasan-kemasan materi pelajaran baru dan segar bahkan untuk suatu pelajaran klasik seperti sejarah.

Sementara itu, ‘guru pembimbing’ memberi perhatian lebih pada masalah siswa daripada (pembaharuan) materi pelajaran. Mereka terutama memperhatikan cara belajar dan siswa sebagai pribadi yang menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan mereka, selain prestasi akademiknya. Kisah inspiratif Miss Thompson yang ditulis Elizabeth Silance Ballad dalam Home Life berjudul Three Letter from Teddy rasa­nya mewakili gambaran guru demikian. Setelah menemukan fakta tentang muridnya, Teddy, yang dia anggap pemalas di kelas, Miss Thompson berujar, “Saya tidak lagi mengajar membaca, menulis, dan aritmatika. Saya mulai mengajar siswa.”

Tipe lain, ‘guru pembimbing belajar’, yang mengembangkan diri dengan terus-menerus memperdalam pengetahuan serta keterampilan dalam proses belajar. Ia mampu mendiagnosis kesulitan belajar, berkreasi, dan jika perlu, mengembangkan metode belajar sebagai terapi. Bagaimana dengan ‘guru pembimbing siswa’? Guru tipe ini sangat tertarik pada siswa sebagai pribadi-pribadi. Ia concern pada siswa sebagai bagian dari kehidupan sosial, budaya, dan bidang lain. Ia memupuk pandangan-pandangan logis tentang politik, agama, dan kalau perlu, mau mendengarkan keluh kesah asmaranya secara sukarela.

Tipe terakhir, ‘guru pembimbing perjalanan transisi kultural’. Ia membimbing siswa menjalani proses transisi kultural, suatu proses yang sedang berlangsung dalam diri kita sebagai bangsa, atau bahkan sebagai manusia di tengah kemajuan zaman. Proses transisi kultural yang kompleks, akan sangat sulit dihadapi anak didik seorang diri. Kita tahu, setiap perubahan, seperti yang terjadi karena teknologi informasi, melahirkan kegamangan dan tantangan berat di berbagai aspek kehidupan. Tugas pendidik membimbing agar siswa tidak tersesat dalam rimba transisi ini.

Pembimbing transisi kultural

Secara umum, mayoritas pendidik hari ini sedang menghadapi para peserta didik dari gen Y dan Z, atau generasi millennial yang sudah, tengah, dan masih akan terus berselancar di tengah transisi budaya. Istilah milenial berasal dari millennials yang diciptakan dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe, dalam beberapa buku mereka. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini. Namun, para pakar menggolongkannya berdasarkan tahun awal dan akhir. Ditilik dari domain kehidupannya secara umum, generasi millennials (mereka yang lahir setelah 1981-an), hidup di dunia internet, selain rumah, sekolah, ruang publik lainnya.

Karakter anak milenial terbentuk oleh zaman yang disebut Terry Flew (2016) sebagai era konvergen media sosial, sebuah era yang media dikuasai siapa saja sebagai alat produksi beragam pesan. Tidak ada lagi barrier, produksi dan reproduksi pesan dilakukan dengan biaya murah, partisipatif dan masif oleh siapa pun. Di dunia seperti inilah anak-anak didik kita hari ini ‘hidup’. Mereka ialah ‘penduduk asli’ dunia digital (native digital). Berapa pun rerata usia para pendidik hari ini, jumlah mereka yang lahir sebelum era ‘80-an masih sangat signifikan. Artinya, para pendidik umumnya merupakan pendatang di dunia digital (digital immigrant). Ketika para guru (masih) berkutat dengan buku-buku dan media cetak, para siswa hidup dan banyak ‘berguru’ secara mandiri melalui media digital.

Tentu saja, mendidik di era ini tidak mudah. Namun, barangkali, kita bisa mulai beberapa langkah. Pertama, memastikan diri terus belajar atau bersedia meng-uprade pemahaman serta keterampilan menggunakan media baru. Kedua, secara logis dan kreatif menunjukkan betapa produk teknologi informasi sebagaimana teknologi apa pun--ialah pisau bermata dua. Bisa membuat mereka lebih baik, atau sebaliknya. Ketiga, menjadikan kekayaan dunia digital sebagai ruang belajar bersama, alih-alih menegasikannya. Pemanfaatan e-learning, penugasan menulis dengan bimbingan ketat melalui personal blog, mengembankan kreativitas lewat film pendek, iklan, dan lain sebagainya sekadar contoh dalam konteks ini. Keempat, perkuat jaringan, belajar bersama, sebagaimana (salah satu) ‘amanah’ era digital: perbanyak kolaborasi.

Hari ini, di dunia digital, keinginan guru untuk terus belajar saya kira sangat dimanjakan oleh ketersediaan berbagai informasi dan aplikasi yang mendukung. Banyak website yang bisa dijadikan rujukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, bahkan bisa secara praktis digunakan sebagai media ajar. Dengan sedikit penyesuaian, seorang pengajar akan sangat tertolong menciptakan kelas yang dinamis dan menarik. Tersedia pula berbagai aplikasi--gratis maupun berbayar--yang bisa digunakan untuk berinteraksi dengan para siswa, berdiskusi, menyampaikan tugas dan mengoreksinya secara simultan.

Akhirulkalam, kita harus bertekad menjadi ‘guru pembimbing perjalanan transisi kultural’ para anak didik, memperbaiki cara-cara kita mentransmisi pengetahuan, memperbaharui metode, strategi dan pendekatan sebagai seorang pembimbing agar anak-anak tumbuh mandiri, hidup mulia dan mampu memuliakan kehidupan. Semoga. ●

4 komentar:

  1. tantangan bagi generasi milenial di masa depan akan lebih banyak lagi gengs, terus melatih kreatifitas sama dengan berinvestasi untuk masa depan. semangat terus anak muda indonesia, boleh visist info kartu kredit jika kalian meras perlu support finansial yang lebih, prosesnya mudah dan cepat. selamat mencoba gengs :)

    BalasHapus
  2. Thanks infonya menarik banget. Oiya, ngomongin milenial, ternyata mereka juga sering loh buat kesalahan yang pada akhirnya bikin mereka susah untuk kaya. Apa aja kesalahannya, cek di sini: peluang milenial jadi kaya

    BalasHapus
  3. Prediksi Bola Jitu 100% untuk Liga Champion.
    Bingungkan mau ikut Prediksi Bola Siapa yang akurat?

    Dicoba saja dari hasilbola.vip

    Kami berani JAMIN, Bakal ada masuk dana direkening anda.
    Berikut Prediksi Bola yang barusan Update Hangat.

    Prediksi Bola Zenit vs RB Leipzig 06 November 2019
    https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/2839/zenit-vs-rb-leipzig-06-november-2019/

    Prediksi Bola Barcelona vs Slavia Prague 06 November 2019
    https://hasilbola.vip/prediksi-sepakbola/baca/2840/barcelona-vs-slavia-prague-06-november-2019/

    Saya akan berikan Bonus Tips Prediksi Bola Akurat Silakan di coba langsung

    Terima Kasih bagi yang menyukai komentar saya

    BalasHapus
  4. Suka bermain Poker mau deposit via PULSA,atau Via E-MONEY???
    Mari bergabung bersama kami di Donaco Poker
    Hub kami.
    WHATSAPP : +6281333555662
    CS 24 JAM

    BalasHapus