Hiduplah
untuk Hari Ini
Agus Masyhuri ; Pengasuh Pesantren Progresif Bumi Shalawat
Sidoarjo Jatim
|
JAWA
POS, 24 November 2014
BELAJARLAH
dari masa lalu, hiduplah pada masa kini, dan rencanakan masa depan. Orang
yang beriman sehat dan benar mampu menjadikan masa lalu sebagai mimpi yang
indah dan masa depan yang penuh harapan.
Sambil
membenarkan posisi kancing bajunya, Kang Shobri Sutroyono berkata, ’’Ya
Allah, BBM naik, hujan mulai turun, dan harga kebutuhan pokok melonjak
membuat rakyat semakin menderita, bahkan membuatnya kehilangan
segala-galanya.’’
Nur
Sa’adah, seorang ibu rumah tangga dengan mata menerawang ke langit, berkata,
’’Naiknya BBM telah membuat diriku tidak percaya kepada siapa pun.’’ Dengan
suara terputus-putus, ia mengeluarkan sumpah serapah tidak akan mencoblos
siapa pun pada pemilu yang akan datang. Pasangan suami istri ini memang cukup
aktif di pengajian Senenan Bumi Shalawat. Di tengah-tengah kerumunan jamaah,
ia menerobos masuk ke depan dengan sedikit tergopoh-gopoh menyampaikan isi
hatinya. Dengan nada polos, ia berkata, ’’Pak
Gus Ali, kenapa Jokowi menaikkan harga BBM?’’ Dengan nada canda, saya
jawab, ’’Tanyalah kepada Jokowi. Itu
bukan domain saya.’’
Alhamdulillah,
suasana sedikit cair. Karena itu, saya katakan kepadanya, ’’Dunia ini jangan dipandang sebagai suatu
yang gelap dan menakutkan. Di depan, masih banyak jalan yang terbuka lebar
untuk menuju sukses dan bahagia. Pintu kesuksesan masih terbuka lebar bagi
orang yang bersemangat untuk meraihnya. Mengapa kita harus bersedih? Mengapa
kita berputus asa? Mari kita ubah cara memandang kehidupan dengan lebih baik
dan konstruktif. Orang yang berjiwa besar dan orang-orang yang bahagia tidak
pernah merasa dirinya kecil dan lemah. Ia senantiasa menikmati hidup dengan
sukacita. Ketika dilanda masalah, ia menghadapinya dengan tenang dan sabar.
Ia sandarkan keyakinan bahwa Allah pasti memberikan cara pemecahannya.
Belajarlah berpikir positif. Hiduplah pada masa kini.’’
Abu
Sufyan bin Abdullah bin Busyrin al-Aslami ra berkata, Rasulullah SAW
bersabda, ’’Sebaik-baik manusia adalah
yang panjang umurnya dan baik amalnya.’’ (HR Tirmidzi)
Bagaimana
umur seseorang dicuri? Yaitu, ketika sering melalaikan hari ini karena merisaukan
hari esok. Ia terus tenggelam dalam risau dan gelisah hingga kematian datang,
sementara tangannya tetap kosong dari kebaikan. Kenyamanan dan keteguhan pada
hari ini menjadi fondasi utama bagi kesuksesan dan kenyamanan pada hari esok.
Nikmatilah hari ini, singkirkan rasa cemas dan gelisah akan hari esok.
Kenikmatan masa lampau akan sirna dengan berlalunya hari kemarin.
Hari
esok adalah misteri yang tak diketahui seorang pun. Semua orang akan
menghadapinya, baik para raja maupun para jelata. Bagi semua, hari esok itu
gelap. Kenikmatan sejati ada pada hari ini, saat ini. Tak ada yang tersisa,
kecuali hari ini. Hanya orang yang berakal sehat yang menikmati hari ini.
Pada hari ini, yang menjadi raja adalah mereka yang mampu menguasai diri dan
berpandangan luas. Hidup pada hari ini bukan berarti mengabaikan masa depan
atau tidak bersiap-siap menghadapinya. Sebab, memperhatikan dan memikirkan
hari esok adalah ciri bagi orang yang berakal sehat dan cerdas. Meski, hari
esok adalah bagian dari kegaiban. Sebagaimana firman Allah SWT,
’’Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’ (QS Al-Hasyr: 18)
Umur
kita bagaikan ranting kering yang diempaskan angin. Kita hendaknya dapat
belajar dari masa lalu bahwa nilai kehidupan ada dalam setiap detik, menit,
jam, dan hari yang kita lalui. Orang yang menyia-nyiakan umurnya dan mengabaikan
hari-hari yang dilalui pasti merugi. Tangannya hampa dari kebaikan.
Kerja Keras dan Cerdas
Hidup
ini bagaikan sebuah perlombaan. Dibutuhkan orang yang cepat bertindak dan
tidak malas. Orang yang malas selamanya akan berada pada barisan terakhir.
Ketika teman-temannya telah sukses mencari rezeki, ia masih saja berkutat
dengan keluh kesahnya. Pekerjaan apakah yang harus dilakukan? Apa saja,
sesuai dengan kemampuan dan keahlian kita. Sayangnya, kebanyakan dari kita
suka pilih-pilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian kita.
Beribu-ribu orang rela berbaris memasukkan surat lamaran ke sebuah instansi,
baik pemerintah maupun swasta. Mereka ingin mendapatkan pekerjaan yang
dikiranya enak dan terhormat. Mengapa harus begitu? Mereka lebih bangga dan
tertarik pada harga diri daripada keberhasilan hidup. Padahal, rezeki itu
tidak hanya berada di kantor, tetapi di mana saja. Bekerja apa saja, asal
jujur, ulet, rajin, dan hemat, akan dikawal Allah. Jadilah manusia yang
mandiri dan mampu memimpin diri sendiri dalam bekerja. Orang-orang yang
sukses dan kaya adalah mereka mampu mengelola hidupnya dengan baik dan
konsisten. Sesungguhnya orang yang suka menganggur pada hakikatnya adalah
membuang-buang waktu dan menolak rezeki yang telah disodorkan Allah
kepadanya. Padahal, Allah telah menyediakan rezeki di hadapannya, tetapi ia
tidak mau. Hati-hatilah terhadap sikap malas dan suka menganggur. Sebab, itu
dapat mengantarkan diri pada sesuatu yang buruk. Orang yang menganggur
cenderung membuat gosip dan fitnah di lingkungan sosial. Tegasnya, janganlah
menganggur. Jangan mengosongkan waktu dari aktivitas karena sangat berbahaya
sekali. Ketika seseorang hidup dalam kekosongan aktivitas, ia harus
bersiap-siap menerima kegelisahan dan kesedihan. Sebab, kekosongan ini akan
menarik dan mengajak membuka kembali file-file masa lalu, sekarang, dan akan
datang dari berbagai keadaan yang dijalani. Kondisi pikiran yang demikian itu
membuatnya kacau dan tidak menentu. Karena itu, janganlah membiarkan diri
dalam keadaan hidup yang kosong.
Bekerjalah atau lakukan aktivitas yang berarti yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bagi kita. Jangan membiasakan diri tidur terlalu
lama. Kita boleh istirahat, tetapi dalam kondisi yang wajar. Jika terlalu
lama, itu termasuk kelalaian dan sifat malas. Orang bijak berkata, ’’Menganggur adalah pencuri yang
profesional. Sementara itu, akal pikiran manusia adalah mangsa empuk yang
akan dihancurkan bayangan peperangan yang tidak membawa manfaat.’’ Karena
itu, mari kita bangkit, buang rasa malas jauh-jauh. Mari kita katakan pada
diri kita sendiri bahwa kita bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat dan
akhirnya mencapai sukses.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar