Belajar
dari Korea Selatan
Taufikurrahman ; Penulis yang senang berbagi kesederhanaan;
Sehari-hari bekerja sebagai
Managing Director/Country CEO
pada sebuah perusahaan
multinasional di Jakarta
|
DETIKNEWS,
21 Februari
2018
"I
shall make that trip. I shall go to Korea." (Dwight D. Eisenhower).
Pagi hari adalah kunci.
Dia adalah pembuka hari. Ketika pagi kita menyenangkan, maka besar
kemungkinan kita akan lebih bersemangat dan ceria menjalani hari. Namun jika
di "pembukaan" saja sudah "kemrungsung", biasanya
sepanjang hari akan berjalan murung. Apalagi pada hari kerja. Meskipun belum
tentu senantiasa demikian, namun patut diduga bahwa suasana pagi dapat menentukan
kelancaran kerja.
Bagi saya, pagi hari yang
paling indah adalah pagi hari di rumah, pada akhir pekan. Home sweet home.
Gubukku istanaku. Bisa bersantai menemani buah hati yang terkecil berlatih
menggambar, sembari mendengarkan sang kakak memainkan jari-jemari lentiknya
pada piano klasik tua kesayangannya. Komposisi musik River Flows in You karya
Yiruma itu sungguh indah, dan biasanya saya tak pernah bosan meminta putri
sulung saya itu untuk berulang-ulang memainkannya sampai dia merasa bosan dan
minta izin untuk memainkan lagu lainnya.
Lagu instrumental piano
River Flows in You karya Yiruma memang indah memanjakan telinga, dengan
melodi yang ringan, santai, sedikit galau namun romantis, renyah dicerna
telinga. Tak heran jika lagu ini terpilih menjadi soundtrack film Twilight
yang sempat begitu populer di kalangan anak muda.
Yiruma, pianis muda Korea
Selatan lulusan King's College London yang bernama asli Lee Ru-Ma ini memang
musisi cerdas yang terkenal dengan komposisi-komposisi musiknya yang simpel,
ringan namun indah di telinga. Ia mulai bermain piano sejak usia lima tahun,
dan pada usia sebelas tahun pindah ke London untuk belajar di The Purcell
School of Music. Hingga akhirnya, ketika kuliah di King's College of London,
ia menghasilkan album pertamanya yang berjudul Love Scene.
Uniknya, meski tumbuh di
Inggris dan telah sukses di industri musik dalam usia muda, ia lebih memilih
melepaskan kewarganegaraan Inggris dan membuktikan nasionalisme pada negeri
asalnya dengan memenuhi panggilan wajib militer untuk bergabung dengan
Angkatan Laut Korea Selatan selama dua tahun. Sebuah contoh anak muda yang
telah berprestasi "mendunia", namun tetap mencintai negaranya.
Memang, salah satu kunci
sukses Korea Selatan menjadi negara maju adalah "self-confidence",
kepercayaan diri bangsanya yang begitu tinggi. Orang Korea Selatan terkenal
tangguh, ulet, dan percaya diri, mereka tak hanya pandai meniru kemajuan
negara lain, namun juga dengan bekal keuletan dan kepercayaan diri yang
tinggi, mereka berhasil mendongkrak kreativitas serta "mengekspor"
kemajuan teknologi dan budayanya ke negara lain. Saat ini, siapa yang tak
kenal Samsung, LG, KIA, Hyundai, dan merek-merek Korea lainnya? Tak hanya
industrinya, bahkan virus budaya pop Korea, "K-Pop", pun berhasil
merambah berbagai belahan dunia.
Kunci berikutnya yang
membuat Korea Selatan maju adalah kemauan belajar bangsanya yang sangat
tinggi. Perusahaan-perusahaan ternama Korea tidak segan mengirim
kader-kadernya untuk belajar dari negara-negara maju. Salah satu contoh yang
terkenal, misalnya, strategi Samsung yang mengirimkan para pegawai
"bintang"-nya ke berbagai belahan dunia selama setahun melalui
sabbatical program, terbukti berhasil membawa Samsung menjadi merek kelas
dunia menyaingi Apple. Langkah Samsung yang brilian ini terpilih menjadi
salah satu keputusan bisnis terbesar dalam buku The Greatest Business
Decisions of All Time terbitan Fortune Books, New York.
Ketika berkesempatan
berdiskusi dengan Duta Besar Korea Selatan di Geneva, Swiss saya mengajukan
sebuah pertanyaan klise, apa rahasia sukses Korea Selatan bisa menjadi salah
satu kekuatan industri teknologi seperti sekarang ini? Beliau menjawab, Korea
Selatan bisa maju berkat fokus pada pengembangan kualitas sumber daya manusia
sebagai salah satu prioritas utama strategi pembangunannya. Dengan
terbatasnya sumber daya alam yang dimiliki, memang logis jika strategi
nasionalnya bertumpu pada daya saing sumber daya manusia.
Beliau lalu menceritakan,
betapa jiwa kompetitif ditanamkan sejak dini pada setiap anak-anak di sekolah
sejak level dasar melalui beban kurikulum yang begitu berat dan padat, yang
menurut beliau pun, kadang terlalu berat sehingga seringkali muncul berbagai
kritik yang menganjurkan sekolah-sekolah di Korea Selatan untuk lebih
mengurangi beban stres anak-anak didiknya. Yang jelas, anak-anak di Korea
Selatan memang terbiasa digembleng keras sejak dini sesuai minat dan
bakatnya.
Tak hanya bagi mereka yang
berbakat di bidang sains dan teknologi. Bagi anak-anak yang ingin berkarier
di olahraga golf, misalnya, latihan berjam-jam memukul bola golf di driving
range menjadi menu setiap harinya. Bagi yang punya bakat musik, dance,
sepakbola, dan bidang-bidang lain pun demikian. Tak heran jika Korea Selatan
berhasil mencetak bakat-bakat yang kompetitif di banyak bidang, tak hanya di
bidang industri dan teknologi, namun juga golf, sepakbola, dan musik.
"I shall make that
trip. I shall go to Korea." Entah apa yang ada dalam pikiran Dwight D.
Eisenhower, Presiden ke-34 Amerika Serikat ketika mengucapkan hal ini di masa
lampau. Namun, memang nyatanya saat ini produk-produk Korea mulai merangsek
menyaingi produk-produk Amerika, dan negeri kecil ini telah berkembang
menjadi salah satu destinasi favorit untuk berkunjung, bukan hanya untuk
berwisata, namun juga untuk belajar. Terlepas dari ketegangan yang belum
kunjung terselesaikan antara Korut dan Korsel, namun ternyata rakyat Korea
Selatan berhasil mengelola kondisi yang unfavorable itu menjadi kemajuan yang
luar biasa.
Selalu ada aspek positif
dan negatifnya, namun tak ada salahnya jika kita belajar dari hal-hal yang
positif dari bangsa lain, seperti Korea Selatan. Jika saja negeri yang
dilimpahi rezeki sumber daya alam seperti Indonesia dibarengi dengan etos
kerja, semangat belajar, dan daya saing sumber daya manusianya, insya Allah
negeri tercinta ini benar-benar dapat menjadi kekuatan dahsyat ekonomi di
masa depan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar