Chika
Arswendo Atmowiloto ; Budayawan
|
KOMPAS,
15 November 2014
Nama panggilannya Icha, bisa juga Chika. Nama agak lengkap bisa Jessica
Iskandar. Bisa juga juga Jessica Willbald. Nama akhir ini konon suaminya,
berasal dari Jerman, agak-agak bangsawan. Konon, karena yang bersangkutan
menolak disebut menikahi Chika, dan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri.
Chika sendiri sudah memunyai putra, konon lagi lahir prematur.
Bingung? Memang kabar ini membingungkan, namun tak perlu ikut pusing,
dan tak usah ikut murung. Bahkan, siapa Chika mungkin tak jelas benar. Selain
mengenal tanggal lahir - yang bisa saja berubah. Chika ini presenter, bintang
iklan, film, sinetron, variety show, atau apa saja acara yang memberi
kesempatan tampil di tv.
Bagaimana penampilan dan tampil sebagai apa juga sama baurnya. Demikian
juga kisah pacarnya yang bule, atau tekadnya menjadi mualaf karena pacaran
dengan Olga Syahputra, atau mengaku dekat dengan Ariel “Noah” yang memang
digandrungi banyak artis, yang diam-diam kemudian kabur ke Amerika, namun
menampilkan keberadaannya melalui Instagram.
Jadi siapa dia, bisa dijawab yang mana saja, dan tak akan berbeda
banyak hasilnya. Toh, juga tak merugikan siapasiapa dan yang bersangkutan
juga tak risau dengan diri dan pemberitaan. Malah terkesan menikmati,
terkesan terus senyum, dan merasakan kemenangan karena melihat reaksi
wartawan yang terkecoh.
Tapi, kalau menyangkut apakah pihak gereja memberi berkat atas
pernikahannya atau tidak, ini perlu diluruskan. Setidaknya oleh pihak yang
disebutkan.
Karena sebenar-benarnya juga, diberkati Gereja - mana, atau tidak
diberkati dalam hal Chika tak ada perbedaan. Juga mengenai anaknya, atau
pernikahannya, atau nama sebenarnya, atau sahabatnya, atau bukan sahabatnya.
Dunia selebritas memang banyak hal ganjil. Dalam istilah yang gaul,
mereka ini dikatakan berasal dari planet lain. Ini istilah untuk
menggambarkan betapa tata krama dan tata nilai berbeda. Sebab dan akibat yang
berlaku di dunia nyata ini, tak berlaku di dunia para selebritas. Untunglah
begitu sehingga kita masih percaya ada tata krama dan tata nilai yang berlaku
secara umum.
Misalnya, dalam kasus Jessica ini, soal menikah adalah sakral, dan
penting dalam kehidupan, dan sangat mudah menjelaskan apakah pernikahannya
kemarin benar-benar terjadi atau bohong-bohongan. Atau yang sederhana, kapan
nikah dan bagaimana secepat itu punya anak, tidak sevulgar itu dituturkan
dengan mata berbinar-binar. Sama absud-nya, - kalau kata yang menggambarkan
keganjilan, tak masuk akal - dengan pernyataaannya bahwa dirinya lebih pas
bersuami orang bule.
Lhooooo. Yang memang lho kalau kita mencoba memahami dengan tata krama
yang normal, yang biasa kita jalani ini. Sekali lagi, untunglah masih ada
kesadaran sebagian terbesar masyarakat kita yang merasa bahwa apa yang
dilakukan Jessica tidak wajar. Dan menyebalkan, terutama karena menjadikan
dirinya sebagai contoh, seenaknya menikah atau pacaran, mengumbar komentar
apa saja mengenai bayi, mengenai perceraian, atau niatnya segera menikah
lagi. Dan atau apa saja, yang secara umum memberi contoh tidak menguntungkan
bagi dunia pergaulan.
Bahwa para selebritas - atau artis, berasal dari planet lain, tak soal
benar. Banyak hal-hal yang aneh, yang ganjil, yang terjadi. Namun kalau
“kelainan” itu sebagai kesadaran dan merasa mendapat perhatian, ada yang
salah dalam bermasyarakat. Apa yang dilakukan Jessica adalah contoh buruk
dalam bermasyarakat, terutama ketika yang bersangkutan merasa ini semua
wajar, adalah haknya, atau bahkan menyalahkan yang mempersoalkan.
Nama panggilannya Icha, bisa juga Chika. Bisa siapa saja yang merasa
mendapat bayaran karena diperhatikan sebelum dilupakan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar