Babak
Baru Perseteruan Iran vs Israel
Zuhairi Misrawi ; Intelektual Muda Nahdlatul Ulama;
Analis Pemikiran dan Politik
Timur-Tengah di The Middle East Institute
|
DETIKNEWS,
15 Februari
2018
Jatuhnya
pesawat tempur F-16 milik Israel di wilayah bagian utara Israel yang
berbatasan langsung dengan Suriah menjadi kabar besar di Timur-Tengah. Sejak
1982, peristiwa jatuhnya pesawat Israel baru terulang sekarang. Butuh waktu
36 tahun untuk mengulanginya. Pasalnya, Israel selama ini dikenal mempunyai
peralatan tempur yang supercanggih, karenanya membuat negara-negara
Timur-Tengah lainnya bertekuk lutut.
Israel
berupaya menutup-nutupi kabar pilu tersebut dengan membesar-besarkan jatuhnya
drone milik Iran. Tapi nasi sudah jadi bubar, jatuhnya pesawat tempur F-16
milik Israel telah tersebar luas. Israel harus menerima kenyataan, bahwa
lawan-lawannya di Timur-Tengah sudah mempunyai persenjataan canggih juga.
Iran
diduga kuat berada di balik jatuhnya pesawat tempur F-16 milik Israel.
Maklum, Iran mengerahkan segala kekuatannya untuk menjaga kedaulatan Bashar
Asad di Suriah, termasuk melindungi dari gempuran Israel di perbatasan
dataran tinggi Golan. Iran dalam beberapa tahun terakhir telah mengembangkan
persenjataannya untuk pertahanan dan serang. Mereka telah membeli
persenjataan dari Rusia dan China. Walhasil, mereka berhasil meluluhlantakkan
pesawat tempur F-16 milik Israel.
Sontak,
peristiwa ini menjadi berita besar yang akan menjadi babak baru perseteruan
Iran vs Israel. Sejak Revolusi Islam Iran bergelayut pada 1979, Iran telah
meneguhkan komitmennya bersama-sama dengan Palestina untuk melawan penjajahan
Israel. Sebab itu, politik luar negeri Iran terkait Israel merupakan
satu-satunya negara di kawasan Timur-Tengah yang mempunyai satu sikap:
melawan penjajahan Israel di tanah Palestina!
Meskipun
demikian, kedua negara tersebut tidak pernah terlibat langsung dalam perang.
Keduanya kerap menggunakan proksi masing-masing. Iran menggunakan Hamas di
Palestina, Hizbullah di Lebanon, dan Bashar al-Asad di Suriah. Sedangkan
Israel menggunakan beberapa negara di Timur-Tengah, seperti Arab Saudi,
Mesir, Uni Emirat Arab dan beberapa negara Teluk lainnya untuk menentang
Iran.
Di
Suriah, Israel berusaha sekuat tenaga mendorong untuk melumpuhkan Bashar
al-Asad mitra strategis Iran. Menentang Asad sama halnya dengan menentang
Iran. Kelompok oposisi yang mempunyai agenda untuk mengenyahkan Asad
mendapatkan sokongan sepenuhnya dari Israel, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Bagi
Iran, melawan Israel dalam pertarungan di Suriah merupakan sebuah
keniscayaan. Iran akan mempertahankan rezim Asad apapun harga yang harus
dibayar, karena kehilangan Asad berarti akan mengancam kedaulatan Iran.
Suriah sangat penting bagi Iran, karena negara ini berbatasan langsung dengan
Israel. Perlawanan terhadap Israel bisa dilakukan melalui Suriah. Konon, Iran
membangun pusat reaktor nuklir di Dar al-Zour yang sengaja dipersiapkan untuk
membumihanguskan Israel.
Maka
dari itu, peristiwa jatuhnya pesawat tempur F-16 milik Israel menjadi kabar
penting bagi Iran. Bahkan, mereka menganggap peristiwa tersebut sebagai
kemenangan, setidak-tidaknya memberikan dorongan moral. Selalu ada harapan
untuk mengalahkan Israel.
Di
saat negara-negara Timur-Tengah memilih untuk bergandengan tangan dengan
Israel karena mereka realistis melihat kekuatan militer Israel dan kekalahan
demi kekalahan yang dialami dalam melawan Israel, Iran justru melangkah
terdepan untuk melawan penjajahan Israel.
Jatuhnya
F-16 menjadi oase bagi krisis politik di Iran, karena dapat mempersatukan
kubu reformis dan kubu konservatif. Keberhasilan menjatuhkan pesawat canggih
Israel dapat menjadi motivasi untuk mengencangkan perlawanan terhadap Israel.
Jatuhnya F-16 telah mempersatukan kubu-kubu politik yang selama ini
berkonflik di Iran.
Namun,
langkah Iran untuk melawan Israel tidak mudah. Amerika Serikat akan menyokong
Israel dengan segala upaya yang dimiliki. Apalagi Trump mempunyai hubungan
yang sangat dekat dengan Israel. Bagi Amerika Serikat, melindungi Israel dari
segala ancaman musuh merupakan sebuah komitmen yang tidak bisa ditawar lagi.
Di
Suriah, Amerika Serikat berada di barisan terdepan untuk melengserkan Bashar
al-Asad. Itu artinya, Amerika Serikat akan berupaya sekuat tenaga melumpuhkan
Iran yang sejak 2012 bersama Bashar al-Asad. Amerika Serikat akan menggunakan
berbagai cara untuk menjadikan Iran sebagai musuh bersama, termasuk rencana
Trump untuk menggagalkan kesepakatan nuklir yang sudah dilakukan Presiden
Obama.
Meskipun
demikian, langkah Amerika Serikat tidak akan mudah menaklukkan Iran. Rusia
selama ini merasa nyaman dengan Iran dan Bashar al-Asad sebagai mitra
strategis di kawasan Timur-Tengah. Rusia tidak akan membiarkan Asad
dilengserkan dan tidak akan membiarkan Iran diobok-obok oleh Amerika Serikat
dan Israel. Apalagi Israel bertekuk lutut pada Rusia. Bahkan Putin berhasil
menekan Netanyahu agar tidak melakukan balasan atas jatuhnya F-16.
Dalam
ranah yang lebih luas, apa yang terjadi di Timur-Tengah sesungguhnya
manifestasi dari peta geopolitik yang lebih besar, yaitu Amerika Serikat vs
Rusia. Pada saat ini, Rusia menjadi aktor penting dalam politik Timur-Tengah,
khususnya Suriah. Bayangkan, Presiden Bashar al-Asad bisa bertahan sejak digoyang
pada 2011. Berbagai manuver politik dan militer tidak mampu melengserkan
Bashar al-Asad.
Ali
Anuzila dalam al-'Araby al-Jadid menyatakan, perang Iran vs Israel tidak akan
pernah terjadi selama Rusia masih mempunyai peran strategis di Timur-Tengah.
Kelebihan Rusia karena bisa mengendalikan Iran dan Israel untuk kepentingan
politiknya di Timur-Tengah. Apalagi semua menyadari, jika perang Iran dan
Israel terjadi, maka akan memicu instabilitas politik yang lebih besar di
Timur-Tengah. Bahkan bisa menjadi Perang Dunia III.
Namun,
jatuhnya pesawat tempur F-16 milik Israel telah memberikan kepercayaan yang
tinggi bagi Iran dan Bashar al-Asad, bahwa mereka mempunyai kekuatan yang
bisa memberikan perlawanan terhadap Israel. Apa yang dibayangkan negara-negara
Timur-Tengah lainnya, bahwa Israel tidak bisa dilawan dan karenanya harus
dirangkul, ternyata juga bisa dilawan dengan menggunakan persenjataan yang
canggih.
Israel
mestinya mengambil pelajaran berharga, bahwa dunia sudah berubah. Tidak
selamanya juga Israel akan unggul. Apalagi jika Turki bergabung dengan Iran
untuk melawan Israel, maka akan menjadi kekuatan besar yang sangat
menakutkan. Mengingat secara militer Turki dan Iran merupakan dua kekuatan
besar di Timur-Tengah saat ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar