Melawan
Mental Block
Siti Aminah ; Pensiunan Guru SD
|
MEDIA
INDONESIA, 05 Februari 2018
BELAJAR dan mengajar di
era digital mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan yang kompleks.
Perubahan dalam bidang teknologi, informasi, dan komunikasi tidak saja telah
mengubah kecepatan manusia dalam mengakses pengetahuan (baca: data) dan
keterampilan tertentu, tetapi juga telah mengubah atau setidaknya memberi
pengaruh besar pada bentuk dan gaya relasi antarmanusia. Perubahan yang cepat
itu juga terasa hadir dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Celakanya,
kesiapan para guru merespons perubahan yang cepat itu tidak selalu memadai.
Berkaitan dengan penguasaan teknologi saja, masih banyak PR bagi para
pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk memperkuat pengetahuan dan
keterampilan teknologi informasi dan komunikasi bagi guru. Persoalan lainnya
yang justru sering lupa diperhatikan ialah bagaimana mengelola kemauan dan
mentalitas guru untuk berubah dan merespons tantangan belajar-mengajar di era
digital secara lebih baik.
Perubahan yang ‘tiba-tiba,
cepat, dan mengejutkan’ sebagai gejala disrupsi--terutama sebagai akibat
inovasi teknologi digital telah terjadi dan sering tidak disadari. Perubahan
yang terjadi di dalam masyarakat itu hanya bisa direspons dan dipahami
dengan baik oleh mereka yang juga menganggap perubahan betul terjadi dan
penting direspons atau dikelola (para pemimpin yang disruptive). Selanjutnya,
mereka yang menyadari berbagai perubahan dan merasa perlu untuk meresponsnya
hanyalah mereka yang bersedia untuk memiliki apa yang disebut sebagai
disruptive mindset, kebersediaan untuk berubah (Rhenald Kasali, Disruption,
2017). Bagi guru, kemampuan untuk merespons perkembangan zaman dan kecepatan
inovasi teknologi ialah sebuah kebutuhan tak terelakkan. Mereka dituntut
terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan perubahan yang
memengaruhi bidang pekerjaan mereka.
Guru dituntut selalu
belajar, mengembangkan kreativitas dan menghasilkan inovasi-inovasi dalam
merespons perubahan dalam pendidikan. Dengan demikian--dalam konteks
pendidikan di sekolah--pertanyaan yang perlu diajukan, mengapa banyak guru
kesulitan berubah? Mengapa respons terhadap perubahan sering kali tidak
memadai? Mengapa guru kesulitan mengembangkan kreativitas dan menghasilkan
inovasi baru?
Hambatan
Salah satu penyebab
seorang guru tidak mampu berubah dan beradaptasi dengan perubahan dan menjadi
lebih kreatif dan inovatif ialah apa yang dikenal sebagai mental block,
sebuah hambatan mental yang menghalangi seseorang untuk mencapai potensi
aktual atau tujuan yang ingin dicapainya. Hambatan mental semacam itu dapat
disebabkan beberapa hal. Umumnya bisa disebabkan pengalaman traumatik di masa
lalu, pendidikan atau nasihat yang keliru dan diulang terus-menerus sehingga
menjadi belief system yang terus terbawa hingga usia dewasa. Kepercayaan
semacam itu kemudian sering hadir sebagai bentuk ‘sabotase diri’ yang
menghambat seseorang sulit mencapai apa yang diinginkan.
Dalam konteks proses
belajar dan mengajar saat ini, hambatan mental yang sering dihadapi guru
muncul dalam ungkapan seperti ”Zaman sudah berubah, (dan) saya tidak akan
bisa mengikutinya,” atau ”Murid sekarang hanya tertarik dengan gadget dan
internet dan tidak lagi tertarik untuk belajar dan mendengarkan gurunya.”
