Selasa, 25 November 2014

Hiduplah untuk Hari Ini

                                           Hiduplah untuk Hari Ini

Agus Masyhuri  ;   Pengasuh Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo Jatim
JAWA POS,  24 November 2014

                                                                                                                       


BELAJARLAH dari masa lalu, hiduplah pada masa kini, dan rencanakan masa depan. Orang yang beriman sehat dan benar mampu menjadikan masa lalu sebagai mimpi yang indah dan masa depan yang penuh harapan.

Sambil membenarkan posisi kancing bajunya, Kang Shobri Sutroyono berkata, ’’Ya Allah, BBM naik, hujan mulai turun, dan harga kebutuhan pokok melonjak membuat rakyat semakin menderita, bahkan membuatnya kehilangan segala-galanya.’’

Nur Sa’adah, seorang ibu rumah tangga dengan mata menerawang ke langit, berkata, ’’Naiknya BBM telah membuat diriku tidak percaya kepada siapa pun.’’ Dengan suara terputus-putus, ia mengeluarkan sumpah serapah tidak akan mencoblos siapa pun pada pemilu yang akan datang. Pasangan suami istri ini memang cukup aktif di pengajian Senenan Bumi Shalawat. Di tengah-tengah kerumunan jamaah, ia menerobos masuk ke depan dengan sedikit tergopoh-gopoh menyampaikan isi hatinya. Dengan nada polos, ia berkata, ’’Pak Gus Ali, kenapa Jokowi menaikkan harga BBM?’’ Dengan nada canda, saya jawab, ’’Tanyalah kepada Jokowi. Itu bukan domain saya.’’

Alhamdulillah, suasana sedikit cair. Karena itu, saya katakan kepadanya, ’’Dunia ini jangan dipandang sebagai suatu yang gelap dan menakutkan. Di depan, masih banyak jalan yang terbuka lebar untuk menuju sukses dan bahagia. Pintu kesuksesan masih terbuka lebar bagi orang yang bersemangat untuk meraihnya. Mengapa kita harus bersedih? Mengapa kita berputus asa? Mari kita ubah cara memandang kehidupan dengan lebih baik dan konstruktif. Orang yang berjiwa besar dan orang-orang yang bahagia tidak pernah merasa dirinya kecil dan lemah. Ia senantiasa menikmati hidup dengan sukacita. Ketika dilanda masalah, ia menghadapinya dengan tenang dan sabar. Ia sandarkan keyakinan bahwa Allah pasti memberikan cara pemecahannya. Belajarlah berpikir positif. Hiduplah pada masa kini.’’

Abu Sufyan bin Abdullah bin Busyrin al-Aslami ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, ’’Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya.’’ (HR Tirmidzi)

Bagaimana umur seseorang dicuri? Yaitu, ketika sering melalaikan hari ini karena merisaukan hari esok. Ia terus tenggelam dalam risau dan gelisah hingga kematian datang, sementara tangannya tetap kosong dari kebaikan. Kenyamanan dan keteguhan pada hari ini menjadi fondasi utama bagi kesuksesan dan kenyamanan pada hari esok. Nikmatilah hari ini, singkirkan rasa cemas dan gelisah akan hari esok. Kenikmatan masa lampau akan sirna dengan berlalunya hari kemarin.

Hari esok adalah misteri yang tak diketahui seorang pun. Semua orang akan menghadapinya, baik para raja maupun para jelata. Bagi semua, hari esok itu gelap. Kenikmatan sejati ada pada hari ini, saat ini. Tak ada yang tersisa, kecuali hari ini. Hanya orang yang berakal sehat yang menikmati hari ini. Pada hari ini, yang menjadi raja adalah mereka yang mampu menguasai diri dan berpandangan luas. Hidup pada hari ini bukan berarti mengabaikan masa depan atau tidak bersiap-siap menghadapinya. Sebab, memperhatikan dan memikirkan hari esok adalah ciri bagi orang yang berakal sehat dan cerdas. Meski, hari esok adalah bagian dari kegaiban. Sebagaimana firman Allah SWT,

’’Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’ (QS Al-Hasyr: 18)

Umur kita bagaikan ranting kering yang diempaskan angin. Kita hendaknya dapat belajar dari masa lalu bahwa nilai kehidupan ada dalam setiap detik, menit, jam, dan hari yang kita lalui. Orang yang menyia-nyiakan umurnya dan mengabaikan hari-hari yang dilalui pasti merugi. Tangannya hampa dari kebaikan.

Kerja Keras dan Cerdas

Hidup ini bagaikan sebuah perlombaan. Dibutuhkan orang yang cepat bertindak dan tidak malas. Orang yang malas selamanya akan berada pada barisan terakhir. Ketika teman-temannya telah sukses mencari rezeki, ia masih saja berkutat dengan keluh kesahnya. Pekerjaan apakah yang harus dilakukan? Apa saja, sesuai dengan kemampuan dan keahlian kita. Sayangnya, kebanyakan dari kita suka pilih-pilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian kita. Beribu-ribu orang rela berbaris memasukkan surat lamaran ke sebuah instansi, baik pemerintah maupun swasta. Mereka ingin mendapatkan pekerjaan yang dikiranya enak dan terhormat. Mengapa harus begitu? Mereka lebih bangga dan tertarik pada harga diri daripada keberhasilan hidup. Padahal, rezeki itu tidak hanya berada di kantor, tetapi di mana saja. Bekerja apa saja, asal jujur, ulet, rajin, dan hemat, akan dikawal Allah. Jadilah manusia yang mandiri dan mampu memimpin diri sendiri dalam bekerja. Orang-orang yang sukses dan kaya adalah mereka mampu mengelola hidupnya dengan baik dan konsisten. Sesungguhnya orang yang suka menganggur pada hakikatnya adalah membuang-buang waktu dan menolak rezeki yang telah disodorkan Allah kepadanya. Padahal, Allah telah menyediakan rezeki di hadapannya, tetapi ia tidak mau. Hati-hatilah terhadap sikap malas dan suka menganggur. Sebab, itu dapat mengantarkan diri pada sesuatu yang buruk. Orang yang menganggur cenderung membuat gosip dan fitnah di lingkungan sosial. Tegasnya, janganlah menganggur. Jangan mengosongkan waktu dari aktivitas karena sangat berbahaya sekali. Ketika seseorang hidup dalam kekosongan aktivitas, ia harus bersiap-siap menerima kegelisahan dan kesedihan. Sebab, kekosongan ini akan menarik dan mengajak membuka kembali file-file masa lalu, sekarang, dan akan datang dari berbagai keadaan yang dijalani. Kondisi pikiran yang demikian itu membuatnya kacau dan tidak menentu. Karena itu, janganlah membiarkan diri dalam keadaan hidup yang kosong.

Bekerjalah atau lakukan aktivitas yang berarti yang bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bagi kita. Jangan membiasakan diri tidur terlalu lama. Kita boleh istirahat, tetapi dalam kondisi yang wajar. Jika terlalu lama, itu termasuk kelalaian dan sifat malas. Orang bijak berkata, ’’Menganggur adalah pencuri yang profesional. Sementara itu, akal pikiran manusia adalah mangsa empuk yang akan dihancurkan bayangan peperangan yang tidak membawa manfaat.’’ Karena itu, mari kita bangkit, buang rasa malas jauh-jauh. Mari kita katakan pada diri kita sendiri bahwa kita bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat dan akhirnya mencapai sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar