Shylock
Goenawan Mohamad ; Esais, Mantan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo
|
TEMPO.CO,
17 November 2014
Agama,
ras, kebencian: unsur-unsur itu dengan mudah bertaut. Dalam Saudagar Venezia,
lakon Shakespeare yang termasyhur itu, mereka bertaut dan kita menyaksikan
sebuah "komedi" yang tak bisa membuat kita ketawa.
Tokoh
utama cerita ini Antonio, seorang saudagar kaya di kota Italia itu, sebuah
pusat perdagangan dunia di abad ke-15. Di Rialto, wilayah bisnis utama
Venezia, ia dikenal sebagai pemilik empat buah argosy, kapal dagang besar
yang berlayar sampai Tripoli, Meksiko, Inggris, bahkan Indonesia (Indies).
Ia
dikenal murah hati. Sebagai orang Kristen zaman itu, yang menaati Injil, ia
meminjamkan uang tanpa bunga. Dalam kisah ini ia menolong Bassanio, seorang
bangsawan muda Venezia yang membutuhkan dana 3.000 dukat untuk bisa melamar
Portia, seorang gadis cantik dan cerdas dari Belmont. Antonio, yang tak punya
uang tunai, menyanggupi jadi penjamin utang ketika Bassanio datang ke hadapan
Shylock.
Shylock
seorang Yahudi. Nama yang tak lazim ini mungkin berasal dari
"Sheelah", tokoh yang dapat ditemukan dalam Alkitab. Shylock
digambarkan Shakespeare sebagai tukang kredit.
Seperti
umumnya orang Yahudi di Eropa di masa itu, Shylock menumbuhkan bisnis
perkreditan karena, berbeda dengan orang Kristen, para pengikut ajaran Musa
menafsirkan Alkitab secara tersendiri: larangan menarik bunga pinjaman (yang
dalam bahasa Ibrani disebut ribbit, dekat dengan "riba") hanya
berlaku di antara sesama mereka, tapi tidak dalam hubungan pinjam-meminjam
dengan "orang asing". Dengan bunga itulah--dan karena kebutuhan
utang-piutang--bisnis berkembang dan dunia perbankan tumbuh.
Bagi
Shylock, yang seperti orang Yahudi lain di Venezia diperlakukan sebagai
"orang asing", orang seperti Antonio bukan "sesama". Tapi
yang menarik dalam cerita ini adalah bahwa Shylock tak hendak menuntut bunga
darinya. Ia bersedia meminjamkan uang 3.000 dukat dengan syarat: jika setelah
tiga bulan uang itu tak dikembalikan, ia akan mengerat daging tubuh saudagar
yang jadi penjamin utang itu senilai uang yang gagal dibayar.
Sebuah
syarat yang ganjil dan buas--tapi Antonio menerimanya. Ia yakin,
kapal-kapalnya akan kembali sebulan sebelum saat utang itu jatuh tempo, dan
ia akan sanggup mengembalikan 3.000 dukat itu.
Tapi ada
sebab lain: ia merasa lega bahwa Shylock, di luar kebiasaan, tak mengenakan
bunga pinjaman. Bagi Antonio, ini sikap yang dermawan. Ia bahkan hari itu
menyebut Shylock, orang yang pernah dihinanya, sebagai "Yahudi yang
lembut hati". Orang Ibrani ini, kata Antonio kepada sahabatnya, akan
jadi orang Nasrani. "He grows kind."
Sebenarnya
meragukan, sungguhkah Shylock "tumbuh jadi baik hati". Ia merasa
dirugikan Antonio. Saudagar Kristen itu menjadi pesaingnya yang berat karena
meminjamkan dana tanpa bunga. Shakespeare, yang menulis lakonnya 500 tahun
yang lalu, ketika kebencian kepada orang Yahudi menyebar kental di masyarakat
Inggris, membuat Shylock jadi karikatur antisemit: sosok si bakhil yang
berhidung bengkok. Kata "shylock" menyakitkan hati orang Yahudi.
Ketika pada 1962 di New York Joseph Papp memulai program "Shakespeare in
the Park" dan memilih Saudagar Venezia sebagai lakon pertama, dewan rabbi
kota itu memprotes.
Saya
kira para ulama Yahudi itu terlampau cepat tersinggung. Shylock bisa ditafsir
sebagai tokoh yang ambigu. Ia punya alasan yang kuat, meskipun tak sepenuhnya
jelas, ketika menetapkan syarat utang-piutangnya.
Ia kenal
Antonio sebagai pembenci Yahudi. Antonio bahkan pernah meludahi mukanya.
"Tuan menyebutku salah-iman, anjing pemutus leher, dan meludahi jubah
Yahudiku," katanya kepada sang saudagar Venezia. "Tuan--orang yang
pernah melepaskan dahak ke janggutku."
Shylock
memang ingin menyakiti Antonio. Dendamnya ia sadari. Tapi syaratnya untuk
dibayar dengan keratan tubuh laki-laki itu bisa juga punya arah yang lain.
Ia tahu
daging itu tak ada harganya; paha sapi atau dada burung lebih bisa
diperjualbelikan--meskipun pada kontrak utang-piutang Antonio-Shylock keratan
tubuh itu diperlakukan dalam acuan nilai-tukar, mirip komoditas lain di
pasar.
Dengan
catatan: rasa sakit ketika tubuh itu dikerat, juga rasa puas ketika melihat
seorang musuh menanggungkan luka, adalah hal-hal yang tak bisa dipertukarkan,
tak bisa ditimbang, dibahasakan, atau dinilai. Baik bagi seorang Kristen
maupun seorang Yahudi, kepedihan dan kebuasan hanya beroleh makna bila
pertanyaan Shylock ini menusuk jauh: "Tidakkah orang Yahudi juga punya
mata? Tidakkah orang Yahudi juga punya tangan, organ tubuh-- panca-indra,
perasaan, gelora hati, menyantap makanan yang sama, terluka oleh senjata yang
sama-- seperti orang Kristen?"
Pertanyaan
itu tak saya temukan jawabnya dalam Saudagar Venezia. Lakon ini, kita ingat,
berlanjut dengan babak di mana Shylock yang hampir menang akhirnya terkecoh,
kalah.
Tapi
saya bayangkan ia dan Antonio di pentas "The Globe", London. Di
tepi Sungai Thames tempat kapal-kapal lewat, Saudagar Venezia memungut bahan
cerita dari negeri lain, memungut kata (termasuk "doit", dari kata
duit) dari bangsa-bangsa yang jauh.
Juga
saya bayangkan Venezia. Di Ponte de Gheto Novo, jembatan kecil di dekat
kampung Yahudi, Shylock memandang air kanal Cannaregio berliku-liku menuju
laut.
Nun di
sana, bahtera dan manusia berniaga, pulang-balik dari pelbagai pantai bumi.
Laut biru dan juga tak biru. Kita tak tahu di mana agama, ras, dan kebencian
di situ. ●
|
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.
Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan
Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com
Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.
Sepatah kata cukup untuk orang bijak.