Ungkapan yang cenderung defensif seperti ”Anak sekarang susah diatur,” atau
”Murid sekarang cenderung mengacau dan mereka harus mengikuti cara belajar
dan mengajar yang saya ketahui.” Atau malah ekspresi frustrasi, ”Saya tidak
akan pernah bisa mengikuti dan mengelola gaya belajar serta perilaku murid
saya. Mereka berbeda!”
Tentu saja tidak semua
guru tumbuh di zaman teknologi digital seperti saat ini. Jikapun mereka
tumbuh di masa teknologi digital, belum tentu semuanya mendapatkan akses yang
memadai untuk mengenal, mempelajari, dan menggunakan keajaiban teknologi
digital dalam proses belajar-mengajar. Namun, dengan menimbang tantangan di
hadapan mata, tentu saja juga bukan sesuatu yang elok jika guru hanya memilih
meratapi dan menyalahkan keadaan. Sudah sepantasnyalah guru berubah. Guru
harus mengubah mindset mereka yang melihat perubahan sebagai ancaman menjadi
perubahan sebagai peluang atau tantangan untuk ditaklukkan. Untuk itu, guru
harus mencari jalan lebih kreatif dan mampu menghasilkan inovasi dalam proses
pembelajaran.
Cara
melawan
Dalam sebuah tulisan yang
berjudul Knocking Down Your Mental Blocks (Bob Cox, 2009), setidaknya
terdapat tiga langkah yang bisa dicoba untuk melawan hambatan mental.
Pertama, mengubah cara berpikir. Cara berpikir seseorang akan memengaruhi
cara bersikapnya atas perubahan yang terjadi. Cara bersikap itulah yang pada
akhirnya menentukan pilihan tindakan yang akan dilakukan. Jika perubahan
cepat di era teknologi digital dianggap sebagai sebuah keniscayaan dan bukan
ancaman, ketakutan akan perubahan tidak pernah muncul sehingga pilihan
tindakan untuk merespons perubahan yang terjadi bisa lebih memadai atau
tepat.
Kedua, berusaha
‘mengurangi persinggungan’ dengan orang lain atau mendengar pendapat yang
cenderung bernada negatif. Di sekolah, guru tidak hidup di ruang yang hampa.
Ia dikelilingi dan berinteraksi dengan orang lain. Sayangnya, tidak semua
orang bisa menjadi pendukung pikiran positif atau mendorong dan mendukung
kreativitas atau inovasi. Mereka bukan orang yang jahat, tetapi ada baiknya
membatasi untuk mendengar atau terlibat dengan orang-orang semacam itu.
Sekolah bisa mengambil peran aktif untuk membangun lingkungan yang positif
yang memungkinkan para guru mengembangkan diri dan memperbincangkan isu-isu
penting, atau bahkan isu sensitif dalam proses belajar dan mengajar dengan
aman dan nyaman. Dengan cara itu, ruang belajar untuk mengatasi hambatan
mental akan tersedia dan memberi kesempatan bagi para guru untuk bersama-sama
menaklukkan hambatan mental mereka.
Ketiga, melupakan masa
lalu dan menjadikan kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar. Guru harus
selalu bisa move on dari kesulitan dan kegagalan yang pernah dialami.
Perubahan yang terjadi ialah kesempatan untuk maju. Fokus untuk menghadapi
situasi saat ini sembari mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan masa
depan ialah pilihan terbaik yang bisa dilakukan. Perubahan cepat, tiba-tiba,
dan mengejutkan dalam era digital saat ini ialah realitas yang harus dihadapi
dan bukan dihindari.
Keterampilan untuk melawan
hambatan mental tentu tidak mudah. Namun, keterampilan itu harus terus
dilatih dan dibiasakan. Hanya dengan menaklukkan mental block, kreativitas
guru bisa dikembangkan dan inovasi-inovasi baru bisa diharapkan. Jika tidak,
kontribusi guru dalam proses belajar akan segera tampak usang dan mudah
dilupakan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar